P3E Suma Gelar Diskusi Kritis Perihal Pengendalian Banjir

oleh -257 kali dilihat
P3E Suma Gelar Diskusi Kritis Perihal Pengendalian Banjir
Diskusi Kritis Perihal Pengendalian Banjir/foto-P3E Suma
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Makassar, Klikhijau.com- Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3E Suma) menggelar diskusi kritis dengan tema “Jaga Lingkungan, kendalikan banjir”, di Makassar, Jumat, 25 Januari 2019.

Kepala P3E Suma, Darhamamsyah membeberkan fakta menarik perihal banjir di Makassar, Maros dan Takalar.

Dihadapan wartawan dan Humas UPT KLHK se Sulawesi, Darhamsyah membahas banjir sebagai bagian dari isu kebijakan dan cara berpikir masyarakat.

Menurutnya, banjir umumnya disebabkan tiga hal, pertama menurunnya kemampuan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyerap dan menahan air. Kedua, curah hujan tinggi. Ketiga, penggunaan lahan.

Sejatinya, kata Darhamsyah, banjir itu sesuatu hal yang niscaya karena curah hujan tidak bisa dibendung. Tetapi, air yang meluap mestinya terdistribusi merata ke beberapa titik. Air harusnya terbagi dan tidak terkonsentrasi pada satu titik.

“Bila air terdistribusi, maka tidak ada wilayah tertentu yang menjadi pusat genangan air. Faktanya, setiap kali curah hujan tinggi, air tidak terdistribusi merata. Sehingga, ada daerah yang tenggelam,” jelas Darhamsyah.

KLIK INI:  Kualitas Udara Jabodetabek pada 2021 Belum Membaik

Oleh sebab itu, penanganan masalah ini berkaitan dengan kebijakan semua sektor, pemerintah harus memiliki regulasi pemanfaatan lahan  dan tata ruang yang tegas.

Tetapi, di sisi lain, masyarakat juga harus punya kesadaran untuk terlibat dalam penjagaan lingkungan.

“Kalau pemanfaatan lahan berjalan baik, serta penyerapan air di DAS juga normal, sejatinya banjir tidak perlu terjadi,” tambahnya.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Andang Suryana Soma, berpandangan sama.

Menurutnya, banjir adalah harmoni alam. Maka, yang perlu dilakukan untuk mengendalikan dampaknya adalah mengatur penggunaan lahan sebaik mungkin.

Diperlukan kantong-kantong air sebanyak mungkin. Menurut Alumni Kyusu University Jepang ini, perlu menghidupkan aliran sungai lama sebagai kantong distribusi air.

Selebihnya, Andang menyoroti mudahnya proses perijinan di daerah yang dengan gampang meloloskan banyak bangunan infrastruktur. Lalu, dampak ekoligisnya tidak terlalu diperhatikan.

KLIK INI:  Ratusan Ekor Jalak Bali Kembali Berkicau Bebas di Habitat Alaminya