Pandemi, Perubahan Iklim dan Pentingnya Ketahanan Pangan yang Adaptif

oleh -171 kali dilihat
Pandemi, Perubahan Iklm dan Pentingnya Ketahanan Pangan yang Adaptif
Ilustrasi perubahan iklim/foto/-Cloudpro

Klikhijau.com – Perubahan iklim nampaknya semakin berdampak pada ketersediaan pangan. Ini tentu satu hal yang mencemaskan, mengingat dunia saat ini juga sedang dilanda pandemi Covid-19.

Hal ini mengemuka dalam diskusi Pojok Iklim secara virtual yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu 20 Januari 2021.

Akibat perubahan iklim, kapasitan produksi pertanian dan ketersediaan pangan sangat berdampak. Demikian dijelaskan Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK, Agus Justianto.

“Risiko kelangkaan pangan mengemuka sebagai efek disruptif dari pandemi COVID-19. Ini juga berpotensi menyebabkan bencana kelaparan di berbagai tempat di penjuru dunia, termasuk Indonesia,” kataya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan, ketahanan pangan sebenarnya dapat tercapai jika bersinergi dan beriringan dengan ketahanan iklim. Di era kenormalan baru ini, dunia harus mendahulukan program ketahanan pangan, energi, dan air sebagai hal paling fundamental.

Guru Besar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI),  Yunita Triwardini Winarto, mengatakan, dalam krisis iklim yang sedang terjadi, diperlukan kemampuan tanggap dari para petani. Khususnya dalam menyiasati kondisi agar pertanian dapat dipertahankan secara tangguh dan berkelanjutan.

KLIK INI:  Musim Hujan, Waspada Banjir dan Penyakit Musiman, Bagaimana dengan Virus Corona?

Menurut Yunita, aktivitas pertanian harus adaptif pada konsekuensi perubahan iklim. Ini bisa dicapai, lanjutnya, apabila para petani mampu melakukan antisipasi dan mengambil keputusan tanggap yang jitu guna menghindari risiko kegagalan panen.

“Program edukasi berkelanjutan dalam menyajikan jasa layanan iklim seperti yang dikembangkan melalui Warung Ilmiah Lapangan (The Science Field Shops) merupakan satu kasus percontohan yang dapat dipertimbangkan untuk disebarluaskan,” jelasnya.

Menurut Yunita, keberhasilan suatu strategi yang ditetapkan sendiri oleh petani dalam kondisi iklim tertentu dapat meningkatkan keyakinan dirinya, dan keinginannya menyebarluaskan pada petani-petani lain dalam komunitasnya.

“Apabila strategi itu diadopsi warga komunitasnya dalam menghadapi kondisi iklim yang serupa, suatu pertanian yang adaptif pada perubahan iklim diharapkan dapat terwujud,”tutur Yunita.

KLIK INI:  6 Hal yang Bisa Dilakukan Merayakan Hari Bumi di Tengah Pandemi

Ketahanan pangan yang adaptif

Hal senada dikatakan, Peneliti Utama Badan Penelitan Tanah Kementerian Pertanian, Ai Dairah,  bahwa kedaulatan pangan sangat berarti di era pandemi COVID-19. Perubahan iklim, degradasi dan alih fungsi lahan serta pandemic COVID-19 menjadi tantangan sektor pertanian dalam mewujudkan kedaulatan pangan.

“Pada masa adaptasi kebiasaan baru, Kementerian Pertanian melakukan pengalihan fokus kegiatan pembangunan pertanian pada tiga aspek, yaitu dukungan pencegahan penularan COVID-19, pengamanan ketersediaan pangan, dan distribusi jaring pengaman sosial (social safety net) lingkup pertanian melalui kegiatan padat karya untuk memastikan petani tetap aktif berproduksi,” katanya.

Untuk menjaga ketahanan pangan nasional pada jangka pendek dan menengah, Ai Dairah mengatakan perlunya peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal, penguatan logistik dan cadangan pangan, dan pengembangan pertanian modern.

Ai Dairah juga menyampaikan beberapa rekomendasi untuk para pemangku kepentingan, diantaranya, untuk pencapaian tujuan pembangunan pertanian, agar memprioritaskan dan mengutamakan adaptasi dengan co-benefit mitigasi. Keterlibatan berbagai pihak dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam beradaptasi dan memahami perubahan iklim.

Penasihat Senior Menteri KLHK, Soeryo Adiwibowo menyampaikan bahwa dalam mengadapi bencana lokal dan permasalahan global seperti COVID-19 dan Perubahan Iklim, ketahanan pangan yang adaptif menjadi sangat penting. Hal ini diperlukan agar masyarakat tetap terpenuhi kebutuhan pangannya.

“Ketahanan pangan yang adaptif menghadapi persoalan COVID-19, perubahan iklim dan bencana lokal dapat menggunakan konsep yang ada di tingkat komunitas dengan traditional knowledge yang dimiliki, bekerjasama saling membantu dan berkolaborasi, serta saling berbagai pengalaman dan teknologi dalam memenuhi kebutuhan primer berupa pangan,” pungkasnya.

KLIK INI:  Ilmuan Prediksi Adanya Potensi Kemunculan Pandemi Baru Akibat Krisis Ekologi