Pagari Laut Wakatobi, Bank Ikan Ini Dapat Penghargan di New York

oleh -788 kali dilihat
Pagari Laut Wakatobi, Bank Ikan ini Dapat Penghargan di New York Konservasi
Keindahan laut Wakatobi/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Di luar sedang hujan. Segelas kopi menemani saya mengusir gigil agar bisa menuntaskan tulisan tentang Bank Ikan di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Jika dulu, nelayan di Desa Kulati menangkap ikan dengan melakukan pengeboman. Sekarang ini telah beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan, yang tak lagi merusak ekosistem laut.

Mereka menyadari bahwa laut dan Indonesia dua hal yang tak bisa dipisahkan. Pun mereka hidup dari hasil laut, maka harus dijaga agar tetap memberikan kehidupan.

Agar laut tetap lestari, salah seorang anggota Komunitas Nelayan Tomia (Komunto) bernama La Asiru (81) beriniastif membuat sistem zonasi untuk mengembalikan kekayaan laut Wakatobi.

KLIK INI:  Kapus P3E Suma: Berbicara HAM Berarti Berbicara Lingkungan

La Asiru, yang biasa dipanggi Bapak Tua resah melihat cara nelayan menangkap ikan dengan mudah, tapi merusak ekosistem laut. Ia tak ingin ikut dalam perburuan ikan yang dengan cara merusak.

Yang paling miris, pada tahun 1999 hingga 2006, Desa Kulati mengalami krisis ketersediaan ikan. Itu disebabkan terumbu karang yang menjadi rumah bagi makhluk laut, terutama ikan hancur dan rusak.

Sistem zonasi

Sistem zonasi yang diinisiasi oleh Bapak Tua, yakni melarang nelayan menangkap ikan di beberapa wilayah yang telah ditentukan dalam satu musim. Tujuannya sederhana saja, untuk menjaga kelestarian dan potensi ikan di Tomia, laut Wakatobi kembali berlimpah.

Langkah yang dilakukan Bapak Tua tentu saja awalnya tak mendapat respons yang baik. Banyak nelayan merasa kehilangan mata pencaharian dan merasa terbatas wilayahnya untuk menangkap ikan, yang artinya dapur bisa saja gagal mengepulkan asap.

Meski mendapat respons kurang baik, Bapak Tua tetap pada pendiriannya, ia tetap melakukan zonasi, “Zonasi itu belum pernah membunuh orang, zonasi itu bukan membatasi, tapi dijadikan pasokan pangan di musim (angin) timur,” ungkapnya.

Hanya saja, sistem zonasi dianggap kurang memadai, maka Bapak Tua dan masyarakat melakukan musyawarah, mereka lalu sepakat sistem zonasi berubah nama menjadi Bank Ikan. Penjelasan tentang sistem zonasi diakui Bapak Tua tidak mempan.

Bank Ikan adalah istilah yang dipakai menyebutkan kawasan atau titik wilayah penangkapan ikan yang dilindungi areanya dan dilarang menangkap ikan di kawasan itu sampai musim berganti.

KLIK INI:  Laut Indonesia Berkubang Sampah, Jepang Turun Tangan

Luas wilayah Bank Ikan yang dilindungi berada di laut lepas sekitar sekitar 32 hektare (ha), dan tanpa ada pembatas atau pagar yang terlihat. Mereka membatasi dan memagarinya dengan kesadaran masyarakat.

Dapat penghargaan

Apa yang dilakukan oleh Bapak Tua dan masyarakat Desa Kulati, Kec.Tomia Timur, Wakatobi telah memberikan hasil.

Baru-baru ini Bank Ikan ini meraih penghargaan di New York Konservasi, pengelolaan, pemanfaatan dan sekaligus menjaga kelestarian alam dengan konsep kearifan lokal, dalam sistem Bank Ikan ini mendapatkan penghargaan dari Equator Prize.

Penghargaan itu diberikan kepada Komunto pada tahun 2010, dan perwakilannya diundang ke New York untuk menerima penghargaan internasional bergengsi itu.

Sementara itu, di dalam negeri sendiri konsep konservasi berbasis kearifan lokal ini juga mendapat apresiasi dari dua Non-Governmental Organization di Indonesia yaitu The Nature Conservation (TNC) dan WWF Indonesia.

Namun, meski telah mendapat penghargaan bergengsi, Bapak Tua tetap merendah. Baginya penghargaan itu bukanlah poin utama yang ingin dicapai oleh masyarakat dalam membuat konsep Bank Ikan sedari awal.

Bank Ikan bertujuan untuk menjaga keutuhan kekayaan yang alam sekitar mereka miliki, supaya dapat tetap bertahan dan dirasakan manfaatnya untuk generasi penerus di masa yang akan datang.

Sistem kerja Bank Ikan

Sistem kerja Bank Ikan sebenarnya adalah para anggota menyetorkan sepuluh persen hasil tangkapan, baik berupa ikan, kepiting, udang dan lainnya dalam Bank Ikan

Dana yag ada di bank tersebut berasal dari dana alokasi khusus daerah untuk kelautan yang hampir mirip dengan koperasi. Setiap pemasok ikan akan dicatat sesuai dengan harga pasar berikut data pemasok anggota kelompok desa maupun dinas kelautan setempat.

Namun, melihat sistem kerja Bank Ikan di Kec. Tomia Timur, Wakatobi tersebut. Maka bisa disimpulkan jika Bank Ikan itu hanya memakai nama Bank Ikan saja, sebab sistem kerjanya berbeda dari konsep Bank Ikan sebenarnya.

Bank Ikan yang dijalankan Bapak Tua beserta masyarakat di Kab. Wakatobi adalah sistem zonasi wilayah, yakni pelarangan menangkap ikan pada wilayah yang telah disepakati bersama sebelum waktunya.

Pelarangan bagi seluruh warga mengambil ikan di Bank Ikan tersebut berlaku pada periode musim angin barat dan peralihan. Pada periode kedua musim ini, dianggap masih banyak tempat atau titik penangkapan ikan lainnya di lautan mereka.

Pelarangan menangkp ikan di periode musim angin barat tersebut, dapat membuat ikan-ikan di Bank Ikan berlimpah pada musim angin timur. Masa periode musim angin timur terjadi pada rentang bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya.

“Kalau musim (angin) timur tidak bisa mencari ikan. Jadi kita bisa mencari ikan di (kawasan) Bank Ikan,” ujar Bapak Tua.

Hal menarik dari sistem kerja Bank Ikan ini, mereka memagari kawasan itu dengan kesadaran dan kepercayaan. Sehingga mereka tak mengambil ikan di Bank Ikan sebelum waktunya. Semua itu dilakukan karena mereka sadar itu demi kebaikan bersama.

“Bank Ikan ini sekaligus akuarium alami. Segala macam jenis ikan ada, jadi seperti di kaca akuarium. Tidak ada pembatas, Bank Ikan itu di laut bebas dipagar dengan kesadaran,” jelas Bapak Tua.

Meski telah dipagari kesadaran, tetap saja ada yang melanggar. Namun, Bapak Tua meyakini yang melanggar umumnya bukanlah warga Desa Kulati, melainkan warga dari wilayah lain. Orang Sulawesi sendiri dikatakan tak ada lagi yang melakukan perusakan ekosistem laut di wilayah itu.

Panjang umurlah Bapak Tua, panjang umurlah Bank Ikan, tetaplah menjaga laut Wakatobi, laut Indonesia.

KLIK INI:  Cerita Terbaru Inovasi Daun Kelor dari Siswi SMK di Banjarnegara