Klikhijau.com – Awal kedatangan virus Corona di Indonesia. Menghadirkan rasa cemas yang dalam. Semua aktivitas di luar rumah terjeda.
Berbagai cara dilakukan masyarakat menghadapinya. Banyak yang stres, namun tidak sedikit pula yang menyikapinya dengan kreatifitas, penyair dan teaterawan, Goenawan Monorharto salah satunya.
Goenawan menghadapi dan menyikapi virus corona dengan cara kreatif, yakni dengan menciptakan puisi dan menerbitkannya menjadi sebuah buku, judulnya Dansa Bersama Corona.
Kumpulan puisi Dansa Bersama Corona itu terbilang unik, karena disertai dengan sketsa yang dibuat oleh Ishakim.
Buku tersebut diterbitkan oleh lelaki kelahiran Makassar, 21 Maret itu, pada Mei 2020 lalu. Berikut 5 puisi lelaki yang juga berprofesi sebagai seniman fotografer dan penenerbit serta mantan jurnalis tersebut:
Hari Jadi Dewi di Tahun Corona
dari lantai atas
jendela terbuka
matahari telanjang
melihat kota bersih
sunyi jalan-jalan pernah kau lalu
kuingatmu di dapur
bergelut dengan katombo selat makassar
asam dari dataran bukit camba
kunyit buluk dua
garam jeneponto
berpadu dalam kuali
biar kupanggilmu
pallumara
mana luna usi
katakan padanya
jumpa-jumpa ditunda
sampai waktu belum ditentukan
12 april 2020
Hal 34
Gugus 1
; pemedis di garis depan
mengunyah takut
sepotong-sepotong
masuk pada paru
sesak hati sungguh
seperti tiada asa
sampai pada tepi
mengguncang jiwa
raga terperagah
saat debar melihat
korban runtuh membujur
apa kan terjadi esok
bila matahari masih terbit di timur
muram buram duka dipandang
sesempat detak detik
tiada tanya tentang lelah
bertahan di gunung batu perlindungan
tempat selamat orang-orang percaya
sebagai rajawali penunggang topan
atas petaka kehancuran
jadi laki-laki
laki-laki berperisai
satria penunduk wabah
corona virus
22 maret 2020
Hal: 10
Dansa Bersama Corona
di lantai dansa aku bersamamu berputar
saling dekap dalam musik romansa
betapa melupa prahara petaka wabah
mendera waktu seakan tak pernah selesai
kesunyian masa baru saja usai
pintu-pintu terbuka lebar
pemandangan tampak indah di luar
langit biru awan kapas tanpa asap
sungai-sungai mengalir air
pohon-pohon hijau basah
lereng-lereng penuh gairah
sehabis hujan jelang petang
pertengahan tahun sungguh mempesona
musim mulai kemarau
perempuan jelita corona namamu
kutemukan semalam tanpa piama
tak tahu pulang sesat dalam lelap tidur
sepakat ini bukan mimpi
kelak terang tanah kuantar pulang
di lantai dansa aku memelukmu
bergerak tiada henti saling membisik
dengan kata rahasia
12 mei 2020
Hal: 62
Berita Akhir Pekan
gerimis memburu burung-burung
sampai ke sarang di bukit-bukit batu
sebelum melihat matahari redup
pagi enggan mengusai mimpi
kaukah itu tuan?
di meja tanpa sarapan
duduk dengan mata kosong
koran tak terbit hari ini
kertas kabar habis dirakus
debu virus
berita terkini
udara keder
melihat lalu lalang
orang-orang kota
tidak takut pada dingin jenazah
basah tanah makam
25 april 2020
Hal: 34
Paranoia
corona mata kecoa raksasa
berbulu belati tajam mengiris tipis jiwa
corona mesin pembunuh nomor 1
di masa kepongahan hedonis milineal
corona ada di setiap sudut nafas
menyusut tubuh memutasi menuju tiada
berjam-jam menonton diri sendiri
corona membegal habis
depan para pencinta
di ruang-ruang virtual
mati
sebelum kematian
14 mei 2020
Hal: 63
Nah, itulah 5 puisi tentang virus Corona dari Goenawan Monoharto yang terangkum dalam buku Dansa Bersam Corona. Jika sahabat hijau ingin menikmati bukunya, bisa langsung menghubungi penulisnya atau penerbit Garis Katulistiwa Makassar yang menerbitkannya.