Pertama Kalinya, Bathynomus Raksasa Ditemukan di Perairan Indonesia

oleh -561 kali dilihat
Pertama Kalinya, Bathynomus Raksasa Ditemukan di Perairan Indonesia
Bathynomus Raksasa /foto-LIPI
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Perairan Indonesia memang cukup luas dan menyimpan keanekaragaman hayati laut yang melimpah.

Namun, belum semua jenis keanekaragaman hayati laut perairan Indonesia terungkap. Perairan Indonesia masih menyimpan banyak misteri.

Salah satu bukti keanekaragaman hayati laut belum banyak tersentuh adalah penemuan jenis baru krustasea (udang-udangan) Bthynomus raksasa yang ditemukan di Indonesia. Sekilas hewan laut tersebut mirip kecoak. Bathynomus biasa juga disebut kutu laut.

Penemuan tersebut  merupakan pertama kalinya terjadi di perairan Indonesia. Penemuaan tersebut ‘dipecahkan’ oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.

KLIK INI:  Ini Penyebab Polusi Udara, Salah Satunya Mungkin Sering Kita Lakukan

Dengan adanya penemuan itu membuktikan jika masih banyak potensi keanekaragaman hayati Indonesia yang belum terungkap.

“Masa depan pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia berkejaran dengan laju kepunahan jenis dan mungkin juga taksonom sebagai garda terdepan,” ungkap Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi.

Tidak hanya itu, dengan ditemukannya Bathynomus raksasa tersebut, juga menjadi kabar gembira bagi orang yang bergelut di bidang  ilmu taksonomi.

Bidang ilmu tersebut selama ini terbilang sepi peminat. Maka dengan adanya penemuan Bathynomus raksasa menjadi capaian yang luar biasa besar bagi seorang seorang taksonomis.

“Penemuan jenis baru merupakan capaian besar seorang taksonomis apalagi jenis spektakuler dari sisi ukuran bahkan ekosistem di mana jenis tersebut ditemukan,” ungkap Cahyo.

Dilansir dari laman resmi LIPI, Bathynomus memiliki ciri-ciri, yakni tubuh pipih dan keras, walaupun tidak memiliki karapaks atau cangkang keras yang melindungi organ dalam pada tubuh krustasea.

Ia juga memiliki mata yang besar, pipih, dan memiliki jarak cukup lebar di antara keduanya. Organ di bagian kepala adalah sepasang antena panjang, sepasang antena pendek di ujung kepala, serta mulut dan anggota tubuh yang bermodifikasi untuk alat makan di segmen bagian bawah kepala. Bathynomus memiliki tujuh pasang kaki jalan dan lima pasang kaki renang.

KLIK INI:  Hiu yang Masuk ke Sungai Musi Berakhir Jadi Ikan Asin

Untuk Bathynomus raksasa yang ditemukan di Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa pada kedalaman 957-1259 meter di bawah permukaan laut. Proses identifikasi  dilakukan dari holotype jantan berukuran 363 milimeter dan paratype betina berukuran 298 milimeter.

Penting bagi riset taksonomi

Conni Margaretha Sidabalok, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, secara umum, bathynomus raksasa paling mirip dengan Bathynomus giganteus dan Bathynomus lowryi dalam rentang ukuran dan karakter di bagian ekor atau pleotelson.

Hal yang membedakan keduanya terdapat pada karakter antena, organ ujung kepala, tekstur permukaan, duri ekor dan beberapa karakter lain.

Para peneliti menamai Bathynomus raksasa bukan tanpa alasan. Penamaan itu mengacu pada ukuran tubuh yang masuk dalam kategori besar (giant) dan sangat besar (super giant) yang dapat mencapai ukuran di atas 15 centimeter di usia dewasa.

“Ukurannya memang sangat besar dan menduduki posisi kedua terbesar dari genus Bathynomus,” jelas Conni.

KLIK INI:  Mengapa Generasi Muda Lebih Peduli Lingkungan dan Isu Keberlanjutan?

Bathynomus sebenarnya bukanlah jenis hewan laut baru. Sebab para peneliti telah menemukan menemukan lima jenis Bathynomus berkategori super giant di Samudera Hindia dan Pasifik.

Namun, untuk di Indonesia penemuan Bathynomus raksasa tersebut baru pertama kalinya. Apalagi, menurut Conni riset semacam itu cukup langka di Indonesia.

Karenanya, penemuan Bathynomus  pertama dari laut dalam Indonesia ini sangat penting bagi riset taksonomi krustasea laut dalam.

Penemuan itu bisa terwujud berkat ekspedisi South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES) yang merupakan ekspedisi LIPI bersama National University of Singapore.

Conni menjelaskan ekspedisi SJADES juga memperoleh empat spesimen Bathynomus pra-dewasa dan muda dari perairan Selat Sunda dan selatan Jawa.

“Spesimen tersebut tidak dapat kami identifikasi ke tingkat jenis, karena karakter diagnostik jenis biasanya belum berkembang pada tahap pra-dewasa atau lebih muda. Tetapi yang pasti spesimen ini bukan Bathynomus raksasa karena adanya perbedaan bentuk ekor, ekor samping dan duri ekor,” ujar Conni.

Ekspedisi SJADES  tersebut si koordinator penelitian Dwi Listyo Rahayu dan Peter Ng pada tahun 2018. Untuk penemuan jenis baru Bathynomus raksasa tersebut, dipublikasikan pada jurnal ZooKeys tanggal 8 Juli 2020.

KLIK INI:  Terbayang, Ibukota Negara Berpindah ke Jeneponto