Pengelolaan Sampah di ASEAN Berkiblat ke Surabaya?

oleh -458 kali dilihat
Ilustrasi pengelolaan sampah di Surabaya
Ilustrasi pengelolaan sampah di Surabaya/foto-inews.id
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Persoalan sampah di Indonesia menjadi sorotan aktor Leonardo DiCaprio. Maklum saja jika disorot aktor Titanic itu, sebab Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar kedua di dunia.

Pengelolaan sampah di Indonesia memang masih mengkhawatirkan, khususnya di kota-kota besar. Namun, bukan berarti tidak ada kota yang bisa jadi panutan dalam pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah di Indonesia patut menoleh ke Kota Surabaya. Iya, Surabaya kini menjadi terdepan dalam pengelolaan sampah. Salah satu buktinya, ibu kota Jawa Timur itu menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang meraih Adipura Kencana.

KLIK INI:  Cerita dari 'Suroboyo Bus' yang Menerima Bayaran Sampah Plastik

Dari segi sarana, Surabaya mempunyai Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan yang layak menjadi panutan. Fasilitas daur ulang sampah yang dibangun pada 2015 ini dapat mengelola 5-6 ton sampah per hari, dengan kapasitas maksimum 20 ton/hari, serta income harian dari sampah yang terolah adalah Rp 6 juta/hari.

Sekjen dan perwakilan tetap negara anggota ASEAN terkait pengelolaan sampah  di PDU Jambanga, Jumat, 3 Mei 2019, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK M.R. Karliansyah mengatakan pengelolaan sampah di Surabaya sungguh luar biasa dan patut menjadi contoh bagi kota lainnya di Indonesia dan bahkan ASEAN.

“Kita ingin menunjukkan kepada Sekjen dan Duta Besar Negara ASEAN, bahwa Surabaya adalah leader dalam pengelolaan Sampah. Pengelolaannya bukan hanya digerakkan oleh Pemda, tapi muncul dari inisiatif masyarakat sendiri. Inilah yang ingin kita tunjukkan”, kata Karliansyah.

KLIK INI:  Benarkah Gowa Darurat Tempat Sampah?

Lokasi daur ulang ini juga menerapkan teknologi Black Soldier Fly (BSF), yang merupakan hasil kerja sama antara KLHK dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya. Teknologi ini memanfaatkan larva lalat untuk memakan sampah organik dari sisa makanan/limbah rumah tangga, yaitu setiap 10 ribu larva, mampu mengurai limbah sebanyak 12 kilogram, dalam 12 hari.

“Di PDU ini adalah proyek KLHK tahun 2015, dan saat ini Pemko Surabaya akan membangun 3 lagi. Kita dengar tadi hasilnya 30% jadi kompos, sebagian menjadi number energi listrik, dan anda bisa lihat proses pengomposannya dengan menggunakan larva,” tambah Karliansyah.

Saat ini di Indonesia sudah ada 12 PDU serupa, di antaranya di DAS Citarum, Labuan Bajo, Ponorogo, Bandung, Kota Bandung, Cimahi, dll.

“Kota di Indonesia patut menjadi contoh pengelolaan sampah bagi kota-kota di ASEAN. Saya berharap Indonesia dapat berbagi pengetahuan dan teknologi dengan Negara ASEAN lainnya”, imbuh Sekjen ASEAN H.E Dato Lim Jock Hoi usai meninjau PDU Jambangan.

KLIK INI:  Ini yang Dilakukan Pemkot Bontang untuk Kurangi Sampah Plastik

Kemudian masih di Kecamatan Jambangan, rombongan juga melihat keberhasilan bank sampah. Keberadaan bank sampah di kecamatan tersebut berhasil mengajak warga untuk menabung dengan cara menyetorkan sampah, yang kemudian setelah terkumpul, akan dijual dan hasil uangnya dapat diambil lagi oleh masyarakat saat membutuhkan, seperti pada momen hari raya atau pada saat anak masuk sekolah.

Di akhir kunjungan, Sekjen ASEAN mencoba “Suroboyo Bus”, yaitu transportasi ramah lingkungan yang mensyaratkan pembayaran ongkos bus dengan sampah plastik. Bagi penumpang yang akan naik dapat memilih untuk membayar ongkos bus, yaitu 5 botol ukuran tanggung atau 3 botol besar, atau 10 gelas air mineral, atau kantong plastik (kresek), dan kemasan plastik. Penumpang bisa berkeliling Surabaya selama 2 jam secara gratis.

KLIK INI:  Mengapa Masih Ada Sampah Plastik di Antara Kita?