“Menyambung Nyawa” dengan Sambung Nyawa

oleh -801 kali dilihat
Sambung nyawa
tanaman sambung nyawa-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Sambung nyawa, namanya seolah menawarkan harapan kehidupan. Gabungan dua kata, sambung dan nyawa.

Kata  sambung nyawa bisa diartikan sesuatu yang dapat menyambung nyawa. Dan itu bisa saja benar, jika tanaman yang berpotensi sebagai obat dianggap bisa menyelamatkan seseorang dari penyakit yang berpeluang merampas nyawanya.

Tanaman ini  tumbuh liar di Indonesia dan merupakan tanaman asli. Saya melihatnya pertama kali (mungkin selama ini tak memperhatikannya) tanaman ini tumbuh di taman Puskesmas Borongrappoa, Kindang, Bulukumba.

Tanamannya berada dalam pot dengan nama keterangan melingkupinya.

KLIK INI:  Menjumpai Pergam Putih Bersarang di Pohon Kenanga

Sambung nyawa, namanya terdengar penuh harapan. Setelah menyusurinya di beberapa sumber, rupanya tanaman ini memang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan.

Ia sering dijadikan sebagai tanaman obat untuk jenis penyakit tertentu. Tanamam dengan nama latin Gynura procumbens ini pun bisa dijadikan kawan untuk bersantap—ia bisa menjadi lalapan.

Untuk saat ini, tanaman obat memang sedang banyak diburu dan diteliti untuk melepaskan diri dari sergapan obat-obat kimia.

Sambung nyawa  hanyalah satu dari sekian banyaknya tanaman yang berpotensi menjadi obat.

Tanaman dari  anggota dari genus Gynura ini telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk melawan berbagai macam penyakit yang meneror manusia.

Kandungan sambung nyawa

Tanaman dari famili Asteraceae ini  mengandung senyawa antioksidan. Sebagaimana diketahui, senyawa jenis ini merupakan  suatu senyawa atau komponen kimia.

Apabila senyawa antioksidan dalam kadar atau jumlah tertentu, senyawa ini mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi .

Ada dua jenis antioksidan, yaitu antioksidan alami dan sintetis, antioksidan sintetis seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA)  dan  Butil Hidroksi Toulene (BHT) sangat efektif untuk menghambat minyak atau lemak agar tidak terjadi oksidasi.

Namun, ada masalah  dalam penggunaan BHA dan BHT karena banyak menimbulkan kekhawatiran akan efek sampingnya. Kekhawatiran  itulah yang mendorong para ahli kimia untuk mencari antioksidan alami yang lebih aman.

Karena itulah, saat ini antioksidan banyak diambil dari bahan nabati seperti buah-buahan, rempah-rempah, jamu, dan sayuran. Nah, salah satu tanaman yang dilirik adalah  adalah sambung nyawa.

KLIK INI:  Klik Ini untuk Tahu Tarcius Spectrum, Si Mungil yang Menggemaskan
Manfaat sambung nyawa

Tanaman ini  mengandung  triterpenoid, polifenol, saponin, steroid, asam klorogenat, asam kafeat, asam para hidroksi benzoat, asam vanilat, asam kumarat, asam para hidroksi benzoat, flavonoid, dan minyak atsiri.

Tanaman perdu dari ordo Asterales ini  telah dijadikan tanaman herbal untuk mengatasi berbagai penyakit, di antaranya pengobatan demam, ruam, penyakit ginjal, migrain, sembelit, hipertensi, diabetes mellitus, dan kanker.

Bahkan menurut Mersi Suriani Sinaga, (2017) hasil penelitian farmakologi mengungkapkan  tanaman ini memiliki anti-Herpes simplex virus, anti-hiperglikemia, anti inflamasi, anti-hiperlipidemia, ,analgesik, dan sifat hipertensi darah yang diinduksi ulang .

Selain itu, menurut Etika Oktaviani dalam Rahman, (2019) daun tanaman yang juga dikenal dengan nama daun dewa atau akar sebiak ini memiliki  potensi yang  dapat menjadi antimikrobial karena memiliki kandungan flavonoid dan minyak atsiri.

Bahkan Rahmat  (2010) membuktikan jika  daunnya dengan konsentrasi 10% paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.

Sementara itu Darminto (2011)  menyatakan bahwa di Filipina dan Thailand  fitofarmaka  telah   dimanfaatkan sebagai bakterisida, virusida, fungisida, algasida, herbisida, dan  pestisida.

Salah  satu  bahan  herbal yang   dapat   digunakan   sebagai   fitofarmaka adalah  daun dari tanaman ini  Nirwan(2007) melaporkan bahwa daunnya  merupakan tanaman    obat yang telah   banyak dimanfaatkan karena mengandung banyak khasiatnya. Bahkan secara   tradisional daunnya  ,

Fitofarmaka ini merupakan sediaan  obat  yang  berasal  dari bahan herbal   dan   sudah   teruji   klinis   (Irmawati  dan Primiani, 2017).

Di Indonesia sendiri fitofarmaka telah dimanfaatka nuntuk    pengobatan    manusia, tetapi belum banyak digunakan   dalam budidaya perikanan. Padahal  kandungan  fitofarmaka dapat digunkan untuk mengusir penyakit vibriosis pada ikan kerapu macan.

KLIK INI:  Menyimak Kicauan 311 Ekor Burung yang Terbang Bebas di Kaltim
Ciri sambung nyawa

Ia tumbuh sebagai  tanaman menahun dengan   tinggi mencapai 3 meter atau lebih. Ia memiliki batang bersegi agak lunak dan berair. Dengan helaian daun berwarna hijau muda dengan bentuk bulat telur.

Panjang daunnya bisa mencapai 6 cm dengan  lebar 3,5 cm. Pada ujungnya daunnya meruncing, pangkal daun membulat, pinggir daun bergerigi dangkal, tangkai daun 1,5 cm atau lebih. Kedua permukaan daun berambut halus dengan pertulangan menyirip

Berikut   klasifikasi tanaman ini:

  • Kingdom : Plantae
  • Divisio : Spermatophyta
  • Subdivisio : Angiospermae
  • Class : Dicotyledoneae
  • Ordo : Asterales
  •  Familia : Asteraceae
  • Genus : Gynura
  • Species :Gynura Procumbens  
KLIK INI:  Keanekaragaman Hayati Memberi Kita Segala Hal untuk Kehidupan Berkualitas