Pecut Kuda, Gulma yang Memerdekakan Sangkala dari Muntah darah

oleh -870 kali dilihat
Pecut kuda
Rumput pecut kuda-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com –  Pecut kuda, begitulah ia dinamai. Pecut berarti cambuk dan kuda adalah hewan yang berkaki empat—yang ketika ditunggangi, penunggangnya biasa memakai pecut. Nah, pecut yang digunakan itulah yang mirip dengan dirinya.

Barangkali karena itulah sehingga ia dinamai demikian. Karena tangkai bunganya berbentuk seperti pecut kuda. Dan nama itu rasanya memang pas dengan diberikan pada tanaman bernama latin Stachytarpheta jamaicensis itu. Sekilas ia juga tampak seperti ekor tikus.

Ia bisa tumbuh dengan tinggi satu hingga tiga meter. Nama yang diberikan kepada tanaman yang tumbuh liar jadi gulma ini berasal dari bahasa Jawa, yang berarti cemeti atau cambuk.

Di kampung- kampung, termasuk kampung saya, gulma dari famili Verbenaceae ini cukup mudah ditemukan. Ia tumbuh meresahkan dan termasuk gulma atau rumput yang sulit dibasmi.

KLIK INI:  Berbagai Manfaat Daun Waru, Atasi Batuk Hingga Kanker

Meski tumbuh liar dan meresahkan bagi petani. Tanaman berdaun hijau segar ini bisa tumbuh sepanjang tahun di semua musim bukan berarti tak memiliki manfaat

Ia memiliki daun yang tersusun secara berlawanan dengan batang utamanya. Daunnya berbentuk  mulai bulat hingga lonjong. Pada tepiannya bergerigi kecil. Pangkal daunnya tak berteore.

Sangkala dan kisahnya

Perihal manfaatnya, pada hari Senin, 16 Agustus 2021 lalu. Saya bertemu dengan Sangkala (43). Sekitar bulan Mei yang lalu, saya mendengar kabar jika warga Desa Kahayya, Bulukumba itu sedang sakit parah—ia muntah darah.

Kabar itu tersiar cukup kencang. Banyak yang memprediksi Sangkala tak bisa bertahan lama menanggung penyakitnya. Muntah darah, di kampung saya adalah penyakit yang mengerikan.

Namun, ketika saya bertemu di hari Senin itu, ia tak lagi batuk bahkan sehat bugar padahal hampir dua malam ia tak tidur karena menjagai tantenya yang sekarat, yang pada akhirnya tantenya itu meninggal dunia pada Senin dini hari.

Saya bertemu dengannya saat melayat, ia bercerita banyak, termasuk obat yang ia konsumsi sehingga bisa merdeka dari penyakitnya. Katanya, jika saja hanya mengandalkan obat dokter (medis) barangkali ia pun telah tiada (meninggal) mendahului tantenya.

“Obat dari dokter hampir satu toples,” katanya, “Tapi, setiap saya minum rasanya tak ada perubahan,” lanjutnya.

Setelah hampir putus asa menanggung sakitnya itu, seseorang memberi tahunya, bahwa ada ruku’ (rumput) yang cukup ampuh mengatasi penyakit muntah darah yang diidapnya.

KLIK INI:  Perihal Teh Daun Jambu Biji, Manfaat dan Cara Membuatnya
Merdeka dari muntah darah

Sangkala kemudia mengikuti saran itu, ia mencari rumput yang dimaksud. Yang nyatanya sangat mudah ditemukan karena tumbuh liar saja.

Rumput itu tumbuh liar, banyak di sekitar kita,” ungkapnya. Tapi, ia berusaha menyembunyikan rumput apa yang dimaksud—itu khas orang kampung, kadang tak mudah mengorek informasi mengenai tanaman yang bisa menyembuhkan suatu penyakit.

Sangkala hanya menyebutkan cici-cirinya, jika tangkai bunganya mirip ekor tikus dengan bunga kecil berwarna ungu.

Ketika ia menyebut ciri-cirinya, ingatan saya pada pecut kuda muncul. Saya mengambil HP. Memperlihatkan fotonya.

Tanaman itu saya foto di Puskesmas Borongrappoa, Bulukumba ketika mengantar Ibu berobat. Ia di ditanam di taman puskesmas  yang tak terlalu luas, tapi meski tak luas tetap ditanami beragam tanamana herbal. Lengkap dengan nama dan manfaatnya.

 Manfaat pecut kuda yang terpacang di Puskesmas Borongrappoa-foto/Ist

“Yang ini?” tanya saya.

Sangkala tersenyum, beberapa orang meminta diperlihatkan foto yang saya perlihatkan ke Sangkala itu.

“Oooo, sappuru tai inne,” kata beberapa warga yang melihat foto tersebut. Sappuru tai, merupakan nama lokal di kampung saya untuk tanaman yang bisa berbunga sepanjang tahun itu.

“Saya merebus daun dan tangkai bunganya. Sedangkan bunganya saya buang,” ujar Sangkala membagi pengalamannya.

Tangkai bunga yang panjang itu ia potong-potong kecil kemudian merebusnya, setelah itu ia meminumnya. Dua kali sehari.

Setelah Sangkala melakukannya dua tiga kali. Perubahan drastis pun ia rasakan. Muntahan darahnya tak lagi cair, tapi mengental. Semakin lama ia konsumsi rebusan tanaman yang berasal dari bagian selatan Florida itu. Darah yang ia muntahkan semakin sedikit.

Dan pada akhirnya ia benar-benar sembuh. Bahkan sanggup begadang hingga dua malam menjagai tantenya yang sekarat dan akhirnya meninggal dunia.

KLIK INI:  Kareo Padi, Burung Air yang Mulai Langka
Kandungan pecut kuda

Tanaman dari ordo Lamiales ini memiliki kandungan zat kimia berupa steroid flavanoid, tannin, saponin, tannin, dan triterpenoid yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka.

Kandungan flavanoid  sendiri dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Caranya ia akan  merusak jakan permeabilitas dinding sel bakteri, lisosom dan mikrosom, juga menghambat motilitas bakteri.

Sedangakan kandungan beberapa saponinnya dapat bekerja sebagai antimikroba. Ia memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik.  Fungsinya untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat (Yenti, 2011).

Karena kaya akan kandungan kimia, maka tanaman liar ini bisa digunakan mengobati penyakit dalam dan juga luar.

Beberapa penyakit bisa ditangkal tanaman yang memiliki tangkai bunga berwarna hijau dan bersisik ini, di antaranya sakit tenggorokan karena radang (faringitis),  infeksi (batu) saluran kencing, batuk, rematik, radang hati (hepatitis A), haid tidak teratur, keputihan (leukore), dan lain-lain

Sedangkan penyakit luar yang bisa ditangkal di antaranya, luka, bisul, dan radang kulit bernanah (Rokyal Aeni Sufitri, dkk, 2015)

Sementara itu,  Sintha Suhirman, (2015) mengungkapkan bila seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Baik itu  akar, batang, daun hingga bunganya. Tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai obat pembersih darah

Jadi, selamat mencoba….

KLIK INI:  Apakah Sama Antara Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai?