Putu Cangkir, Si Legit yang Perlahan Kehilangan Daya Pikat

oleh -3,638 kali dilihat
utu Cangkir, Si Legit yang Perlaha Kehilangan Daya Pikat
Kue khas Makassar putu cangkir/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Beberapa malam yang lalu, seorang teman datang ke rumah. Dan ia ingin makan kue putu cangkir. Kue khas Makassar yang rasanya legit.

Kami lalu keluar mencari. Saya pikir akan mudah menemukan putu cangkir di sekitaran Sungguminasa, Gowa, namun rupanya tidak.

Putu cangkir seolah telah hilang dari peredarannya. Kisah teman yang mencari putu cangkir bukan hanya yang datang ke rumah malam itu.

Ada teman lain, ia tinggal di Desa Taeng, Gowa. Ia penyuka putu cangkir, dan sering pula bertanya di mana ada yang menjualnya.

KLIK INI:  Aneh! Orang-Orang Ini Sangat Benci Minum Air Putih

Mendapat pertanyaan serupa itu, membuat saya bingung menjawabnya. Saya biasanya menyarankan mencarinya ke jalan arah Bontonompo, Gowa. Di sana banyak penjual yang berjejer di pinggkir jalan, hanya saja jaraknya cukup jauh.

Putu cangkir, sepertinya bernasib sama seperti penganan atau kue khas Makassar yang lain. Mulai terpingkirkan, semisal buroncong, hanya saja buroncong lebih mudah ditemukan karena dijajakan melalui gerobak. Sehingga penjualnya bisa bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

Sementara putu cangkir belum melakukan terobosan serupa. Saya katakan demikian, karena hingga detik ini belum menemukan ada yang menjual putu cangkir menggunakan gerobak.

KLIK INI:  Perihal Tarajju’, Kue Khas Bugis-Makassar Berbahan Ubi
Menemukannya di jalan Malino

Kami bergerak ke arah jalan Malino. Seingat saya, pernah menemukan satu penjual putu cangkir di sana.

Hanya saja saya hampir putus asa, sebab kami telah cukup jauh mencarinya, namun tak ditemukan. Rasa penasaran saya terus mengajak bergerak hingga lebih jauh.

Dan hasilnya bisa kamu tebak, dari jauh pula saya melihat tiga perempuan sedang menjagai jualannya—si putu cangkir itu

“Akhirnya dapat,” kata teman saya girang.
“Ternyata di sini ada penjual putu,” kata saya yang didengar oleh penjualnya.
“Baru lewat sini?” tanya salah seorang dari penjual itu
“Sering, Bu,” jawab saya
“Kenapa baru lihat,” katanya lagi
“Mungkin saya kurang memperhatikan ketika lewat, Bu,” jawab saya mengakhir perdebatan itu. Namun , saya penasaran sejak kapan “mereka” berjualan di tempat itu.

KLIK INI:  Agar Tak Cepat Basi, Ketupat Juga Perlu Diakali, Begini Caranya!

Salah satu dari mereka, menggerakkan jarinya, pandangannya agak menerawang, sepertinya sedang menghitung sudah berapa lama berjualan
“Sudah hampir enam tahun,” jawabnya setelah yakin dengan hitungannya.
“Sudah lama, ya, bu,” timpal teman saya
“Iya, kami berjualan dari pagi hingga jam sebelas malam, biasanya menghabiskan beras ketan 20-25 liter perhari,” terangnya.

Kami leluasa berbincang lama dengan penjual putu cangkir itu, sebab tak ada pembeli lain yang mengusik. Sepertinya daya pikat putu cangkir perlahan memudar oleh serbuan kue modern. Itu bisa dilihat dari semakin sedikit yang mau berjualan kue khas Makassar itu.

Dinamai putu cangkir atau dalam bahasa Makassar putu cangkiri, karena bentuk kue putu yang satu ini memang mirip cangkir terbalik.

Bahan dan cara membuatnya

Putu cangkiri’ ini terdiri atas duca suku kata, yaitu: Putu; panganan dari beras ketan dan cangkiri yang berarti cangkir.

KLIK INI:  Daeng Ina, Kue Ongol-ongol, dan Sejarahnya

Jadi, putu cangkiri’ ini adalah panganan dari ketan yang bentuknya menyerupai bagian bawah cangkir jika posisinya diletakkan terbalik.

Putu cangkir biasanya dibuat dengan dua varian rasa, yaitu manis dengan gula merah dan gula putih. Jika menggunakan gula merah, maka otomatis warnanya akan kecokelatan, ketika menggunakan gula gula pasir akan berwarna putih.

Sedangkan bahan dasar putu cangkir adalah beras ketan, baik ketan putih maupun ketan hitam. Ditumbuk tapi tidak sampai halus.

Lalu ditambahkan serutan gula merah yang diremas bersama agar ketan dan gula merahnya menyatu.

Bahan ketan campur gula merah ini kemudian dimasukkan ke wadah kecil model kerucut atau lebih dikenal corong minyak yang di tengahnya disisipkan parutan kelapa.

KLIK INI:  Kue Hangus, Teman Ngopi yang Pas di Musim Hujan

Setelah itu dikukus di atas kukusan khas, bentuknya tinggi bulat terbuat dari seng tipis dan di permukaan atas hanya ada satu lubang, tempat wadah corong minyak diletakkan yang di dalamnya.

Tantangan terbesar pembuatan putu cangkir adalah pengukusannya yang harus pas. Jika tidak maka adonan bisa terburai.

Setelah dikukus putu diangkat lalu bagian bawahnya dilapisi potongan daun pisang atau daun pandan.

Putu cangkir berbahan gula merah, beras ketan, serta kelapa. Pembuatannya harus dengan manual karena menggunakan uap air untuk mengeraskan adonannya.

Kue ini bisa bertahan sampai 2 hari. Harganya murah, hanya seribu rupiah perbiji. Oya, kue putu cangkir terkesan unik, sebab “hanya” dijual di pinggir jalan.

KLIK INI:  Ternyata Makanan Ini Masih Bisa Dikonsumsi Meski Telah Kadaluwarsa