- Kaktus Centong, Tanaman Hias yang Bisa Menjernihkan Air Sungai - 28/03/2023
- Pohon Air Mata - 26/03/2023
- Pisang Mas, Potensi Desa Kindang yang Belum Dilirik - 22/03/2023
[hijau]Dunia musik seperti tidak ada hari esok[/hijau]
Klikhijau.com – Radiohead, bagi pencinta musik. Nama itu tentu tak asing. Ia adalah nama band asal Inggris. Namun, mungkin tak banyak yang tahu. Jika Radiohead termasuk band Inggris yang peduli terhadap dampak perubahan iklim.
Ke depannya, bukan hanya Radiohead saja yang akan berteriak agar lebih peduli lingkungan. Sebab menurut tulisan Adiyanto di mediaindonesia.com, sejumlah musisi, label, dan pengelola studio di Inggris bersepakat untuk peduli lingkungan.
Mereka akan meresnpons lebih aktif lagi terhadap perubahan iklim. Mereka menilai pelaku industri musik selama ini tidak memiliki respons yang kohesif terhadap perubahan iklim.
Selain Radiohead, ada beberapa artis yang tergabung dalam gerakan hijau ini. Artis-artis tersebut, yakni The Pretenders, Mick Hucknall, Tom Odell, dan Siobhan Fahey.
Bukan hanya para artis, perusahan label rekaman Inggris seperti Sony, Decca, Polydor, Universal, Virgin EMI, Warner, dan Domino juga mendukung kampanye ini.
Kehilangan kontak dengan kenyataan
Para pelaku musik negara asal Wayne Rooney tersebut berjanji untuk berbagi keahlian. Keahlian itu akan dibagi di seluruh industri dan membuatnya berkelanjutan secara ekologis.
“Industri musik Inggris dapat melakukan dua hal, mengurangi dampak lingkungan kita dan memperkuat suara kita,” kata eksekutif musik senior Tony Wadsworth seperti dikutip AFP, Jumat lalu.
Sementara itu, Drummer Savages, Fay Milton mengatakan, dunia musik serupa tak punya hari esok
“Sepertinya dunia musik telah kehilangan kontak dengan kenyataan, seperti tidak ada hari esok,” ungkapnya.
Mike Smith, direktur pelaksana Warner Chappell mengatakan: “Musik mungkin tidak memiliki dampak dari beberapa industri lain, tetapi kita mungkin masih perlu mengurangi jejak karbon kita.”
Para penandatangan gerakan ini meminta pemerintah untuk mengembalikan kehilangan keanekaragaman hayati. Juga menekan emisi gas rumah kaca hingga nol pada 2030.
Pertanyaannya, pelaku musik Indonesia kapan akan melakukan hal serupa?