Penasaran, Inilah 6 Sosok Penerima Penghargaan Konservasi di Hari Kehati 2019

oleh -642 kali dilihat
Penasaran, Inilah 6 Sosok Penerima Penghargaan Konservasi di Hari Kehati 2019
Para penerima penghargaan konservasi saat foto bersama/foto-ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Saya harus akui, tempat penyelenggaraan hari perayaan keanekaragaman hayati (Kehati) 2019 mengagetkan saya. Tak pernah ada dalam bayangan saya jika di jalan Makam Pahlawan terdapat sebuah hotel yang  mengesankan.

Jika saja bukan karena perayaan Kehati yang digelar oleh Balai Besar KSDAE Sulawesi Selatan, barangkali saya tak akan menemukan hotel tersebut.

Peringatan hari Kehati yang jatuh pada 22 Mei, bukan hanya tempatnya yang mengagetkan, tetapi juga orang-orang yang datang, mereka mengabdikan dirinya melindungi dan melestarikan Kehati Indonesia.

Namun, ada 6 orang yang membuat saya tercengang. Keenamnya diberi penghargaan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia karena pengabdiannya yang tak kenal menyerah merawat dan melestarikan Kehati.

KLIK INI:  Catatan Singkat dari Peringatan Hari Kehati

Jika kamu penasaran, inilah 6 orang yang merelakan hidupnya memperjuangkan Kehati agar tetap setia berada di bumi pertiwi, tak mengalami kepunahan:

  • Herman Opy Sanda

Lelaki kelahiran Makale, Tana Toraja ini  adalah pemilik Bus Primadona, ia mengkampanyekan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilindungi dengan cara menampilkan gambarnya di armada bus Primadona miliknya.

Satwa yang ditampilkan antara lain, burung rangkong yang merupakan burung endemik di Pulau Sulawesi dan  burung maleo, buaya muara,   harimau sumatera, macan tutul jawa, burung cenderawasih, burung maleo, burung elang jawa,burung jalak bali, komodo, anoa, burung rangkong, merak, badak, ikan parimanta

Bagi Opy, begitu biasa ia dipanggil, bus milikinya akan selalu bertema hewan. Itu sebagai bentuk kecintaannya terhadap satwa.

  • Muh. Yusri

Ia merupakan Ketua Sahabat Penyu Pantai Mampie Poliwali, Sulawesi Barat. Ide pelestarian penyu yang dilakukannya berawal dari maraknya perdagangan penyu di daerahnya.  Pada tahun 1999, Tanjung Mampie merupakan salah satu tempat penampungan Penyu untuk dijual ke Pulau Bali menggunakan kapal nelayan.

KLIK INI:  Ini Manfaat Keanekaragaman Hayati, Menjaganya Berarti Menjaga Kehidupan

Aktivitas perdagangan penyu seperti itu terus terjadi hingga tahun 2010 di Mampie. Dari situlah ia mencoba melakukan upaya penyelamatan telur penyu, namun sering gagal karen kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Yusri enggan menyerah pada kegagalan, dengan menggunakan dana pribadi, ia melakukan aktivitas perlindungan penyu melalui komunitas Sahabat Penyu. Ia telah memulai aktivitas ini sejak 2005 silam melalui sistem adopsi lubang.

Adopsi lubang adalah aktivitas membeli lubang-lubang penyu yang ditemukan warga. Berkat perjuangannya, kini pantai konservasi Sahabat Penyu mulai ramai dikunjungi pengunjung, khususnya di hari libur.

Ia memanfaatkan kondisi itu dengan melakukan  sosialisasi kepada pengunjung, khususnya pelajar dan generasi muda dan bahkan anak-anak TK dan SD.

  • Anis Kurniawan

Ia seorang penulis dan peneliti, terlibat dalam banyak riset sosial dan politik di antaranya mengenai “Politik Pemiskinan” kerjasama Ford Foudation 2010, “Pemilu 2014 dan Politik uang” 2014 kerjasama dengan Tifa Foundation, riset soal “Rantai Ekonomi Rumput Laut di Sulsel” kerjasama Oxfam 2017 dan lainnya. Ia aktif menulis esai dan sastra sejak tahun 2001.

Anis adalah CO Founder dan Direktur sekaligus pendiri Klikhijau.com, media yang fokus menyuarakan isu lingkungan. Ia termotivasi  mendirikan Klikhijau.com, karena melihat bahwa problem besar dalam isu lingkungan adalah soal paradigma.

Hampir semua masalah lingkungan seperti sampah, ilegal loging, perdagangan satwa, pencemaran dan lainnya terjadi karena  tidak ada perspektif berpikir yang baik tentang ekosistem.

KLIK INI:  Belasan Pelajar Belanda Belajar Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Pada saat yang sama, narasi edukasi bertema ekologis sangat miskin. Oleh sebab itu, ia merasa perlu  ada sebuah media yang concern membangun narasi peduli dan sadar lingkungan.

  • Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka

Ia seorang akademisi peduli konservasi, sebagai Profesor di Universitas Hasanuddin dengan bidang keahlian Ekologi Hutan, ia telah banyak kontribusi dalam bentuk literatur buku, karya tulis ataupun narasumber terkait konservasi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan

Lelaki kelahiran Kelahiran Gianyer, 30 Maret 1960 telah menulis beberapa karya, di antaranya Pengantar Dendrologi, Jenis-Jenis Keruing. Ia juga ikut ekpedisi Gandang Dewata dan narasumber dari buku Gema Gandang Dewata yang terbit tahun 2018 lalu

  • Nur Akbar Alam

Sebagai  kader konservasi tingkat madya angkatan III Tahun 1994/1995, ia telah  aktif di kegiatan penanaman mangrove secara bertahap sejak 2009 sampai dengan sekarang. Ia adalah sosok yang peduli keberlangsungan hidup mangrove.

Baginya, hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada didalamnya. Hutan mangrove memberikan objek wisata yang berbeda dengan objek wisata alam lainnya.

KLIK INI:  Pentingnya Mengubah Perilaku Milenial Terhadap Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Maka dari sudut pandang itulah, ia selalu peduli terhadap perubahan-perubahan global mencoba melestarikan mangrove pesisir, karena mangrove juga sebagai pencegah abrasi (pengikisan tanah akibat air laut), penghasil oksigen, tempat tinggal berbagai tumbuhan dan hewan kecil.

  • Rosida Tayeb

Ia adalah Manager Gowa Discovery Park yang merupakan  salah satu lembaga konservasi exsitu dalam bentuk taman satwa, yang dilengkapi wahana waterboom dan treetop yang beralamat di Benteng Somba Opu, Kel. Barombong, Kab. Gowa Sulawesi Selatan.

Taman satwa milikinya  memiliki visi misi menjadikan taman satwa terbaik di Indonesia Timur serta menjadi panutan bagi usaha pengembangan dan pelestarian satwa lain.

Ia berharap Gowa Discovery Park dapat menciptakan pengalaman tak terlupakan melalui lingkungan interaktif dan edukatif yang berkualitas.

Di Gowa Discovery Park pengunjung bisa melihat aneka ragam koleksi satwa dalam habitat alaminya baik satwa yang dilindungi maupun satwa satwa yang tidak di lindungi dengan di dukung pelayanan yang baik dan infrastruktur yang terawat.

KLIK INI:  Ingin Tahu 15 Komunitas Peduli Lingkungan di Sulawesi Selatan? Klik Ini!