Padang Loang, Tempat Nostalgia dengan Pasukan Kahar Muzakkar

oleh -1,676 kali dilihat
Pengunjung Padang Loang
Pengunjung Padang Loang sedang berfoto ria/foto-Nursam
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Seorang teman mengirimkan sebuah video yang berdurasi singkat. Dalam video itu tampak beberapa orang sedang mengendarai motor menelurusi  tanah lapang. Rerumputan hijau memenuhi tanah lapang tersebut.  Tak lama setelah itu, kabut perlahan turun menyelimutinya.

Beberapa orang dalam video itu terlihat dingin. Rasa dingin—yang sepertinya lahir karena  tempat itu  berada di atas ketinggian.  Letaknya di Desa Bentenge, Kecamatan Mallawa, Maros. Namanya Padang Loang memiliki jarak 4 km dari kantor Desa Bentenge.

pengunjung Padang Loang
Pengunjung sedang menikmati Padang Loang/foto-Nursam

Mata pencaharian penduduk setempat adalah petani, dengan jumlah penduduk 1.200 jiwa. Tapi tulisan ini tak akan mengisahkan perihal mata pencaharian penduduknya. Tulisan ini akan mengisahkan sebuah tempat menikmati alam yang nyaman.

“Tempat pertemuan pasukan gerliyawan Kahar Muzakkar, semacam markas. Lebih luas dari lapangan Karebosi. Kamu bisa bayangkan,” terang Nursam, Ketua Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) Kecamatan Mallawa.  Dialah yang mengirimkan video singkat itu.

KLIK INI:  Memanen Pesona Matahari Pagi di Atas Gunung Pattaneteang
Harapan untuk Padang Loang

Hasrullah, lelaki yang berambut agak panjang dalam video tersebut mengungkapkan harapannya. Harapan seorang pemuda yang ingin melihat kampungnya membaik dari segi ekonomi. Dan harapan itu disandarkan—salah satunya pada pemanfaatan Padang Loang sebagai destinasi wisata andalan Desa Bentenge.

Selain Hasrullah, dalam video singkat itu, Plt Desa Bentengan, Haedar melangitkan harapan pula agar Padang Loang bisa terekspos lebih luas sebagai destinasai wisata perkemahan sehingga bisa menambah Pendapatan Asli Desa (PAD) Bentenge—yang bisa menyejahterakan warganya. Harapan yang tak terlalu muluk, sebab Padang Loang memang layak menjadi tujuan ekoturisme yang memesona.

Tempat ini terasa unik, sebab tumbuhan yang ditanam warga tak ada yang bisa tumbuh. Tetumbuhan yang ada hanyalah tumbuh dengan alami.  Memiliki luas sekitar 59,7 ha yang saat ini merupakan wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Dalam tata kelola taman nasional lembah ini merupakan zona tradisional. Masyarakat secara turun temurun telah memanfaatkan padang luas ini sebagai lokasi pengembalaan ternak.

KLIK INI:  Kampoeng Bambu, Sebuah Upaya Merawat Warisan Leluhur
Melihat gunung Bulusaraung dari sisi berbeda

Nursam bercerita banyak mengenai Padang Loang melalui telepon, video yang dia kirim hanya menggambarkan sedikit sisi keindahannya.

“Kamu haru mengunjunginya, kita bisa pulang pergi (PP) ke ibu  kota kecamatan,” katanya memprovokasi. “Kamu akan lebih enak menulisnya jika sudah berkunjung,” lanjutnya.

Katanya lagi, Padang Loang sangat cocok sebagai lokasi perkemahan. Sebab sumber airnya bagus karena dikelilingi sungai kecil. Kecuali kemarau sekali (panjang) sungai-sungai kecil itu akan kering.

“Karena air bagus, banyak  warga  membuat empang  ” lanjut Nursam.

Pengunjung di Padang Loang.
Pengunjung berkemah di Padang Loang/ foto-Nursam

Berada di Padang Loang menurutnya memiliki nilai tambah yang tak dimiliki tempat lain. Sebab dari ketinggiannya, pengunjung bisa melihat gunung Bulusaraung dari sisi yang berbeda. Hal itu akan menambah nilai eksotik  bagi yang suka jelajah alam.

“Jalan ke sana masih kurang bagus, tapi bisa dilewati mobil, khususnya mobil jenis Jeep atau motor, terutama motor trail atau motor ojek gabah,” lanjutnya.

Untuk menuju ke Padang Loang, harus mendaki selepas kampung di Desa bentenge, melewati dua sungai kecil yang bisa menjadi tantangan perjalanan—tantangan itu membuat perjalanan semakin mendebarkan dan menggemaskan

“Hal paling utama yang dibutuhkan adalah  Water Closet (WC) umum agar pengunjung tak buang hajat sembarangan,” ujarnya lagi.

Iya, harapan Nursam memang penting diwujudkan lebih awal, sebab ketiadaan WC di Padang Loang akan melahirkan suasana tak nyaman bagi pengunjung dan tentu akan mencemari lingkungan setempat.

KLIK INI:  Berkah Bakau yang Memukau di Utara Makassar
Kunjungan Bupati Maros

Hatta Rahman, Bupati Maros, pada 2018 lalu pernah mengunjungi  Padang Loang. Ia mendengar pendapat warganya mengenai padang luas itu.

Ia datang langsung melihat kondisi dan mendengar keinginan masyarakat, serta apa tantangan sehingga Padang Loang tak dimanfaatkan dengan baik.

”Kata warga setempat, daerah ini sudah sering ditanami pepohonan, tapi tak bisa tumbuh. Sehingga menjadi hamparan rumput yang luas. Masyarakat setempat hanya memanfaatkan untuk ternak sapi dan kuda. Kita ingin memanfaatkan yang lebih lagi. Karena berada di ketinggian yang paling cocok di sini tanaman umbi-umbian seperti kentang, kacang-kacangan, juga kol,” ujar Hatta.

Padang Loang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Sehingga pemanfaatannya harus seizin Balai TN Babul.

Tempat ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Pangkep. Untuk melihat Pangkep dari ketinggian, cukup berdiri di tepi tebingnya.

Hatta dan  pihaknya akan mencari tanaman paling cocok untuk memanfaatkan Padang Loang ini agar hamparan rumput luas ini dapat bernilai ekonomis bagi masyarakat setempat.

Dalam tata kelola Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, lembah ini merupakan zona tradisional. Masyarakat secara turun temurun telah memanfaatkan padang luas ini sebagai lokasi pengembalaan ternak.

Mobil yang berhasil menaklukkan Padang Loang/foto-Nursam

Harapan yang dilangitkan Hatta Rahman, Nursam, Haedar, dan Hasrullah mendapat dukungan dari Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung—tak bertepuk sebelah tangan.

“Menurut saya ini memungkinkan untuk dilakukan kerjasama dalam bentuk kemitraan. Kita bisa mempedomani aturan Perdirjen Konservasi Sumber Daya Alah Ekosistem  (KSDAE) Nomor P.06 tahun 2018 yang mengatur tentang Petunjuk Teknis Kemitraan Konservasi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam,” pungkas Yusak Mangetan, Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

“Kerjasama antara Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan masyarakat di Desa Patanyamang dan Desa Bentenge dapat dilakukan ke depannya melalui Perjanjian Kerjasama (PKS),” tambahnya.

***

Video itu berkali-kali saya putar, mengingat-ingat percakapan saya dengan Nursam. Saya berniat menulis tentang Padang Loang.

Sebuah tulisan yang diharapkan  bisa membantu mengabulkan harapan Haedar, Nursam, dan Hasrullah untuk mengespos tempat ini lebih luas sehingga bisa jadi tujuan wisata yang nyaman dan memesona.

Tempat untuk bernostalgia dengan pasukan Kahar Muzakkar yang menjadikan Padang Loang sebagai tempat pertemuan pada masa lampau.

KLIK INI:  Berbalut Hijau dan Romantis, 3 Tempat Ini Patut Dikunjungi di Desa Kindang