- 6 Tempat Bersejarah Saat ke Hutan Melalui Jalur Tassika di Bulukumba - 11/12/2023
- Air Hilang dalam Hujan - 09/12/2023
- Kisah Pengalaman Pertama Bertamu ke Hutan - 05/12/2023
Klikhijau.com – “Gajah mati meninggalkan gadingnya, orang mati meninggalkan nama,” peribahasa itu masih sangat populer.
Karena gadingnya, maka gajah banyak menemui mautnya. Gading gajah seolah lebih bermanfaat daripada gajah itu sendiri.
Padahal makhluk ‘raksasa’ itu memiliki peran yang penting bagi lingkungan. Ia merupakan salah satu penyebar benih atau biji tumbuhan.
Sayangnya karena godaan gadingnya yang menggiurkan, peran pentingnya terhadapt lingkungan seolah tak berarti apa-apa.
Kematian gajah tentu saja menjadi berita duka bagi lingkungan, bagi ekosistem. Apalagi jika kematian itu bersifat massal seperti yang terjadi di Botswana.
Botswana memiliki jumlah gajah tertinggi di Afrika. Diperkirakan ada lebih dari 130 ribu gajah sabama di sana—1/3 dari total populasi hewan tersebut di Afrika.
Negara di selatan Afrika ini memiliki hubungan yang kompleks dengan gajah. Gajah menjadi menjadi sumber uang, pariwisata, dan kebanggan.
Namun, tidak bisa pula dipungkiri—konflik antara gajah dan manusia kadang pula terjadi. Terjadi peningkatan konflik antara gajah dan manusia yang mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, bahkan kematian. Karenanya gajah kadang pula menerima kebencian.
Dalam beberapa tahun terakhir, gajah mendapat ancaman dari perburuan gading dalam beberapa tahun terakhir.
Bangkai masih utuh
Ada sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 2019, berdasarkan hasil survei udara dan kunjungan lapangan, menunjukkan bahwa jumlah bangkai gajah yang ditemukan di Botswana meningkat hampir 600% dari 2014-2018. Sebagian besar hewan ini diyakini telah dibunuh karena gadingnya.
Namun, ada hal misterius terjadi dalam dua bulan terakhir di Botswana. Otoritas margasatwa regional Botswana melaporkan setidaknya ada 154 gajah yang mati di Okavango Delta. Kematian gajah tersebut diliputi misteri yang hingga kini masih dicari penyebabnya.
Pada bangkainya tidak ditemukan bukti racun pada tubuh mereka. Racun adalah sesuatu yang biasa terjadi ketika terjadi konflik gajah dan manusia.
Selain itu, juga tidak ditemukan bakteri atau antraks yang biasa menginfeksi satwa liar pun tidak dimiliki gajah-gajah tersebut. Bangkai mereka terlihat utuh.
Dengan bangkai yang utuh itu menunjukkan jika gajah-gajah tersebut tidak diburu untuk gading atau daging mereka.
“Kami masih menemukan gajah yang sekarat di Okavango. Mereka sakit dan hampir mati,” kata Dikamatso Ntshebe, petugas satwa liar di Gaborone, ibu kota Botswana.
Karena bangkai gajah yang ditemukan masih utuh—termasuk gadingnya. Maka Departemen Satwa Liar negara tersebut mulai memisahkan gading-gading dari bangkai gajah.
Pemisahan itu bertujuan untuk mencegah para pemburu liar mengambil gadingnya. Selain itu, Penduduk lokal juga telah dilarang untuk mengonsumsi bangkai gajah dengan alasan pihak berwenang masih menyelidiki kematiannya.
Untuk menemukan titik terang sebab kematian ratusan gajah itu, sampel jaringan dari gajah mati tersebut telah dikirim ke negara tetangga Afrika Selatan untuk dianalisis lebih lanjut.
Kematian gajah di negara selatan Afrika itu, tak sekadar meninggalkan gadingnya, tapi juga meninggalkan misteri penyebabnya apa.