Penemuan Terbaru: Bahan Pakian dari Tentakel Cumi-Cumi Bisa Mengurangi Pencemaran Plastik

oleh -330 kali dilihat
Bahan pakian dari tentakel cumi-cumi
Bahan pakian dari tentakel cumi-cumi/foto-via the Independent
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Pencemaran sampah plastik masih mencemaskan. Berbagai upaya telah dilakukan agar pencemarannya bisa diatasi. Terobosan baru pun banyak dilakukan, semisal penciptaan Pela, pelindung ponsel ramah lingkungan, penemuan gelas Ello Jello oleh David Cristian dari Indonesia. Gelas tersebut dari bahan rumput laut yang ramah lingkungan dan bisa dimakan.

Terobosan baru terus bergerak untuk mengurangi plastik, bahkan kini mulai menyentuh dunia pakain. yang terbaru sebuah penemuan bahan pakaian yang dibuat dari senyawa tentakel cumi-cumi diketahui dapat menggantikan kain. Saat ini kain adalah salah satu penyumbang plastik dalam jumlah besar ke lautan dunia.

Bahan-bahan pakaian sekarang sebagaimana yang ditayangkan Nationalgeographic.co.id, Rabu, 6 Maret 2019 terbuat dari tekstil sintetis seperti poliester. Ia menggantikan kain alami yang berasal dari wol dan kapas karena proses pembuatannya yang lebih mudah dan murah.

KLIK INI: FPIK UMI Terapkan Teknologi Atraktor Cumi-cumi Ramah Lingkungan di Pangkep

Namun sayangnya, poliester berkontribusi pada triliunan mikroplastik yang memenuhi laut dunia dan membahayakan hewan-hewan di dalamnya.

Mikroplastik memang berasal dari banyak sumber, tapi sejauh ini, varietas yang paling melimpah adalah serat mikro (mikrofiber). Berasal dari kain sintetis yang luruh setiap kali pakaian dicuci dengan mesin.

Dr. Melik Demirel, peneliti dari Pennsylvania State University, ingin mengatasi masalah tersebut. karenanya ia berjuang untuk mengembangkan serat baru dari bahan alami. Ia mempresentasikan penemuannya ini dalam sebuah panel yang membahas krisis mikroplastik di American Association for the Advancement of Science (AAAS).

“Saat ini, kami sedang mengembangkan serat kain dari protein alami, hasilnya mirip dengan wol atau sutra,” papar Demirel.

Katanya, masalah utama dari serat sintetis adalah mereka tidak bisa beradaptasi dengan siklus alami sehingga sulit terurai. Oleh sebab itu, kita harus menemukan sesuatu yang bekerja sesuai siklus alam.

KLIK INI: Dua Siswa di Bali Sulap Sampah Canang Jadi Sumber Listrik

“Jawaban logisnya adalah dengan menggunakan blok penyusun yang juga sama dengan alam,” tambahnya.

Demirel menuturkan, di antara blok penyusun alami, salah satu yang dapat digunakan adalah protein yang ditemukan pada tentakel cumi-cumi. Itu dapat tumbuh di bakteri yang dimodifikasi secara genetik, kemudian berubah menjadi serat.

Langkah yang ingin dilakukan selanjutnya adalah meningkatkan proses produksi sehingga dapat bersaing dengan tekstil sintetis yang dibuat setiap tahun.

Jika bahan pakaian dari senyawa tentakel cumi-cumi ini dicuci, seratnya akan dengan mudah terurai di air. Dengan begitu, ia tidak memberikan pengaruh negatif pada lingkungan sehingga bisa menjadi solusi untuk mengurangi polusi plastik. (kh)