Peneliti Jepang: Konsentrasi Obat tidak Terikat Protein Plasma pada Darah

oleh -268 kali dilihat
Peneliti Jepang Konsentrasi Obat tidak Terikat Protein Plasma pada Darah
Prof Yukio Kato pada sebuah Webinar bertema "Change in Transporter Mediated Drug Disposition in Non-Injured Organs During Liver/Kidney Failure" yang digelar Fakultas Farmasi Unhas, Jumat 07 Agustus 2020 - Foto/Ist

Klikhijau.com – Peneliti dari Laboratorium Pharmacotherapeutics Molekul, Universitas Kanazawa Jepang, Prof Yukio Kato, menyebut konsentrasi obat tidak terikat protein plasma pada darah.

Hal itu disampaikan Prof Kato pada sebuah Webinar bertema “Change in Transporter Mediated Drug Disposition in Non-Injured Organs During Liver/Kidney Failure” yang digelar Fakultas Farmasi Unhas, Jumat 07 Agustus 2020.

Dalam sesi Webinar tersebut, Prof. Yukio Kato memaparkan pengaruh gangguan pada ginjal dan hati di beberapa kondisi patologis terhadap profil beberapa obat dalam tubuh manusia dan hewan.

Sebelum membahas lebih lanjut, Prof Kato menjelaskan pentingnya mengetahui konsentrasi obat yang tidak terikat dengan protein plasma pada darah. Hal ini disebabkan karena obat yang tidak terikat ini akan mempengaruhi timbulnya efek samping pada tubuh.

KLIK INI:  Temukan Kesehatan yang Lebih Baik dengan Cara Menanam Pohon

Prof Kato juga menjelaskan tiga hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitiannya. Salah satunya, penelitian tentang profil farmakokinetika metabolit aktif dari obat antikanker irinotecan, yaitu SN-38 pada pasien gagal ginjal.

Pada penelitian ini, Prof Kato menemukan bahwa pada pasien gagal ginjal terjadi peningkatan konsentrasi SN-38 pada plasma yang mengakibatkan AUC SN-38 meningkat sebanyak 1,7 kali jika dibandingkan dengan pasien yang normal.

“Setelah dilakukan penelitian lanjutan, konsentrasi dan AUC dari SN-38 yang tidak terikat pada protein plasma meningkat masing-masing sebanyak 2,6 kali dan 4,4 kali. Dengan demikian, potensi efek samping yang dihasilkan akan meningkat,” jelasnya.

Diketahui, pemeriksaan patologi dalam pengujian mutu obat hewan dilakukan untuk memeriksa dan mengkonfirmasi terhadap adanya kelainan suatu produk obat baik produk biologik seperti vaksin virus dan bakteri maupun produk farmasetik seperti antibiotik dan obat umum. Pemeriksaan patologi yang dimaksud adalah terhadap uji keamanan (safety test) maupun uji potensi (potency test).

KLIK INI:  Bagaimana Bisa Penelitian Kesehatan Berkontribusi Terhadap Krisis Iklim?

Penguji di Unit Uji patologi terdiri dari:

1 Orang Dokter Hewan yang memiliki sertifikat penguji obat hewan

1 Orang Paramedik dengan melakukan pemeriksaan yang dilakukan di unit uji patologi antara lain :

  1. Pemeriksaan Makropatologi / Nekropsi

Diagnosa penyakit secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk pengendalian dan pemberantasan penyakit. Diagnosa penyakit sangat tergantung pada pengetahuan dan informasi mengenai sejarah penyakit, tanda klinis, perubahan pasca mati, dan pengujian laboratorium lainnya.

Makropatologi atau nekropsi merupakan teknik yang penting dalam pengukuhan diagnosa dan sebagai pendukung pengujian laboratorium yang lain. Prinsip dari makropatologi atau nekropsi adalah perubahan-perubahan yang terjadi sebelum hewan mengalami kematian atau dipotong paksa.

KLIK INI:  Manfaat Bunga Jengger Ayam dan Cara Meraciknya untuk Ragam Pengobatan
  1. Pemerikaan Histopatologi

Diagnosa dapat dilakukan dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi mengakibatkan kematian / sakit yang digambarkan pada organ atau jaringan. Jaringan-jaringan yang mengalami perubahan akibat suatu agen penyakit akan meninggalkan informasi terhadap penyakit tersebut.

  1. Pemeriksaan Rabies dengan Metode Histopatologi

Pemeriksaan rabies dapat didiagnosa berdasarkan gejala dan pemeriksaan histopatologi jaringan otak (hippocampus,cortex danmedulla oblongata) dengan prinsip Negri bodies pada intracytoplasmik akan berwarna merah muda keemasan dan berbentuk bulat oval dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin.

  1. Konfirmasi Perubahan Patologi Pada Uji Keamanan Vaksin IBD / Gumboro

Pemeriksaan terjadinya perubahan antara lain pada bursa fabrisius mengalami pembesaran 3 kali dari normal. Pemeriksaan dilakukan terhadap unggas kontrol dan unggas yang di vaksin

  1. Konfirmasi perubahan patologi pada uji potensi vaksin AI.

Pemeriksaan perubahan patologis pada organ yang terserang Avian Influenza antara lain perdarahan subcutan pada kaki dan dada, lender pada leleran hidung, jengger biru, oedema pada kepala.

KLIK INI:  Mana yang Aman dan Efektif, Obat Herbal Atau Sintesis?