Menulis Isu Lingkungan itu Renyah dan Menggemaskan

oleh -330 kali dilihat
Menulis Isu Lingkungan Itu Renyah dan Menggemaskan
Dr. Darhamsyah, Kepala Pusat P3E Suma/foto-ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – “Menulis isu lingkungan itu renyah dan menggemaskan” kata Anis Kurniawan usai penutupan Workshop Penulisan dan Jurnalisme Lingkungan yang digelar Klikhijau.com, Selasa 29 Oktober 2019.

Diskusi seru dan menyenangkan memang tercipta selama workshop ini berlangsung. Enam pembicara yang hadir antara lain Dr. Darhamsyah (Kapus P3E Suma), Roni S Mappeware (pegiat bahasa), Andhika Mappasomba (penulis), Abdul Rahman (wartawan), Anis Kurniawan (Klikhijau) dan Dr. Ni Made Ras Amanda (Pakar komunikasi dari Universitas Udayana Bali) – semuanya menginspirasi betapa isu lingkungan itu suatu tema yang selalu menarik dituliskan.

Sebanyak 20 peserta pelatihan ini cukup aktif dalam setiap diskusi. “Kami mendapat banyak pelajaran menarik khususnya mengenai cara menghilangkan mental blok dalam menulis. Pelatihan ini penting bagi kami ASN di KLHK yang setiap saat dituntut untuk menulis aktivitas kantor,” jelas Ismi Subhan peserta dari P3E Suma.

Hal yang sama dikatakan Agung, seorang mahasiswa dari UNM yang juga tertarik pada isu lingkungan. “Kami berharap akan ada pelatihan lanjutan. Atau setidaknya ada evaluasi pada tulisan yang kami hasilkan nantinya. Tentu, kami berbangga bila karya kami dimuat di Klikhijau,” tuturnya.

KLIK INI:  Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Jepang tentang Kebersihan?

Ya, model diskusi di forum worskhop ini memang lebih cair. Semua narasumber lebih banyak berbagai pengalaman tentang menulis dan mengajak peserta memulai praktik sederhana dalam menulis.

“Jangan ragu, tuliskan saja!” kata Dr. Darhamsyah, Kepala Pusat P3E Suma yang tampil sebagai narasumber pertama.

Dr. Darhamsyah juga bicara soal bagaimana mengelola inspirasi menulis dalam pikiran agar menjelma menjadi buku atau tulisan. “Menulis itu adalah proses kreatif memindahkan isi kepala ke dalam tulisan,” tuturnya.

Menurutnya, aktivitas menulis itu membutuhkan proses pembelajaran tiada henti. Kuncinya, kata Darhamsyah adalah harus ada kemauan dan kedisiplinan belajar.

“Kalau mau menulis, ya menulis saja! Tidak perlu dipikirkan dulu bagus tidaknya tulisan itu,” kata Abdul Rahman.

Harus ada yang menyuarakan

Belajar dari pengalamannya sebagai wartawan di Tempo dan Harian Fajar, Rahman mengajak peserta untuk dapat menulis apa adanya. Menurutnya, menulis itu seringkali dipengaruhi juga oleh faktor kebiasaan.

KLIK INI:  Makassar, Kota yang Dikepung DAS Bermasalah

“Jadi sering-sering saja menulis dan tentu membaca!” katanya.

Pengalaman seorang Andhika Mappasomba dan Anis Kurniawan seolah memperkaya perspektif peserta. Andhika dan Anis membahas tentang tips sederhana memilih topik yang menarik pada setiap fenomena.

“Kita harus bisa menemukan isu paling menarik dari suatu topik yang hendak dituliskan,” kata Andhika. Kemampuan seperti ini, katanya, akan tumbuh secara otomatis jika keseringan menulis dan membaca banyak tulisan.

Di sesi terakhir pelatihan, Dr. Ni Made Ras Amanda mengisi diskusi dengan membahas perkembangan komunikasi kehumasan yang efektif. Amanda mengajak pada setiap peserta untuk berhati-hati dalam bermain sosial media.

KLIK INI:  Jamaluddin Daeng Abu, Edukasi Petani di Kanreapia Gowa dari Rumah Koran

“Saat ini, siapa pun berpotensi terjerat UU ITE. Jadi, kita harus hati-hati sebelum menyebarkan informasi atau link berita,” katanya.

Tugas Humas menurutnya adalah berupaya mengerti dan memahami keinginan semua pihak. “Humas ‘zaman now’ harus kekinian, selera humornya tinggi tapi cerdas membaca masalah,” kata Amanda.

Mantan Wartawan ANTARA yang lama bertugas di istana Kepresidenan ini memberi apresiasi tinggi pada Klikhijau yang menggelar pelatihan jurnalisme lingkungan.

“Sebab dari perspektif mana pun, saat ini kita menghadapi masalah lingkungan global. Sehingga harus ada yang fokus menyuarakan isu-isu ini,” tutupnya.

KLIK INI:  Kebiasaan Ramah Lingkungan yang Patut Ditiru dari Dua Aktivis Perempuan di Bulukumba