- Bernostalgia dengan Burung Sepah Raja - 24/09/2023
- Kemarau di Pematang Sawah - 16/09/2023
- Udara Bersih yang Dijanjikan Ibu - 10/09/2023
Klikhijau.com – Energi terbarukan jadi energi masa depan berkelanjutan. Apalagi jika sumbernya berasal dari alam secara alami, semisal air atau sinar matahari.
Energi sel surya ini, diakui oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro sebagai salah satu sektor yang berkembang pesat.
Energi sel surya yang berkembang ini adalah photovoltaic. Photovoltaic sendiri berarti mengubah energi surya menjadi energi listrik melalui material semikonduksi.
Bambang mengungkapkan jika photovoltaic dapat dikembangkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.
“Saya juga berharap agar penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan biaya yang relatif murah dan ramah lingkungan,” ujar Bambang.
Harapan bambang tersebut, senada dengan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko.
Laksana juga mendorong peneliti untuk bisa mencari peluang dalam pengembangan teknologi sel surya. Karena itulah, kolaborasi antara institusi pendidikan dengan lembaga riset dan bahkan mitra luar negeri harus diperkuat.
“LIPI siap mendukung melalui penyediaan SDM dan infrastruktur riset yang memang selalu dibuka dan bisa dipakai semuanya,” tandas Handoko.
Apa yang disampaikan oleh Kemenristek/BRIN dan Kepala LIPI tersebut, terungkap saat Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI menyelenggarakan workshop The Advanced Photovoltaic Technology pada Senin-Selasa, 10-11 Agustus 2020.
Workshop ini merupakan kolaborasi antara LIPI dengan (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) BPPT, Energy Academy Indonesia (ECADIN), Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (ILUNI FTUI), dan Asosiasi Peneliti Indonesia di Korea Selatan (APIK).
Masyarakat mulai tertarik
Ini cerita yang terjadi di kampung saya. Bulan lalu, dua sepupu bertanya perihal penggunaan tenaga surya. Keduanya ingin menggunakan tenaga surya sebagai sumbel listrik di kebun mereka.
Banyak masyarakat yang memiliki rumah dengan ukuran kecil di kebunnya. Tempat mereka istirahat dan menjagai tanaman dari gangguan babi hutan.
Di rumah kebun itulah, dua sepupu saya ingin pasangi listrik, tapi karena jauh dari jangkuan aliran listrik PLN maka alternatifnya adalah menggunakan sumber energi tenaga surya.
Keduanya bertanya kepada saya periihal tenaga surya. Karena kapasitas saya terbilang kosong. Maka saya sarankan agar menghubungi kakak saya di Maros.
Di Maros, khususnya di Kecamatan Mallawa di mana kakak saya tinggal. Telah banyak masyarakat yang menggunakan tenaga surya di kebun mereka.
Penggunaan tenaga surya itu dilakukan sebagai upaya menghalau babi hutan masuk ke kebun. Caranya dengan memanfaatkan sinar matahari menjadi aliran listrik untuk menyetrum babi hutan.
Awalnya, masyarakat menggunakan aki yang dicharger secara manual. Kemudian berkembang dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai aliran listrik.
Maka kemarin, dua sepupu saya yang tertarik menggunakan tenaga surya di kebun mereka, pesanannya telah diantarkan. Keduanya menjadi warga yang pertama yang akan memanfaatkan tenaga surgya sebagai aliran listrik.
Penggunaan tenaga surya untuk energi listrik masa depan Indonesia, sudah sepatutnya digunakan secara massif.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, Budi Prawara, kolaborasi pemanfaatan SDM IPTEK dan infrastruktur riset sangat penting untuk mencapai target 2025 di mana bauran energi baru dan terbarukan di Indonesia dapat mencapai 23 persen.
Apa yang dilakukan kedua sepupu saya tersebut, bisa jadi akan menjadi pembuka bagi warga lainnya untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber listrik, terutama di rumah-rumah yang terletak di kebun mereka.
Hanya yang masih menjadi kendala dari penerapan tersebut adalah harga untuk menyulap tenaga surya sebagai energi terbarukan masih cukup mahal.