Menjamin Ketahan Pangan, 6 Desa di Manggarai Komitmen Kembangkan Sorgum

oleh -254 kali dilihat
Kenali 3 Sumber Karbohidrat Selain Beras yang Mulai Ditinggalkan
Sorgem - Foto: Ist

Klikhijau.com – Enam Desa di Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berkomitmen mengembangkan sorgum sebagai tanaman untuk menjamin ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani, mencegah stunting, dan mengurangi lahan kritis.

Komitmen ini merupakan hasil dari pertemuan 6 pemerintah desa bersama Yayasan Ayo Indonesia di Aula Kantor Kepala Desa Iteng, Selasa (29/11/2022).

Pertemuan yang digagas oleh Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan Kehati Jakarta ini membicarakan tentang arah pengembangan sorgum di Kecamatan Iteng ke depannya.

Kepala Desa yang berpartisipasi pada pertemuan ini, antara lain, Kepada Desa Gara, Iteng, Tal, Langgo, Legu dan Satar Loung.

KLIK INI:  Menarik, BRIN Kembangkan Varietas Baru Sorgum di Maros untuk Bioetanol

Sorgum Program Prioritas APBDes

Dalam pertemuan tersebut, para peserta sepakat bahwa pengembangan sorgum menjadi salah satu program prioritas dari penggunaan dana desa pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) tahun 2023 dengan mengacu kepada Permendesa PDTT Nomor 8 Tahun 2022 tentang prioritas penggunaan dana desa tahun 2023.

Pengalokasian dana desa fokus pada kegiatan produksi sedangkan untuk pengolahan paska panen yang membutuhkan mesin atau peralatan pengolahan akan dibicarakan dengan pemerintah daerah.

Sedangkan dari segi regulasi terkait penggunaan dana desa untuk pengembangan sorgum diperlukan juga satu acuan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Manggarai dalam bentuk Peraturan Bupati (Perbup) agar  desa-desa di Manggarai yang wilayahnya dari segi agroklimat cocok untuk budidaya sorgum wajib mengembangkan sorgum.

KLIK INI:  Mengenal 5 Bahan Pangan Utama Selain Beras

Sinergi dengan pemerintah Kabupaten

Dalam pertemuan tersebut, Timoteus Mampu, Kepala Desa Langgo, mengatakan bahwa desanya siap mengalokasikan dana desa untuk program sorgum, tetapi hanya untuk memproduksi karena dana desa terbatas.

Sedangkan untuk peralatan pengolahan pasca panen sebaiknya mengusulkannya kepada pemerintah daerah agar setiap desa nanti memilik mesin pengolahan pasca panen, sehingga sorgum bisa dikonsumsi seperti beras.

Para peserta pertemuan juga sepaham bahwa penerima manfaat dari program pengembangan sorgum rencananya adalah para petani dan anak-anak muda putus sekolah melalui pemanfaatan lahan kritis yang luasnya  68 Ha atau 9,71 persen dari 700 ha total lahan kritis  yang terdapat di 7 desa, di Kecamatan Iteng.

sorgum

Yayasan Indonesia siap mendampingi para petani

Sementara itu, Agustinus Pas, Penanggungjawab program sorgum di Yayasan Ayo Indonesia kepada para kepala desa, menegaskan bahwa Lembaganya akan mengambil peran untuk pendampingan tehnis dan motivasi kepada para petani.

KLIK INI:  Memanen Manfaat Ginri’ (Jamur Grigit) sebagai Pangan Lokal dan Obat Alami

Namun yang paling penting pemerintah desa sungguh-sungguh serius untuk mengembangkan sorgum, demi tercapainya ketahanan pangan, perbaikan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan keluarga petani.

Yayasan Ayo Indonesia, lanjut Agustinus, telah berpengalaman terkait tehnis budidaya sorgum dan pengolahan paska panen, mengolah sorgum menjadi beras dan tepung.

Dia juga menambahkan peran peserta pertemuan adalah memasyarakatkan sorgum sebagai pangan alternatif, menjelaskan kepada setiap keluarga tentang manfaat sorgum sebagai makanan bergizi tinggi dan bernilai ekonomi.

Sorgum bahan pangan pengganti beras

Di Larantuka, jelas Agustinus, sorgum sudah menjadi bahan pangan pengganti beras, dikonsumsi setiap hari oleh keluarga-keluarga, dijual kepada koperasi produsen bahkan pemerintah daerah Flores Timur menjadikan sorgum sebagai pangan untuk mengurangi atau mencegah stunting.

KLIK INI:  Ditunjuk Kembangkan P2L Oleh Kementan, UNHAS Ajak Masyarakat Menanam di Pekarangan

Mereka juga sependapat tentang peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang diharapkan menjadi penanggungjawab utama dalam kerangka bisnis sorgum di bagian hilir, dimana lembaga ini mengolah sorgum menjadi beras dan aneka pangan lain yang berbahan baku sorgum.

Sorgum menjadi core business dari BUMDes. Yohanes Mario Nombo, Kepala Desa Gara, mengusulkan satu kegiatan peningkatan kapasitas bagi pengelola BUMDes terlebih dahulu yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas managerial dari pengurus BUMDes dengan cara belajar ke BUMDes yang telah berhasil.

Belajar dari pengalaman budidaya sorgum yang telah berusia dua bulan di Desa Iteng, Tal dan Gara, Atus Karpitang, kepala desa Iteng berpendapat bahwa yang paling penting ke depannya adalah ketersedian peralatan paska panen, seperti, mesin sosoh dan mesin untuk pembuatan tepung sorgum. Pertumbuhan sorgum di atas lahan 5,6 hektar saat ini, lanjutnya menunjukkan hasil yang baik dimana tanaman sorgum tumbuh subur dan berpotensi menghasilkan biji sorgum kering 5 ton per hektar.

“Sorgum yang ditanam bersama anak sekolah di SMP Negeri I Iteng di kebun sekolah sebagai langkah uji coba menunjukkan pertumbuhan yang subur sebagai bukti bahwa sorgum tumbuh baik di Iteng pada ketinggian 34 meter dari permukaan laut,” ucapnya.

Yohanes menambahkan, ke depan pemerintah desa Iteng akan memanfaatkan tanah milik pemerintah daerah untuk ditanami sorgum dengan dibiayai oleh dana desa. Selain itu, pemerintah desa akan mendorong petani yang tidak punya lahan sawah untuk menanam sorgum di sekitar kantor desa Iteng.

Hasil pertemuan sehari itu, akan didiskusikan dengan Bupati Manggarai pada awal desember 2022 agar pengembangan sorgum ke depan melibatkan pemangku kepentingan strategis di Manggarai, antara lain, Pemerintah Daerah, Desa, Masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyaratakat. Diharapkan Pemerintah Daerah Manggarai mengalokasikan anggaran untuk program sorgum dalam bentuk penyediaan peralatan paska panen.

KLIK INI:  Kelompok Perempuan Waifuna Lakukan Buka Sasi di Kampung Kapatcol Raja Ampat