Klikhijau.com – Jika di Papua terdapat suku Asmat, di Kalimantan terdapat Suku Dayak, di Jambi ada suku Anak Dalam, di Nusa Tenggara Timur juga terdapat suku Boti.
Merupakan satu suku yang letaknya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, sekira 40 kilometer dari ibukota. Ciri khas keberadaan suku Boti adalah teguh mempertahankan tradisi leluhur. Adapun salah satu kepercayaan yang dianut suku Boti yakni Halaik, agama asli orang Timor.
Agaknya bisa dibilang bahwa Boti merupakan salah satu suku yang tertutup dengan zaman peradaban modern. Di samping karena letak geografisnya berada di tengah pegunungan, suku ini merupakan suku yang hingga saat ini masih melestarikan budayanya secara holistik.
Sistem pemerintahan Boti berbentuk kerajaan, dengan dipimpin seorang raja (Usif) bermarga Benu. Usif berperan penting dalam suku Boti, sebagai pemimpin adat dan pemimpin spiritual, sehingga tak heran masyarakatnya sangat menghormati Usif.
Selain menghargai pemimpinnya, suku ini sangat menghormati alam. Mereka menyadari bahwa kehidupan sehari-hari mereka sangat bergantung pada alam. Alam adalah Rahim Ibu, begitu kira-kira.
Misalnya, masyarakat yang menenun kain Boti mengambil bahan-bahannya dari kapas dan pewarna yang ia dapat dari lingkungan sekitar. Tidak ada sentuhan teknologi modern yang masuk ke daerah tersebut, karena diyakini akan menggerus tradisi dan merusak alam. Terkecuali orang-orang luar yang berkunjung dan pedagang yang terkadang membawa transportasi atau alat komunikasi modern ketika masuk ke area suku Boti.
Suku ini juga memiliki aturan monogami, satu pria hanya boleh memiliki satu istri. Pria yang sudah menikah tidak diperbolehkan memotong rambutnya.
Mereka akan menggelung rambut menyerupai konde. Setiap anak dalam keluarga Boti pun akan dibagi-bagi, separuh diperbolehkan sekolah, separuhnya lagi tidak. Hal ini bertujuan agar kepercayaan, adat-istiadat, dan tradisi suku ini dipegang teguh dan dilestarikan, supaya tercipta keseimbangan antara kehidupan di masa sekarang dan kehidupan berdasarkan tradisi nenek moyang mereka.
Bahasa yang digunakan suku Boti sehari-hari adalah Bahasa Dawan. Banyak di antara mereka yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Namun tidak menjadi penghalang jika ada yang berkunjung ke suku ini. Mereka terbuka dengan orang-orang yang bertandang dan menikmati kehidupan Boti yang sederhana dan tradisional.
Boti menjadi catatan sejarah tersendiri bagaimana teguhnya masyarakat dalam mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya, menjalankan dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh leluhur mereka, bagaimana upaya mereka dalam menyeimbangkan kehidupan manusia dan alam, dan sudah barang tentu menjadi corak atau warna tersendiri bagi kehidupan yang serba modern seperti sekarang ini. (*)