Klikhijau.com – Lagu-lagu Payung Teduh memiliki daya pikat tersendiri. Lirik-liriknya terdengar puitik dan lembut.
Sejak mengeluarkan lagu pertama mereka Angin Pujaan Hujan nama Payung Teduh mulai dibincangkan.
Padahal band beranggotakan Ivan Penwyn, Comi Aziz Kariko, Alejandro Saksakame dan Marsya Ditia ini, merupakan band indie Indonesia. Band ini beraliran fusi antara folk, keroncong, dan jazz.
Khusus Marsya, ia merupakan personil baru (2018-sekarang) menggantikan Mohammad Istiqamah Djamad (Is) yang merupakan vocalis utama dan pertama band tersebut.
Is memutuskan keluar dari Payung Teduh pada tahun 2017 karena merasa tidak lagi sejalan dengan band yang didirikannya itu.
Band ini lahir pada akhir 2007 lalu. Sejak mulai berkiprah di belantikan musik tanah air. Payung Teduh telah melahirkan banyak lagu. Di antara lagu-lagunya itu, ada beberapa yang berbau alam, di antaranya:
Diantara Pepohonan
Di antara pohon yang berjejal
Kutemukan dirimu terpaku
Melihat dedaunan yang jatuh ke tanah
Bersimpuh menyembah semesta
Terbungkus dalam kerinduan yang fana
Mungkinkah seperti
Apa yang biasa kutemukan
Di penggalan kisah mimpiku
Berdua berbincang bercerita
Tentang langit biru
Tentang rasa rindu
Tentang senja dan hujan yang ku simpan
Dan kukirimkan kepadamu
Berharap kau berada di situ uh
Cerita Tentang Gunung dan Laut
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Ta-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Aku pernah berjalan di atas bukit
Tak ada air
Tak ada rumput
Tanah terlalu kering untuk ditapaki
Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku
Aku pernah berjalan di atas laut
Tak ada tanah
Tak ada batu
Air selalu merayu
Menggodaku masuk ke dalam pelukannya
Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa
Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Aku tak pernah melihat gunung menangis
Biarpun matahari membakar tubuhnya
Aku tak pernah melihat laut tertawa
Biarpun kesejukan bersama tariannya
Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa
Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa
U-u-u-u-u-u
U-u-u-u-u
A-a-a-a-a-a
A-a-a-a-a
A-a-a-a-a
U-u
U-u-u-u-u-u-u
U-u-u-u-u
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa (Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua)
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua (Oh)
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Pa-ra-ra-ru-ru-ru-rua
Makin Lelah
Kupandangi langit
Awan merah kelabu
Matahari sudah
Lelah berjalan
Perjalanan ku belum berakhir
Garis hidup masih tegang
Mataku sudah selesai menatap
Kaki ini segan melangkah
Kaki ini segan melangkah
Langit menggelap
Padang rumput semakin samar
Bayangan pohon memudar
Aku masih harus berjalan
Makin jauh
Makin lelah
Makin jauh
Makin lelah
Perjalanan ku belum berakhir
Garis hidup masih tegang
Mataku sudah selesai menatap
Kaki ini segan melangkah
Kaki ini segan melangkah
Langit menggelap
Padang rumput semakin samar
Bayangan pohon memudar
Aku masih harus berjalan
Makin jauh
Makin lelah
Makin jauh
Makin lelah
Makin jauh
Makin lelah
Makin jauh
Makin lelah
Itulah lagu payung teduh berbau alam yang layak didengarkan…selama mendengarkan, sahabat hijau!