Klikhijau.com – Landscape fotografi diminati banyak pencinta foto dan pegiat lingkungan karena objek utamanya adalah panorama alam. “Sejauh mata memandang, itulah panorama atau landscape,” tulis Peter Chandra seorang Fotografer bergenre human interest dalam sebuah bukunya.
Panorama dalam hal ini mencakup semua unsur yang ada termasuk manusia dan alam. Lalu apa perbedaan antara landscape fotografi dengan nature fotografi? Menurut Peter, bedanya adalah pada ada atau tidaknya unsur buatan manusia walaupun hanya sebuah tiang listrik.
“Jadi, nature fotografi merupakan bagian dari landscape fotografi,” tulis Peter.
Menurut Peter, kegiatan manusia seperti berlayar, menangkap ikan, membajak sawah, anak-anak yang bermain di tengah bentang alam, bila bukan merupakan unsur dominan dari sebuah foto, itu merupakan sebuah foto landscape.
Pendeknya, foto landscape menunjukkan bahwa ruang tajam yang luas sebagai perhatian fotografer. Memang, foto landscape tetap memiliki suatu Point of Interest (POI), tetapi keseluruhan perhatian diarahkan pada semua unsur yang ada di dalam foto landscape tersebut.
“Beri ruang untuk fokal point yang bertujuan memperindah foto. Selain memperindah foto landscape, misalnya sebuah danau, di mana hanya ada air gunung, dan langit yang bagus,” tulis Peter.
Pemilihan objek foto
Bagaimana memilih satu objek yang tepat untuk foto landscape? Menurut Peter Chandra, pemilihan tempat untuk landscape fotografi tidaklah sulit. Paling penting adalah bagaimana cara kita melihat dan merekamnya dalam kamera (the way you see and take).
Lalu bagaimana ukuran sebuah foto landscape yang menarik? Bagi Peter, foto landscape yang bagus adalah foto yang yang dengan angle kreatif yang jarang diambil banyak orang.
“Misalnya, kebanyakan orang sudah mengambil foto dari sisi utara, kita jangan ambil lagi dari sudut yang sama. Coba ambil dari sisi barat, timur atau selatan bila tempat memungkinkan,” jelas Peter.
Namun, bila Anda tetap akan mengambilnya dari sisi utara, pakailah elemen-elemen pemanis, kata Peter. Misalnya pepohonan, sudut rendah (worm eye), atau kita ambil sudut tinggi (bird eye). Intinya adalah bagaimana mengambil gambar sebisa mungkin berbeda dari yang sudah ada.
Dalam foto landscape, semua lokasi bisa dipilih sebagai objek pemotretan, baik di pedesaan, perkotaan, pegunungan, pantai, hutan, perkebunan dan lainnya. “Yang penting kita masukkan elemen pendukung dan membentuk sebuah harmonisasi,” jelas Peter.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan foto landscape di setiap objek berbeda:
-
Pedesaan
Perpaduan sebuah rumah dengan pepohonan bambu di halaman belakang rumah. Atau sebuah rumah dengan persawahan atau tanaman lain, sehingga membentuk sebuah pemandangan yang indah juga bisa dinamai foto landscape.
-
Perkotaan
Perpaduan antara bangunan yang tinggi dengan jalan-jalan yang di sekitarnya. Atau paduan antara bangunan tinggi dengan lingkungannya, misalnya sungai yang melintas. Atau halaman dengan taman yang indah.
-
Pegununan, hutan dan danau
Perpaduan ketiga unsur di atas adalah sebuah paduan yang sangat menarik. Kombinasi ketiga ini yang paling disukai fotografer landscape.
-
Perkebunan
Di lokasi perkebunan, jejeran pepohonan yang tersusun rapi dan membentuk sebuah perspektif yang indah adalah contoh foto landscape.
-
Persawahan
Pada lokasi ini banyak faktor bisa mendukung. Semisal, gunung di ujung persawahan, jalan yang membelah pertanian dan kegiatan manusia di dalamnya.
Pelajari cuaca dan iklim
Bagi seorang fotografer, cuaca dan iklim adalah bagian terpenting yang harus diperhatikan saat melalukan pemotretan. Foto landscape juga demikian, ia sangat tergantung pada cuaca saat momen pengambilan gambar.
Cuaca buruk tentu berpotensi menghasilkan gambar yang kurang menarik. “Carilah teman yang pernah ke tempat itu dan tanyakan kapan kira-kira cuacanya bagus kita bisa memilih waktu yang tepat,” tulis Peter.
Perlengkapan di lapangan
Setelah memahami konsep mengenai foto landscape dan tipologinya, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengenali perlengkapan penting yang harus di bawah saat turun lapangan. Berikut beberapa di antaranya:
-
Sepatu
Peter Chandra menyarankan agar kita memakai sepatu tertutup dengan sol yang bagus. Sepatu bot adalah pilihan terbaik. Terlebih bila harus masuk ke tengah semak belukar atau ke dalam hutan. Kelemahannya tentu, sepatu jenis ini membuat kita agak kurang leluasa.
-
Topi dan kacamata matahari
Kacamata matahari sangat diperlukan bila cuaca sangat terik demi menghindari sinar UV yang tinggi. Topi setelan khas outdoor juga sangat dibutuhkan saat turun lapangan yang dapat melindungi kepala dan wajah dari paparan sinar matahari.
-
Obat gosok nyamuk
Menurut Peter, nyamuk dan lintah merupakan musuh utama para fotografer saat di lapangan. Itulah sebabnya, obat gosok nyamuk harus digunakan sebelum turun memotret.
-
Sun block
Karena landscape identik dengan outdoor, sehingga ada potensi berpanas-panasan. Anda disarankan memakai sun block agar kulit tidak terbakar sinar matahari.
-
Air minum isotonik
Karena kita berada di udara yang terbuka dengan terik matahari dan medan yang cukup keras, kita akan mengeluarkan keringat yang banyak. Cairan isotonik diperlukan. Karenanya tak ada salahnya menyiapkan minuman isotonik saat turun lapangan.
Perlengkapan khusus
Di bagian terakhir ini akan dijelaskan tentang perlengkapan khusus yang sekaligus menjadi senjata pamungkas seorang fotografer dalam mengambil foto landscape. Simak penjelasannya:
-
Kamera
Menurut Peter, dalam foto landscape, kamera tak selalu harus bagus. Hal terpenting kata Peter adalah skill, jam terbang dan kaidah-kaidah penting atau teknik dalam pemotretan.
-
Lensa
Peter menyarankan agar kita menggunakan lensa yang prima agar bisa merekam detail landscape dengan sempurna. Untuk landscape, focal lenght sangat bervariasi mulai dari 14 mm sampai 400 mm.
Ini tergantung luas dan jarak yang mesti diambil. Kadang-kadang, lensa fish eye juga dibutuhkan untuk membuat efek dramatis sebuah pemandangan. “Yang paling bagus buat landscape adalah lensa fix 24 mm karena kualitas lensanya prima dan jangkauan tangkapan cahayanya luas sekali,” jelas Peter.
-
Filter
Di era digital saat ini, banyak fungsi filter yang sudah dapat digantikan dengan olehan digital sehingga beberapa sudah tidak diperlukan di lapangan lagi. Namun, ada beberapa yang masih dibutuhkan antara lain: Gradual Neutral Density (GND).
“Perbedaan antara shadow and highlight sebuah foto landscape kadang-kadang sangatlah jauh berbeda, sehingga secara normal tak bisa kita toleransi. Dengan bantuan filter GND, kita bisa menyiasatinya,” tulis Peter.
GND adalah selembar filter dengan bagian hitam dan transparan (bening). Menurut Peter, ada dua jenis GND yang biasa dipakai. Ada yang hard, biasanya dipakai untuk lapangan horizon yang berbatas jelas, dan yang soft untuk horison yang berbatas kurang jelas, misalnya jejeran pepohonan.
Selain GND, filter lain yang dibutuhkan saat foto landscape adalah Circular Polarizer Filter (CPL). Fungsi CPL adalah menghilangkan bayangan di permukaan kaca dan air sehingga kaca atau air menjadi bening.
-
Tripod
Menurut Peter, diperlukan tripod yang kokoh untuk menyangga kamera. Tripod yang menggunakan ballhead akan lebih baik untuk memudahkan pergeseran kamera ke beberapa arah.
“Perhatikan beban yang bisa disangga oleh tripod. Jangan sampai kita menggunakan tripod dengan kemampuan di bawah berat kamera yang kita gunakan karena bisa terjatuh,” jelas Peter.
-
Cable release
Selain tripod, diperlukan pula cable release. Sejatinya, memakai timer di kamera juga memungkinkan, tapi kalah cepat bila kita menggunakan cable release. Tujuannya adalah dengan adanya cable release, kita tidak kehilangan momen.
-
Tas kamera
Tas kamera tidak boleh sembarangan. Hal ini karena peralatan fotografi adalah alat presisi yang sangat rentan terhadap guncangan. Peter menyarankan agar kita memakai sebuah tas kamera yang bagus dan benar-benar diperuntukkan bagi peralatan fotografi. “Jangan membawa kamera dalam travel bag karena tidak terjamin keamanannya,” tulis Peter.
Demikianlah perkenalan mengenai landscape fotografi dan hal-hal penting yang menyertainya. Sudah tak sabat melakukan pemotretan bukan?
*Referensi: Peter Chandra. 2013. Kiat Praktis Memotret Landscape. Jakarta. Elex Media.