Peran Komunitas MTS Atasi Perubahan Iklim melalui Pengelolaan Sampah

oleh -190 kali dilihat
Peran Komunitas MTS Atasi Perubahan Iklim melalui Pengelolaan Sampah
Demo pembuatan eco enzyme oleh Komunitas Manggala tanpa Sekat - Foto: Ist

Klikhijau.com – Belum tuntas upaya mengatasi krisis persoalan dan penanganan sampah, kini di depan mata badai krisis iklim datang menerpa.

Jika dirunut ke belakang persoalan pengelolaan sampah menjadi salah satu elemen kunci. Jika sampah yang dihasilkan setiap hari tidak dikelolah secara baik dan memadai akan memberi dampak pada lingkungan. Pengelolaan sampah merupakan salah satu upaya mitigasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca.

Dari sektor limbah yang dihasilkan terutama sampah ikut berkontribusi besar terhadap dampak emisi gas rumah kaca. Diketahui timbunan sampah dapat membentuk emisi metan (CH4) dan karbondioksida (CO2).

Pertumbuhan penduduk yang besar memberikan implikasi atas pola konsumsi masyarakat. Pada gilirannya menciptakan jumlah timbunan sampah dan limbah domsetik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Pola konsumsi masyarakat juga ikut berpengaruh atas komposisi jenis material kandungan sampah. Beberapa kandungan material ditengarai dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

KLIK INI:  Ilmuan Indonesia Duduki Posisi Penting di IPCC: Harapkan Aksi Iklim Lebih Cepat

Volume sampah yang bertambah setiap waktu membuat tata kelola persampahan perlu konsep penanganan yang komprehensif dan kolaboratif. Konsep pengolahan sampah di TPA mesti dipahami adalah upaya dihilir atau akhir dari seluruh proses pengelolaan sampah. Pemandangan dengan gunung sampah semestinya tak perlu terjadi.

Bagi Founder Manggala Tanpa Sekat, Mashud Azikin, timbunan sampah di TPA Tamangapa Antang dengan volume yang besar berpotensi melepas gas metana (CH4).

“Gas metana sendiri dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan turut berkontribusi terhadap pemanasan global,” urai Alumnus Kimia Unhas ini saat kami menyambangi kediamannya di Antang.

Penyebab efek rumah kaca lainnya yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Salah satunya ada tumpukan sampah plastik yang tak terkendali sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Menurut penelitian, plastik mengeluarkan gas metana dan etilena ketika terkena sinar matahari dan berakibat rusak. Gas metana alami atau buatan dikatakan sebagai penyebab utama perubahan iklim.

KLIK INI:  SGB Bawa Puluhan Siswa SD Binaan Mizuiku Belajar di Ekoriparian Citarum

Paradigma baru pengelolaan sampah

Sampah telah menjadi permasalahan bersama sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan.

Kepentingan masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpuh pada pola lama. Sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.

“Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk kebutuhan kompos, pupuk ataupun untuk produk eco enzyme,” ujar Mashud Azikin.

Pengelolaan sampah yang diterapkan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu. Bahkan jauh sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Hingga penanganan dalam bentuk produk olahan dari sampah yang telah dipraktekkan oleh komunitas MTS.

Paradigma baru dari pengelolaan sampah yang dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Aspek pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali. dan pendauran ulang.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

KLIK INI:  Sains dan Teknologi Menjadi Basis Pembangunan Standar Instrumen LHK

Peran komunitas MTS

Peran komunitas lokal menjadi suatu keniscayaan dalam upaya mencapai ambisi pencegahan kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 derajat Celsius sesuai amanat Persetujuan Paris.

Peran komunitas lokal menjadi sebagian isi dari Pakta Iklim Glasgow, hasil perundingan sekitar 190 negara dalam ajang Conference of the Parties (COP) 26 yang berlangsung di Glasgow pada 31 Oktober – 13 November 2021 lalu.

Cetusan COP 26 Glasgow tersebut dengan jelas menyebut, “Mengakui peran penting dari pemangku kepentingan non-Party, termasuk masyarakat sipil, masyarakat adat, komunitas lokal, pemuda dan anak-anak, pemerintah lokal dan pemangku lainnya dalam mencapai tujuan dari Persetujuan Paris.”

Manggala Tanpa Sekat sebagai salah satu komunitas yang ada di Antang, Makassar, telah bergerak dalam upaya untuk ikut mengatasi perubahan iklim lewat pengelolaan sampah. Aksi ini terbangun dengan melibatkan berbagai pihak menjadi salah satu wujud kolaborasi dalam aksi iklim.

KLIK INI:  Masih Ada Ribuan Spesies Pohon yang Belum Ditemukan

Para pihak yang melihat dari dekat mengakui, bahwa aksi nyata komunitas MTS punya potensi besar dan sebenarnya telah terlibat dalam aksi iklim, tetapi masih kurang mendapatkan dukungan.

Menurut Mashud Azikin, pengelolaan sampah rumah tangga melalui sistem bank sampah, pengomposan, dan lainnya, perlu terus disosialisasikan dan digalakkan di tengah masyarakat demi mengatasi masalah sampah rumah tangga yang sering terabaikan selama ini.

Pasalnya, pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem bank sampah pengomposan, dan lainnya, bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya dan manfaat sampah.

Juga ikut membantu program pemerintah menanggulangi masalah sampah, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menjadikan sampah yang tidak bermanfaat menjadi berkah. Aspek pengurangan emisi gas rumah kaca melalui sistem bank sampah salah satunya telah diterapkan pada aksi komunitas MTS.

KLIK INI:  KPA Mentari Sinjai: Konfigurasi Antara Alam, Seni dan Spiritualitas

5 cara komunitas MTS dalam menjaga perubahan iklim

  1. Upaya mengedukasi warga dalam pemilahan sampah yang dimulai dari rumah tangga. Tahapan mengedukasi warga dengan membentuk kelompok berbasis RT di tingkat warga. Setiap saat warga diajak ikut berdiskusi guna membahas persoalan dan penanganan sampah. Bagi komunitas MTS, semua pihak harus mengambil bagian sesuai kemampuan dan kapasitasnya masing-masing, sekecil apa pun.
  2. Mengolah sampah organik dengan melalui serangkaian program pengolahan. Dengan mengambil sampah hasil dari rumah tangga dan pasar-pasar untuk dibuat kompos. Pada fase, proses pengolahan dan pembuatan kompos yang diinisiasi komunitas MTS bekerjasama dengan Bank Sampah sektor Manggala.
  3. Memilah sampah organik jenis sayur-sayuran dan limbah buah-buahan untuk diolah dan diproses menjadi pupuk organik cair dan bakteri pengurai sampah (EM4++). Produk EM4 ++ dihasilkan dari fermentasi selama kurang lebih 30 hari. Mengapa dinamakan EM4++? Karena disamping berfungsi sebagai pengurai organik yang efektif juga dapat berfungsi sebagai pupuk organik cair yang mengandung banyak jenis mikroorganisme yang baik untuk pertumbuhan tanaman dan menyuburkan tanah. Selain itu EM4++  termasuk salah satu bakteri fotosintesis yang berfungsi membantu akar mengikat cahaya sehingga fotosintesis tidak hanya berlangsung di daun tetapi juga dapat berlangsung di dalam tanah. Produk EM4++ sendiri nantinya akan di jadikan bahan pengurai organik dalam pembuatan kompos bekerja sama juga dengan pihak Bank Sampah sektoral Manggala.
  1. Disamping itu sampah jenis sayur-sayuran dan limbah buah dibuat sebagai bahan olahan produk ecoenzym. Semua perolehan sampah jenis ini didapatkan dari hasil perolehan pemulung dalam menyelamatkan buah-buah afkir yang masih baik dan digunakan untuk pembuatan ecoenzym.Saat komunitas MTS dalam tahap menginisiasi Bank Eco Enzim. Total produksi yang dihasilkan menjadi produk eco enzym hingga saat ini telah mencapai 100 liter dan ditargetkan akan mencapai minimal 1000 liter pada bulan Maret 2023. Ide Bank eco enzyme itu sendiri telah diapresiasi beberapa pihak di Makassar. Diantaranya PT. Mitra Hijau Asia dan media Klikhijau.com yang ikut mendukung saat launching produk eco enzyme (20/8/2022). Kebutuhan dan ketersediaan produk ecoenzyme yang memadai akan membantu pemulihan kondisi udara,perairan dan tanah di suatu kawasan seperti TPA, waduk, kanal, dan lahan pertanian.
  1. Menghidupkan dan menggelorakan senam jantung sehat setiap. Setiap hari Rabu dan Minggu berlangsung kegiatan senam yang didominasi kalangan perempuan di wilayah Manggala. Bersama Klub Jantung Sehat (KJS) Manggala, aktivitas ini telah berlangsung rutin sebelum pandemik covid-19 terjadi.
KLIK INI:  Amartha Tanam 4.000 Mangrove di Pesisir Pulau Tanakeke