Paus Pembunuh yang Pernah Berkabung 17 Hari Akhirnya Punya Anak

oleh -1,357 kali dilihat
13 Fakta Menarik Paus Orca yang Berkeliaran di Perairan Indonesia
Paus orca/foto- Inews
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Rasa sakit karena kehilangan tidak hanya dialami manusia. Makhluk lain juga mengalaminya, termasuk paus pembunuh atau paus orca.

Kisah kehilangan yang mengharukan dari paus ini terjadi pada tahun 2018 silam. Saat itu seekor paus pembunuh yang diberi nama J35 oleh para ilmuwan ‘merayakan’ kedukaannya selama 17 hari karena kematian anaknya.

Kesedihan yang mendalam yang dialami induk pus itu cukup mengharukan. Ia membawa ke mana pun anaknya yang telah kehilangan nyawanya selama 17 hari. Ia membawanya mengarungi Laut Salish sebanyak 1.600 kilometer.

J35 terlihat pertama kali terlihat membawa anaknya yang mati pada 24 Juli, di lepas pantai Pulau Vancouver.

KLIK INI:  Melacak Cara Menyebar Dandelion yang Menjadikannya Fondasi Ekosistem

Paus jenis ini memang dikenal sebagai paus yang akan berduka jika kehilangan anggota keluarganya. Namun apa yang ditampilkan oleh J35 melebihi batas berkabung paus pada umumnya.

Paus pembunuh biasanya hanya berduka selama satu minggu, tapi J35 memang berbeda. Para ilmuwan meyakini induk yang satu ini membuat rekor terlama berenang bersama jasad sang buah hati.

Paus orca merupakan salah satu jenis yang mempunyai ciri yang paling khas dari kelompok odontocetes cetecea sehingga paus ini  ini mudah dikenali dari speses lainnya.

Ia memiliki panjang maksimum tubuhnya mencapai 9 meter pada jantan, dan 7,7 meter pada betina. Ukuran berat maksimumnya 3810 kg untuk setiap 6,7 meter pada betina, dan 5568 kg untuk setiap 6,75 meter pada jantan.

Paus orca  memiliki harapan hidup berkisar kurang lebih 50 tahun. Untuk  paus jantan akan mencapai kematangan seksual sekitar 15 tahun.

Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan sirip punggung yang cepat. Paus jantan terus bertumbuh sampai mencapai kematangan fisik pada usia 21 tahun.

KLIK INI:  Orangutan di Kalimantan Barat Masih Terancam oleh Degradasi Lahan
Kembali melahirkan

Setelah kisah berdukanya selama 17 hari jadi bahan berita. Kini paus pembunuh itu kembali jadi sorotan. Namun, sorotan kali ini bukan lagi tentang kesedihan. Tapi sebaliknya, tentang kebahagian.

Itu setelah J35 ini terlihat membawa bayinya berenang dengan riang. Itu artinya ia kembali memiiki anak setelah masa berkabung itu.

Pusat Riset Paus di negara bagian Washington dalam pernyataan, mengatakan J35 kemungkinan melahirkan pada Jumat, 4 September 2020.

Kesimpulan itu diambil  setelah ia terlihat bersama bayinya di Selat Haro, sebelah barat laut Seattle beberapa hari sebelumnya. Namun, lembaga tersebut tidak merilis jenis kelamin bayi J35 tersebut.

“Hore! Bayi paus kelihatannya sehat dan berkembang pesat, berenang penuh semangat di samping induknya pada hari kedua berenang bebas,” kata lembaga itu.

Lembaga Pusat Riset Pau situ juga mengatakan, “Maka kami akhiri pertemuan kami dengannya setelah beberapa menit dan mendoakan agar mereka selamat, kami harap bayi paus ini merupakan kisah sukses.”

Paus orca mencari makan pada anggota kelompok resident. Mereka bergerak dengan kecepatan 6 km/jam dengan lama pencarian makan mencapai 2-3 jam tetapi dapat bertahan sampai 7 jam.

KLIK INI:  Perihal Ikan Wader yang Rentan Punah

Makanan  utama paus ini adalah ikan salmon chinook, ikan salmon dikejar, ditangkap lalu oleh dimakan mereka. Sayangnya salmon chinook terdaftar sebagai spesies terancam punah di bawah Undang-undang Spesies Terancam Punah di Kanada.

Tidak hanya itu, paus pembunuh juga kini terdaftar sebagai spesies terancam punah. Ancaman tersebut disebabkan oleh hilangnya habitat, penangkapan ikan untuk komersial, rekreasi, keteledoran manusia terhadap alam, serta perubahan iklim.

Padahal paus dulunya merupakan jenis ini merupakan paus yang paling mudah dijumpai dan paling besar distribusinya dari semua jenis cetaceans. Mereka biasanya ditampilkan di berbagai film, dokumenter, dan bentuk media populer lainnya.

KLIK INI:  Menurut Genetika, Begini Alasan Satwa Langka Rentan Punah