Padat Karya Penanaman Mangrove Berdayakan Masyarakat Pesisir

oleh -632 kali dilihat
1.000 Mangrove di Desa Pao, Upaya Warga Cegah Abrasi Sejak Dini
Ilustrasi mangrove/foto-ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Padat karya penanaman mangrove sedang gencar dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Program itu melibatkan masyarakat pesisir. Setidaknya ada sekitar  24 ribu warga di seluruh Indonesia yang dilibatkan dalam padat karya penanaman mangrove tersebut.

Mangrove menjadi tanaman yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Selain itu, manfaatnya terhadap lingkungan pun sangat banyak. Salah satunya sebagai penahan ombak untuk mencegah abrasi.

Karena itu, apa yang dilakukan oleh KLHK merupakan langkah yang tepat untuk menjaga wilayah pesisir.

KLIK INI:  Ajak Selamatkan Hutan Sulsel, Green Youth Movement Gelar Festival

Selain menjaga, juga untuk memberdayakan masyarakat pesisir. Karena yang menjadi tujuan dari padat karya penanaman mangrove adalah  sebagai bagian dari upaya pemuihan ekonomi nasional. Khususnya di tengah terjangan pandemi Covid-19 yang masih  misteri kapan akan usai.

Salah satu tempat yang menjadi lokasi padat karya penamanan mangrove oleh KLHK adalah pesisir pantai utara Laut Jawa (pantura) di sekitar obyek wisata (OW) Pulau Cemara di Desa Sawojajar Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Obyek Wisata Pulau Cemara yang masih relatif baru dan dikelola masyarakat setempat.  KLHK melakukan penanaman mangrove di lokasi tersebut pada hari Kamis, 8 Oktober 2020. Setidaknya ada  64 warga yang dilibatkan dalam kegiatan itu.

Itu artinya selain menjaga ekosistem pesisir dan menjaga lingkungan. Kegiatan tersebut juga memberi manfaat ekonomi  kepada 64 orang yang terlibat.

Dilakukan di seluruh Indonesia

Ke 64 orang tersebut  merupakan warga pesisir Pantura yang terdampak pandemi Covid-19. Hudoyo, selaku Pejabat Pelaksana Tugas (PLT) Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLHK mengungkapkan, prinsip utama padat karya penanaman mangrove adalah untuk menolong masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

“Sambil kita membenahi lingkungan pantai yang kritis akibat abrasi dan tanaman mangrovenya rusak atau hilang,” ujar Hudoyo.

Padat karya   penanaman mangrove menurutnya dilakukan tidak hanya di Kabupaaten BrebeI, tapi akan menyeluruh ke segala penjuru  Indonesia.

Tidak tanggung-tanggung, lahan pesisir yang menjadi target penanaman mangrove seluar 15 ribu hektare.

“Di pesisir Obyek Wisata Pulau Cemara di Brebes ini mendapat 25 hektare yang setiap hektarnya ditanami 10 ribu bibit pohon mangrove,” tambah Hudoyo.

Hadoyo tidak hanya berpangku tangan melihat penanaman mangrove, tapi juga terjun langsung menanam

Sementara itu,  Munasir selaku  Ketua Kelompok Tani Mangrove Wana Lestari Desa Sawojajar Kecamatan Wanasari mengatakan,  pihaknya bertanggung-jawab tidak hanya pada penanaman bibit mangrove-nya, tapi termasuk pemeliharaannya hingga tumbuh menjadi hutan mangrove.

“Kami akan mengawasi sekaligus mengawasi agar pohon mangrove tumbuh dan bisa menjadi hutan mangrove,” ujar Munasir.

Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa masyarakat yang ikut dalam padat karya penanaman mangrove akan mendapat keuntungan ekonomi, salah satunya adalah mendapatkan upah, yakni  Rp100 ribu setiap harinya. Hal itu diakui sendiri oleh Munasir.

“Yang ikut padat karya kebanyakan kaum ibu yang juga membuka warung di Pulau Cemara. Sekarang kan lagi sepi tidak banyak pengunjung,” tutur Munasir.

Pada  kegiatan padat karya penamana mangrove setidaknya masyarakat bisa melangitkan harapan. Karena kegiatan itu selain memperbaiki ekosistem mangrove, juga bisa memulihkan ekonomi masyarakat pesisir  di tengah terjangan Covid-19.

Indonesia paling kaya jenis mangrove

Mangrove merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh di 124 negara. Indonesia sendiri merupakan negara yang memilik jenis mangrove terbanyak di dunia, yakni sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove.

Ratusan jenis mangrove itu  meliputi 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis paku.

Di seluruh dunia, berdasarkan penelitian Saenger, dkk (1983) ada sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan keterangan itu, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi.

Pada tahun 2017 lalu Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan, menurut data One Map Mangrove, luas ekosistem mangrove Indonesia 3,5 juta hektare yang terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove.

Itu artinya Indonesia memiliki luasan mangrove sekitar  25 persen di dunia. Namun, kita patut menyayangkan, sebab  ekosistem mangrove tersebut yang berada di 257 kabupaten/kota  sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.

Karena itu, dengan adanya kegiatan padat karya penanaman mangrove semoga bisa mengembalikan ekosistem mangrove Indonesia yang rusak dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat pesisir.

Semoga…!!!