Peka dan Resah, Kunci Utama Tumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan

oleh -225 kali dilihat
Peka dan Resah , Kunci Utama Tumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan
Ilustrasi/Foto-Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Pertemuan singkat saya dengan tiga gadis remaja tadi siang. Kian menebalkan kesimpulan saya perihal perilaku ramah lingkungan.

Ketiga gadis remaja itu, Nurnabilla Syfadewi Attaya (Nabila 16), St Rahma Rahim (Rara), dan Nawarrah Liyana Zafira Aminanti (Liyana) bukanlah gadis remaja pemuja mager alias malas gerak.

Keresahaan dan kepekaan kepada lingkunganlah yang menyebabkan ketiganya tidak masuk dalam golongan kaum rebahan seperti yang melanda banyak remaja.

Ketika ketiganya melihat tisu begitu mudah ditemukan di ruang kelasnya atau di toilet sekolah. Ketiga siswa yang masih di duduk di bangku kelas 2 SMA Islam Athirah itu berinisiatif untuk melakukan sesuatu.

KLIK INI:  Mengurai Manfaat Cuci Tangan dan Tips Agar Tetap Hemat Air

Ketiganya kemudian mencari cara bagaimana bisa mengatasi masalah tisu. Caranya adalah mereka banyak membaca, mencari referensi agar bisa menyelamatkan Bumi dan lingkungan dari ancaman tisu, juga menyelamatkan pohon yang jadi bahan baku pembuatan tisu.

Hasil pencarian mereka meruncing pada tanaman liar eceng gondok. Eceng gondok adalah tanaman yang mudah ditemukan, menjamur di musim hujan memenuhi kanal-kanal Makassar.

Mereka memilih eceng gondok karena memiliki serat yang tinggi, serat adalah bahan utama pembuatan tisu.

Setelah uji coba tiga kali dan gagal, pada percobaan keempat mereka akhirnya berhasil menciptakan tisu dari eceng gondok.

“Kami spontan menangis begitu hasil penelitian kami berhasil,” ujar Nabila, Rabu, 19 Februari 2020

Inovasi itu mengantarkan mereka menyabet juara dua di Bandung pada lomba di bidang lingkungan. Mereka mengalahkan banyak pesaing, yang juga terdiri dari mahasiwa utusan beberapa perguruan tinggi.

Kenapa ketiga gadis remaja itu mampu menciptakan dan memikirkan untuk membuat inovasi produk ramah lingkungan, karena mereka resah melihat penggunaan tisu yang tinggi di masyarakat.

“Awalnya karena kami lihat penggunaan tisu cukup tinggi, terus bahan baku tisu adalah pohon. Bayangkan berapa pohon harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan tisu,” ungkap Liyana diamini kedua temannya.

Benar dari diri sendiri

Jika seseorang telah peka terhadap ancaman yang sedang melanda lingkungan dan Bumi ini, secara otomatis ia akan berpikr untuk berperilaku agar lebih ramah lingkungan, minimal tidak membuang sampah di sembarangan tempat.

KLIK INI:  Apakah Pohon Bisa Menangis?

Terus jika seseorang telah resah melihat lingkungan yang rusak, itu adalah tanda adanya kesadaran dalam dirinya untuk “hijrah” ke perilaku yang lebih ramah lingkungan.

Memang benar, perilaku ramah lingkungan harus dimulai dari diri sendiri, tapi untuk memulainya dibutuhkan motivasi.

Menurut pemikiran sederhana saya motivasi terbaik adalah resah dan peka. Sebab jika rasa peka telah dalam diri kita untuk menyelamatkan lingkungan.

Dari rasa peka itu kemudian akan timbul keresahan terhadap kelangsungan hidup lingkungan. Pada titik itulah perilaku ramah lingkungan bisa menyesap masuk ke dalam diri kita.

Dari kedua hal itu, akan tergerak hati untuk merawat lingkungam seperti yang dilakukan Nabila, Rara, dan Liyana. Melakukan terobosan baru untuk menyelamatkan pohon sebagai bahan baku pembuatan tisu.

Dengan penemuan itu, keberadaan pohon yang menjadi salah satu penobang lingkungan bisa diselamatkan, tisu yang cukup lama terurai ke dalam tanah pun bisa diatasi dengan tisu dari eceng gondok.

Dan hal lainnya, berangkat dari rasa peka dan resah, kanal-kanal yan disesaki eceng gondok bisa lebih bersih dan sehat, bukankah itu bagian dari penyelamatan lingkungan?

Lalu selanjutnya, jika pembaca punya tips ramah lingkungan, silakan berbagi.

KLIK INI:  Kabar Buruk, 30 Persen Spesies Pohon Terancam Punah