Menyebarkan Pesan Lingkungan Melalui Budaya

oleh -43 kali dilihat
Pagelaran wayang kulit-foto/Ist

Klikhijau.com – Banyak cara yang bisa dilakukan menyebarkan pesan lingkungan. Melalui budaya salah satunya. Budaya memiliki magis untuk menggerakkan seseorang atau kelompok dalam melakukan sesuatu.

Potensi budaya sebagai penyampai pesan yang begitu besar, bisa jadi jembatan untuk menyebarkan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) tahun 2024, dijadikan momen oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggerakkan budaya dalam menyebarkan pesan lingkungan.

Pada hari Jumat, 7 Juni 2024 kemarin, KLHK menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit.  Pagelaran tersebut  diselenggarakan sebagai salah satu upaya menyebarkan pesan kepada masyarakat—untuk terus menjaga lingkungan hidup. Dengan menjaga lingkungan kita dapat terhindar dari bencana dan kerusakan alam yang dampaknya dapat menghancurkan kehidupan manusia.

KLIK INI:  Cerita Baru Perusakan CA Faruhumpenai, Penyidik Gakkum KLHK Limpahkan Tersangka ke Kejaksaan

Di samping itu, pagelaran wayang kulit tersebut juga sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya nasional.  Wayang kulit mengandung banyak  nilai luhur dan pengetahuan tradisional. Pengetahuan tersebut tumbuh di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Tidak sekadar tumbuh, tetapi juga menjadi warisan leluhur. Termasuk prinsip-prinsip menjaga alam dan lingkungan.

“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai rangkaian peringatan HLH tahun 2024 yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Rangkaian berlangsung selama 2 bulan. Mulai dari tanggal 5 Mei hingga 5 Juli nanti,” ujar Menteri LHK Siti Nurbaya dalam sambutannya.

Pentingnya tindakan global

Menteri Siti pun menyampaikan, Peringatan HLH sedunia tahun ini mengambil tema “Land, Restoration, Desertification, and Drought Resilience.” Tema itu memberikan pesan kepada masyarakat global akan pentingnya tindakan global yang terintegrasi dan terkoneksi dalam sebuah sinkronisasi agenda internasional untuk memulihkan lahan yang terdegradasi dan berdampak pada ketahanan pangan, pengurangan kemiskinan dan mitigasi perubahan iklim.

Pada tingkat nasional, Peringatan HLH sendiri mengangkat tema “Penyelesaian krisis iklim dengan inovasi dan prinsip keadilan”. Tema tersebut dinyatakan Menteri Siti sebagai bentuk pesan kepada masyarakat Indonesia, khususnya agar senantiasa terus berperan aktif menyelesaikan permasalahan krisis melalui inovasi yang dilakukan bersama seluruh pemangku kepentingan secara konsisten dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan dan inklusivitas.

KLIK INI:  Kisah 5 Orangutan yang Kembali Berumah ke Hutan

Berkaitan dengan penyebaran informasi dan pesan lingkungan kepada masyarakat, Menteri Siti menyebut jika media Wayang kulit merupakan kebudayaan nasional warisan leluhur yang telah berabad-abad dijadikan sebagai media penerus informasi/pesan yang efektif. Wayang kulit terus beradaptasi untuk menunjukkan eksistensinya di tengah gempuran media-media modern yang lebih maju.

“Sebagai salah satu bentuk penghargaan terhadap pengetahuan tradisional, malam ini dihadirkan di tengah-tengah kita, pagelaran wayang kulit dengan tema “Dewi Sri Boyong” dengan dalang Ki MPP Bayu Aji yang akan menggambarkan bagaimana pengelolaan lingkungan hidup dalam perspektif cerita pewayangan,” tutur Menteri Siti.

Budaya sebagai penyampai pesan

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang juga hadir di tengah-tengah masyarakat, menyambut hangat penyelenggaraan pagelaran wayang kulit oleh KLHK yang disebutkan mengingatkannya akan pengalaman masa kecilnya yang kerap menonton pagelaran wayang kulit. Wayang kulit disebutnya sebagai hiburan rakyat yang ditunggu-tunggu.

“Saya percaya bahwa upaya menjaga lingkungan hidup harus digerakkan melalui sebuah gerakan masyarakat, gerakan sosial, gerakan budaya,” ujar Mensesneg Pratikno.

KLIK INI:  Keren, Dua Pelajar Indonesia Juara Lomba Melukis Lingkungan di Jepang

Mensesneg Pratikno mencontohkan jika upaya melindungi kelestarian alam telah dilakukan oleh nenek moyang kita melalui kebudayaan, seperti membuat mitos-mitos lokal atas sebuah tempat menjadi tempat yang wingit/angker.

Jika dipandangan dari prespektif perlindungan lingkungan, maka mitos-mitos dan kepercayaan budaya tersebut menjadi benteng untuk menjaga kelestarian alam pada suatu tempat, yang membuat orang tidak berani merusak.

Ia mencontohkan di kampungnya banyak sendang/mata air yang di’wingit’kan, dengan mitos ada belut putih dan sebagainya, dan efeknya masyarakat sekitar tidak berani mengambil air ataupun belutnya secara sembarangan.

“Itulah cara nenek moyang kita melindungi alam, ketika rasionalitas seringkali diputarbalikan, maka kepercayaan akan nilai-nilai budaya menjadi “veto” bagi rasionalitas, daya pikir bisa kalah oleh kepercayaan, oleh agama,” jelas Mensesneg.

Ia pun menyebut jika dirinya pernah bersama Menteri Siti, dan Menteri Agama Gus Yaqut bersepakat jika perlunya menyebarkan informasi kepada masyarakat akan pemahaman agama yang juga menekankan penjagaan terhadap kelestarian alam, yaitu melalui pemahaman Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan ditambahkan Hablum Minalalam.

KLIK INI:  Menaruh Asa Tinggi Pada Pemuda Adat Dalam Memberdayakan Daerahnya

Dengan pemahaman tersebut, maka di setiap doa-doa kita juga akan tersampaikan pesan dan pemahaman terhadap tanggung jawab manusia terhadap alam.

Selain pagelaran wayang kulit, KLHK juga menyediakan Pasar Tradisional yang bertempat di sekitar lokasi pagelaran wayang kulit, dengan hidangan makanan dan minuman tradisional, yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Acara pagelaran wayang kulit ini juga mengundang Duta Besar, Komisi IV DPR RI, Kementerian/Lembaga Pusat dan Daerah, mitra KLHK, serta Pejabat dan karyawan lingkup KLHK, Komunitas Penggemar Wayang Kulit, sebanyak kurang lebih 500 orang.

“Dengan momentum peringatan hari lingkungan hidup sedunia ini, saya mengajak kita semua untuk menjadi agen-agen perubahan yang senantiasa menjaga lingkungan hidup dengan tetap mengedepankan prinsip keadilan terhadap kearifan lokal. Mari bersama berkomitmen untuk menjaga bumi kita. Selamat hari lingkungan hidup sedunia,” pungkasnya.

KLIK INI:  Tradisi yang Kontroversional; Halal Kembali Memburu Paus di Jepang