Ramah Lingkungan, Lilin Aromaterapi Ini Diolah dari Minyak Jelantah!

oleh -1,131 kali dilihat
Ramah Lingkungan, Lilin Aromaterapi Ini Diolah dari Minyak Jelantah!
Lilin Aromaterapi dari minyak jelantah - Foto/Ist

Klikhijau.com – Minyak jelantah atau minyak bekas termasuk jenis limbah yang selama ini belum tertangani dengan baik. Umumnya masyarakat menganggap minyak jelantah sebagai sampah yang harus dibuang begitu saja. Bahkan, tak sedikit yang masih menggunakannya untuk konsumsi akibat minimnya edukasi mengenai bahaya minyak jelantah.

Berdasar data, minyak jelantah terbesar dihasilkan dari level rumah tangga. Limbah ini hanya terbuang bersama sampah rumah tangga lainnya.

Dilansir dari Katadata (3 November 2020), hanya ada sekira 35,7 persen responden yang tidak membuang minyak goreng bekas pakainya. Ada berbagai alasan pelaku rumah tangga tidak mengolah minyak jelantah, mulai dari tidak tahu cara mengolah jelantah (73,3 persen), tidak tahu menjual ke mana (38,9 persen), tidak mau repot (34,4 persen), menganggap minyak bekas berbahaya (23,3 persen), dan lainnya (4,4 persen).

Adapun rumah tangga yang memanfaatkan nilai ekonomi minyak jelantah dengan menjualnya hanya 3,57 persen. Survei juga menunjukkan bahwa minat rumah tangga mendaur ulang jelantah sebenarnya lumayan tinggi. Berdasar indeks kemauan untuk mendaur ulang dengan skala 1-5, dengan nilai 1 paling rendah dah 5 paling tinggi, didapat angka 4,11 dari rata-rata seluruh responden.

KLIK INI:  Geliat Bank Sampah di Bulukumba, Sudah Bisa Tukar Sampah jadi Emas

Hanya saja, mayoritas responden tidak tahu cara mengolah dan bisa menjualnya ke mana. Padahal dengan konsumsi minyak goreng yang mencapai 13 juta liter pada 2019 saja, potensi minyak jelantah yang bisa dihasilkan mencapai 7,8 juta liter.

Potensi ini merupakan perhitungan dari hasil survei yang menunjukkan rasio minyak goreng bekas pakai dari rumah tangga mencapai 60,82 persen. Apabila dimanfaatkan dengan baik, potensi minyak jelantah bisa dijadikan berbagai produk, termasuk biodiesel.

Inovasi dari BSU Rosella

Faktanya, pemahaman mengenai potensi minyak jelantah memang belum tersosialisasi baik di masyarakat. Hal inilah yang menginspirasi Andi Siti Zaenab ((40), seorang pegiat bank sampah di Bank Sampah Unit (BSU) Rosella yang beralamat di Perumahan Bukit Mutiara Blok C6/1a Makassar.

Zaenab sapaan akrabnya sejak setahun terakhir mulai intens mengolah minyak jelantah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.

Saat ini Zaenab telah membuat lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Bila dilihat sepintas, mungkin tak terpikirkan bahwa karya ini dihasilkan dari limbah minyak jelantah. Namun, kecakapan tangan Zaenab dan komunitasnya, lilin aromaterapi yang dibuatnya sangat diminati di pasaran.

KLIK INI:  Sampah Plastik, Mutiara Berharga yang Terabaikan

Ide membuat kreasi ini bermula dari kegelisahaan seorang Zaenab melihat banyaknya limbah minyak jelantah yang terbuang bebas dalam masyarakat.

“Awalnya saya merasa ada yang keliru, mengapa warga buang-buang minyak bekasnya. Mending saya berikan pemahan buat warga supaya sisa minyaknya jangan dibuang dan dipake kembali karena dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya,” kata Zaenab.

Jadi, daripada terbuang bebas atau dikonsumsi kembali, Zaenab pun mulai berpikir untuk mencari tahu cara pengolahan minyak jelantah. Dari sebuah jambore bebas sampah yang digelar secara online di masa awal pandemi Covid-19, Zaenab akhirnya bisa belajar mengenai cara membuat lilin dari jelantah.

Tidak perlu waktu lama untuk belajar dari seorang teman di jambore tersebut. Terlebih, situasi di awal pandemi membuat aktivitas di bank sampah sedikit berkurang sehingga ia bisa fokus untuk berkreasi. Hasilnya, tidak mengecewakan! Lilin aromaterapi karya Zaenab bersama 5 orang tim di BSU Rosella berhasil dibuat dengan tampilan yang menawan.

Kini, kreasi Zaenab di BSU Rosella sudah berjalan setahun. Ia terus bergerak dan mengedukasi masyarakat mengenai pengelolaan limbah jelantah agar tak dibuang lagi atau dikonsumsi kembali.

“Bahan bakunya dari warga sekitaran rumah. Jadi, modal membuatnya sangat murah,” katanya.

KLIK INI:  Tentang ASOBSI dan Perjuangan Komunitas Bank Sampah di Indonesia

Menurut Zaenab, setiap 1 liter minyak jelantah dapat menghasilkan sekitar 80 sloki lilin. “Ukuran gelas sloki kecil dengan aroma macam-macam. Ada aroma mint, sereh, lavender dan jeruk,” ucapnya.

Yah, selain penampilannya yang menarik, keistimeaan lain dari lilin ini adalah ragam aroma alaminya. Inilah yang membuat hasil karya Zaenab laris manis di pasaran. Permintaan sudah mulai datang dari banyak kalangan. Satu sloki, lilin aromateraphy ini dibanderol seharga Rp 12 ribu.

Mengenai proses pembuatannya, Zaenab mengaku sangat praktis dan tidak butuh modal banyak. Pertama-tama, minyak dibersihkan dengan arang selama 24 jam, setelah minyaknya bersih baru diolah menjadi lilin aroma terapi.

Selain praktis cara membuatnya, produk ini diakui Zaenab sangat ramah lingkungan. Melalui karya dan inovasi ini, Zaenab berharap masyarakat dapat terinspirasi untuk sama-sama memanfaatkan minyak jelantah.

Zaenab kini sedang berencana mengembangkan usahanya ini lebih besar lagi. Ia menyadari betapa bahan baku minyak jelantah sangat potensial untuk dimanfaatkan.

“Rencananya kalau Tuhan mengizinkan kita rencana mau mengembangakan usaha ini keluar daerah makassar supaya tambah besar supaya bisa tambah lebih dikenal,” haparannya.

Selain rencana perluasan usaha, Zaenab juga ingin mendalami inovasi lainnya berbahan jelantah seperti membuat sabun cuci dari jelantah.

“Saya ingin berbagi pengalaman dan inspirasi bahwa limbah jelantah bisa diolah menjadi uang. Saya juga berpesan pada ibu-ibu rumah tangga marilah kita belajar mencintai lingkungan kita agar terbebas dari penyakit yang dihasilkan dari konsumsi kembali minyak jalanta. Ayo kita berinovasi,” pungkasnya.

KLIK INI:  Ultah ke-4, ASOBSI Berhadap Program Bank Sampah bisa Tumbuh di Desa-desa