Perihal Ikan Wader yang Rentan Punah

oleh -907 kali dilihat
Ikan wader-foto/jurnal asia

Klikhijau.com – Ikan wader merupakan jenis ikan  ikan dari suku Cyprinidae. Ikan ini masih satu satu keluarga dengan ikan mas hias, ikan mas, dan ikan karper atau ikan mas hias.

Meski berada pada satu keluarga, Namun, ikan wader berlebih lebihkecil dibandingkan ikan mas. Ikan ini memiliki banyak nama, di antaranya ikan cere, beunteur,  paray.

Spesies ikan ini cukup banyak, kesemuanya  memiliki ciri khas tersendiri. Di perairan Indonesia, ada dua jenis ikan wader yang yang masih banyak ditemukan, yakni wader bintik dua dan wader pari.

Wader pari yang menyandang nama ilmiah Rasbora lateristriata menjadi salah satu jenis ikan air tawar lokal Indonesia.

KLIK INI:  Mengenal Senggani, Tanaman Liar dengan Ragam Manfaat Istimewa

Salah satu tantangan mengonsumsi ikan ini karena merupakan perishable food atau bahan pangan yang mudah rusak. Karena itu, jika ingin membuatnya awet, maka perlu Teknik penyimpanan yang bagus, misalnya dalam suhu dingin.

Almira Islamei Pratiw dkk (2017) mengungkapkan wader banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber protein hewani. Ia memiliki rasa yang gurih dan dapat dimasak dengan berbagai cara pengolahan. Jadinya, ikan bisa dinikmati dengan berbagai olahan makanan.

Sebagai sumber makanan yang digemari, maka permintaan pasar ikan ini terus meningkat, keberadaannya di alam saat ini semakin hari semakin sulit untuk ditemukan (Budiharjo 2002).

Ikan ini menurut Budiharjo dapat ditemukan di perairan Indonesia, di antaranya  Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara. Namun, ada hal yang miris perihal ikan ini, yang sedang berada dalam intaian kepunahan.

KLIK INI:  Langkah Ini yang Harus Segera Dilakukan Terhadap Satwa Liar Hasil Sitaan Perdagangan Ilegal
Terancam punah

Dilansir dari lama ugm.ac.id, Prof. Dr. Ir. Djumanto mengatakan, keberadaan ikan ini di alam berada dalam intaian kepunahan. Bahkan, statusnya dapat meningkat menjadi kritis jika kualitas habitatnya mengalami penurunan yang sangat drastis, yang menyebabkan ikan ini tidak cocok untuk berkembang biak.

Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Pertania Universita Gadjah Mada itu mengungkapkan, ada  sejumlah faktor utama yang mengancam keberadaan ikan wader, bahkan seluruh ikan air tawar asli perairan darat.

Salah ancamannya adalah cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,  misalnya memakai alat setrum untuk menangkapnya, ini jelas cara yang  yang merusak.

Ancaman lainnya dalah perliaku pemancing ikan maupun penggemar ikan. Mereka kurang bertanggung jawab, misalnya dengan cara melepaskan spesies ikan tertentu yang dapat berakibat pada penurunan populasi ikan mangsa. Lalu, introduksi spesies asing yang invasive juga dapat menjadi kompetitor atau predator pada ikan asli.

Prof. Dr. Ir. Djumanto juga menjelaskan  gambaran perairan umum darat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menyimpan sebanyak 47 jenis ikan meliputi 42 jenis ikan lokal atau asli dan 5 jenis ikan introduksi yakni ikan red devil, guppy, nila, sapu-sapu, dan ekor pedang.

Sementara berdasarkan status keberadaannya, ikan berstatus risiko rendah sebanyak 83 persen, ikan berstatus belum dievaluasi sebesar 13 persen, sedangkan yang berstatus informasi data kurang dan rentan masing-masing 2 persen.

KLIK INI:  Memilukan, Penyu Terkecil di Dunia Terancam Punah

“Spesies ikan yang berstatus rentan yaitu ikan wader, bisa menjadi kritis ketika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis, sehingga tidak cocok untuk berkembang biak. Demikian halnya, ikan yang berstatus risiko rendah bisa menjadi rentan jika tingkat penangkapan dan gangguan antropogenik lainnya sangat tinggi,”urainya.

Menurutnya perlindungan dan pelestarian terhadap ikan asli dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penebaran atau restocking, pemanfaatan ikan terkendali, domestikasi ikan asli, pembuatan reservat,  pengendalian ikan invasif,  dan modifikasi habitat pemijahan.

Terkait modifikasi pemijahan, Djumanto menjelaskan bahwa sebagian besar ikan memijah bertepatan saat musim hujan ketika tersedia air yang melimpah dan kualitasnya baik.

Sementara pada ikan wader pari yang mendiami sungai Ngrancah. Pemijahan terjadi pada peralihan musim hujan dan kemarau ketika suhu udara rendah dan kandungan oksigen tinggi.

Pemijahan  bisa dilakukan dengan menyediakan habitat pemijahan berupa cekungan yang berukuran sekitar 2 x 1 m2 dan rerata kedalaman air 30 cm dengan substrat dasar pasir pada sisi sungai dapat memicu ikan wader pari untuk datang dan memijah.

KLIK INI:  Harpy, Burung Elang Terbesar di Dunia yang Nyaris Punah

Semakin banyak cekungan sebagai habitat pemijahan di sepanjang sisi sungai dapat meningkatkan peluang ikan wader pari untuk memijah sehingga populasinya akan tinggi.

Mode yang sama dapat digunakan untuk jenis ikan lain yang menjadi target untuk dikonservasi, misalnya pada ikan uceng (Nemacheilus fasciatus).

Hal yang perlu dilakukan

Djumanto  juga menegaskan perlu ada peningkatakan keanekaragaman sumber daya ikan perairan darat melalui berbagai upaya.

Upaya menjaga keanekaragaman ikan asli dapat melibatkan kelompok masyarakat melalui edukasi, sayembara atau lomba, dan kegiatan lain yang bernuansa wisata. Pengendalian ikan invasif dapat dilakukan dengan edukasi dan mencegah tersebarnya ikan invasif di perairan umum.

KLIK INI:  Araceae, Tumbuhan Potensial yang Terancam Degradasi Hutan

Zulfadhli dkk 2016 menegaskan bahwa tingginya permintaan pasar menjadikan eksploitasi ikan ini sangat tinggi. Jadinya, dikhawatirkan ikan ini terancam keberadaannya di alam.

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dengan usaha domestikasi dan budidaya intesif ikan wader. Dengan harapan ke depannya para penjual ikan tidak lagi menangkap di habitat alami yang menyebabkan ikan wader terancam keberadaannya.

Di sisi lain, informasi penting dan mendasar biologi ikan seperti perkembangan gonad yang merupakan bagian dari proses reproduksi belum tersedia.

KLIK INI:  Rumput Mutiara, dari Antioksidan Alami hingga Penghambat Pertumbuhan Mikroba pada Unggas