Menteri Kesehatan: 82 Persen Keluarga Indonesia Tak Sehat, Germas Jadi Tantangan

oleh -602 kali dilihat
82 Persen Keluarga Indonesia Tak Sehat, Germas Jadi Tantangan
82 Persen Keluarga Indonesia Tak Sehat, Germas Jadi Tantangan/Foto-Indonesiabaik.id

Klikhijau.com – Pola hidup bersih dan sehat masih menjadi tantangan bagi keluarga di Indonesia. Bahkan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan, 82 persen keluarga Indonesia tidak sehat.

Penyataan ini Nila ungkapkan usai mengikuti acara Healthies Fun Run 5 K di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Minggu, 6 Oktober 2019.

“Pendataan keluarga dengan 12 indikator sehat (menunjukkan) angka nasional baru 18 persen keluarga. Rendah sekali. Berarti 82 persen yang tidak sehat,” kata Nila seperti diwartakan Beritasatu.

Dua belas indikator sehat dalam sebuah keluarga akan terpenuhi jika keluarga hidup dalam kondisi tertentu. Di antaranya memiliki jamban, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, tumbuh kembang balita dipantau, imunisasi, dan penggunaan KB bagi perempuan usia subur.

KLIK INI:  Nasib Jakarta Saat Ibukota Pindah Ke Kalimantan Timur

Ini masih ditambah dengan status kesehatan masyarakat yang masih memprihatinkan. Tandanya, dari data BPJS Kesehatan yang mendominasi pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat/JKN-KIS adalah penyakit katastropik (tidak menular) yang berbiaya mahal. Seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroker, diabetes melitus, dan hipertensi.

“Sekarang berpikir logis saja, cuci darah Rp 700 ribu hingga 1 juta per cuci darah. Sementara bayar BPJS Kesehatan hanya 25 ribu, kemudian harus menjalani empat kali cuci darah. Berarti berapa. Ini kan nggak benar kalau seperti ini,” ujarnya.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Melihat kondisi di atas, Menkes mengajak masyarakat untuk menerapkan perilaku Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Program ini merupakan seruan hidup bersih dan sehat dalam aktivitas sehari-hari.

Terlebih menyoal pola makan. Ketika makan seseorang harusnya dapat memenuhi nutrisi tubuh, tidak sekedar kenyang. Satu porsinya terdiri dari separuh buah dan sayuran aneka warna, separuhnya lagi lauk pauk dan makanan pokok.

Gerakan lainnya berupa olahraga yang menjadi pondasi penting kesehatan. “Jalan kaki misalnya, murah, tanpa bayar. Saya sering melakukan itu karena kebetulan di dekat rumah ada taman. Saya sering kali jalan kaki dengan Pak Emil Salim (cendekiawan),” ujar perempuan yang juga suka mengayuh sepeda statis ini.

Tidak lupa, pemeriksaan kesehatan minimal enam bulan atau satu tahun sekali dilakukan. Pengetahuan akan status kesehatan ini penting guna mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Banyak penyakit berjenis silent killer yang seringkali tidak disadari.

Faktor penentu lainnya adalah lingkungan sehat. Ini otomatis tercipta jika masyarakat telah menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Menkes menjelaskan data menggembirakannya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami peningkatan terutama pada aspek kesehatan.

Ini ditandai dengan peningkatan usia harapan hidup orang Indonesia dari 69,19 tahun (2016) menjadi 71,2 tahun (2018). Menjadi pertanda pula derajat kesehatan masyarakat membaik.

Meski begitu, dari usia harapan hidup 71 tahun lebih tersebut hanya 62 tahun saja usia sehatnya. Bermakna selama 8-9 tahun orang Indonesia hidup sakit-sakitan.

KLIK INI:  Momen HPSN, PT Mitra Hijau Asia Bantu Sembako ke Warga Terdampak Banjir Makassar