Polyura Cognata, Kupu-kupu Menawan dari Sulawesi

oleh -415 kali dilihat
Polyura cognata, Kupu-kupu Menawan dari Sulawesi
Polyura cognata, Kupu-kupu Menawan dari Sulawesi - Foto/Taufiq Ismail

Klikhijau.comPolyura cognata, satu kupu-kupu menawan dari keluarga Nymphalidae. Pola sayapnya unik. Sayap belakang membentuk ekor yang tak biasa. Ekor yang kembar. Seolah membentuk bulan sabit.

Begitu pun warnanya. Paduannya nampak otentik. Warna putih berpadu jingga dan merah. Pada ujung sayap belakang yang menyerupai ekor terdapat warna biru yang tipis.

Juga terdapat beberapa warna hitam yang tipis. Layaknya garis. Menyelimuti beberapa warna. Seperti mempertegas. Sehingga nampak sayapnya seolah sengaja dilukis.

Itu baru sayap bawahnya. Bagaimana warna sayap bagian atasnya? Warna hitam mendominasi sayapnya.

Terdapat variasi warna putih pada sayap depan dan sayap belakang. Saat terentang seperti menyambung. Warna biru muda yang tipis pada sayap depan dan sayap belakang menjadi pemanis.

Pada sayap belakang, biru muda menyebar beberapa bagian sayap. Menyelimuti warna putih yang terdapat di tengah sayap.  Pada ujung sayap yang menyerupai ekor juga terdapat warna biru muda berselimut warna hitam.

KLIK INI:  Pohon Tin, Ciri dan Manfaatnya untuk Pengobatan  

Warna coklat juga tedapat pada sayap bawah. Terakhir, spot oranye pada ujung sayap bawah menjadi penanda jenis ini.

Matanya warna biru tua saat terkena cahaya yang pas. Proboscis-nya berwarna terang, oranye. Proboscis adalah sulur yang digunakan kupu-kupu untuk mengisap sari makanannya. Antena, kepala, dan dada berwarna hitam.

Saya bertemu dengan Polyura cognata ini di wilayah Bantimurung. Gugusan karst menara menghiasi wilayah ini. Menjadi rumah bagi beragam kupu-kupu menawan Sulawesi.

Ketinggian wilayah ini cukup rendah, hanya berkisar 10 meter dari permukaan laut. Meski begitu, Bantimurung cukup jauh dari laut, lebih dari 50 kilometer.

Di mana saja bisa kita temui kupu-kupu ini? Kupu-kupu yang termasuk subfamily Charaxinae ini hanya bisa kita jumpai di Sulawesi. Karenanya tak heran jika ia termasuk kupu-kupu endemik Sulawesi.

Subspesies dari Polyura cognata hanya ada tiga: P. Conata bellona, P. cognata cognatus, dan P. cognata yumikoe. Polyura cognata bellona bisa kita jumpai di Sulawesi bagian selatan dan Pulau Tukang Besi di Sulawesi Tenggara.

KLIK INI:  Ada Gula Ada Semut, Ada Pakan Ada Kupu-kupu

Bagaimana dengan saudara lainnya. P. cognata cognatus menyebar di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Tenggara. Sedangkan P. cognata yumikoe hanya bisa kita temui di Pulau Peleng, Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah.

Saya mencoba mencari Sulawesi Blue Nawab, nama asingnya, di mesin pencarian daring. Mencari foto cognata di habitat aslinya. Saya hanya menjumpai sebuah foto di Sulawesi Utara.

Seorang fotografer kupu-kupu asal Singapura mengunggahnya di sebuah website. Ia mendapati gambarnya saat mengunjungi Manado dan sekitarnya pada Mei 2012.

Jumpa perdana

Saya beruntung bertugas di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Bisa mengamati beragam bentuk dan warna kupu-kupu. Cognata ini termasuk kupu-kupu favorit saya. Sudah sejak lama saya idolakan.

Beberapa foto tentangnya di media sosial membuat saya kagum padanya. Meski gambar dirinya tak banyak yang beredar. Maklum sebarannya yang terbatas. Karenanya membuatnya sedikit esklusif.

KLIK INI:  Penangkap Kupu-kupu

Akhir tahun lalu, seorang kawan juga menjumpainya bertandang di tepian sungai Bantimurung. Bergabung dengan kawanan kupu-kupu lain. Berpesta mineral di pasir yang basah.

Saat menunjukkannya, saya terkesima. Berharap dalam hati “Semoga suatu saat bisa berjumpa dengannya,” gugam saya kala itu.

Hingga akhirnya pertengahan Januari 2021, saya bersua dengannya. Perjumpaan tak terduga. Saya mendapatinya sedang asyik menikmati bangkai satwa. Bangkai satwa yang tak lagi berwujud.

Bangkai yang beraroma kuat. Aroma yang kurang sedap. Jika bukan karena sang idola saya pun tak kuat menahan aroma membusuk itu. Tapi karena si doi, saya pun dengan senang hati mendekatinya. Mengabaikan aroma yang tak ramah itu.

Genus polyura sepertinya memang menyukai aroma busuk. Saya juga pernah berjumpa dengan Polyura nitebis. Nitebis mengunjungi sisa ekskresi satwa yang masih segar. Sangat asyik dia memperoleh mineral dari sana.

Cognata pun begitu. Ia begitu asyik memainkan sulurnya. Saat saya dekati, ia tak bergeming. Karenanya saya bisa mengabadikan dirinya dengan leluasa.

KLIK INI:  Kaya Manfaat, 5 Jenis Daun Mint Ini Bisa Anda Tanam di Pekarangan

Ia tak sendiri kala itu. Dua ekor Vindula erota bersamanya berpesta.

Beberapa pengunjung lalu lalang di sekitarnya tak mengganggunya. Maklum mereka berpesta persis di tepi jalan umum.

Kupu-kupu memang kadang lupa diri saat sedang bersantap. Meski begitu mata majemuknya tetap mawas diri dari ancaman. Hanya saja tak selihai dari biasanya.

Kupu-kupu memiliki pandangan yang cukup bagus pada jarak 3-4 meter. Bahkan  pada beberapa kupu-kupu kadang lebih sensitif.

Aroma menyengat sepertinya terkadang mengundang kehadiran kupu-kupu. Seberapa baik indra penciuman mereka? Saya belum mampu menjawab pertanyaan ini. Semoga ada peneliti yang mau menelisiknya lebih jauh.

Pada beberapa anggota Nympalidae juga kerap saya dapati menikmati sari buah yang membusuk. Menjadi magnet untuk mereka berpesta pora bersama.

Semoga hutan di Bantimurung terus terjaga. Menjaga rumah beragam kupu-kupu menawan Sulawesi.

KLIK INI:  Komodo dan 8 Pelajaran Filosofis dari Siklus Hidupnya