Menghadapi Panas Ekstrem, Burung Kota lebih Tangguh dari Burung Hutan

oleh -718 kali dilihat
Pengalaman Mengamati Burung Kacamata Laut yang Memikat Hati
Burung Kacamata Biru - Foto/Taufiq Ismail

Klikhijau.com –  Belum lama ini jurnal Frontiers in Ecology and Evolution mempublikasikan sebuah studi yang cukup menarik. Karena mencoba mengungkap perbedaan ketahahan burung di kota dan burung yang terdapat di hutan dalam menghadapi panas yang ekstrem.

Pemanasan global menjadi salah satu penyebab lahirnya panas yang ekstrem. Dan hal itu menyebabkan banyak masalah, termasuk di dunia fauna, khususnya burung.

Burung merupakan spesies yang cukup banyak dan unik. Beberapa jenis burung bisa hidup di dua dunia, yakni kota dan hutan (desa).

Padahal antara kota dan desa umumnya memiliki perbedaan suhu, kota lebih panas dan juga lebih padat oleh bangunan berupa manusia, kendaraan, dan juga rumah.

KLIK INI:  Tanah Liat adalah Pahlawan Baru dalam Memerangi Emisi Metana

Suasana panas perkotaan, membuat para peneliti bertanya-tanya apa dampaknya terhadap satwa liar, khususnya burung .

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan oleh Frontiers, para ahli telah menyelidiki dampak dari peristiwa panas yang ekstrem pada payudara besar yang tinggal di perkotaan dan hutan (burung kicau yang umum).

Untuk menjawab hal itu, para peneliti memasang ratusan kotak sarang di dua kota Hungaria dan hutan yang bersebelahan.

Dilansri dari Earth, dari 2013 hingga 2018, para peneliti itu mengamati 760 induk, mengukur anak ayam pada usia dua minggu dan kemudian merekam kelangsungan hidup mereka.

Secara berlawanan, anak ayam di kota-kota yang lebih panas bertahan dari peristiwa panas yang ekstrem lebih baik daripada rekan-rekan mereka yang tinggal di hutan.

Burung perkotaan bahkan menunjukkan manfaat kecil dari panas, sementara burung hutan lebih kecil dan kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup.

KLIK INI:  Peduli Kebersihan, Bank NTT Sumbang Tempat Sampah di Labuan Bajo

Mekanisme di balik peningkatan kelangsungan hidup burung kota yang mengejutkan ini belum diketahui, dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Populasi alami lebih rentan?

Penelitian ini juga menunjukkan kerapuhan burung serta hewan lain di hadapan manusia yang menyebabkan kehancuran.

“Hasil kami menunjukkan bahwa populasi alami mungkin lebih rentan terhadap panas ekstrem yang lebih sering,” ungkap Dr. Ivett Pipoly dari University of Pannonia dan merupakan penulis utama studi tersebut.

“Kita sudah mengetahui beberapa perubahan lingkungan yang telah diadaptasi atau diadaptasi oleh penduduk perkotaan di kota. Sangat menarik bahwa individu perkotaan mungkin beradaptasi lebih baik dengan krisis iklim juga, mungkin karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman dengan panas karena mereka tinggal di dalam pulau panas perkotaan,” tambah Pipoly.

KLIK INI:  Melawan El Nino dengan Pepohonan

Pipoly  juga mengungkapkan bahwa akan sangat penting untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang efek yang tidak terlalu mencolok dari peristiwa cuaca ekstrem, seperti yang peneliti temukan, dan dari beberapa populasi dengan lingkungan lokal yang berbeda.

Kemudian kita juga dapat melihat gambaran yang lebih rinci tentang efek interaktif perubahan iklim dan urbanisasi terhadap satwa liar dan keanekaragaman hayati.

“Kami dapat mendengar tentang peristiwa kematian massal yang lebih sering pada burung gurun liar, kelelawar, dan bahkan herbivora besar saat ini, yang dapat menjadi konsekuensi dari kerentanan populasi alami terhadap suhu tinggi,” ungkap Dr. Pipoly.

KLIK INI:  Konflik Manusia dengan Satwa Liar Kian Meningkat di Tangan Krisis Iklim