Mengenal Burung Cekakak Merah yang Pemalu

oleh -1,241 kali dilihat
Mengenai Burung Cekakak Sungai, Si Merah yang Pemalu
Burung Cekakak Sungai - Foto/Taufiq Ismail
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Setiap orang memiliki kesenangan tersendiri. Kesenangan melakukan sesuatu dengan suka rela dan senang hati. Kesenangan yang berujung menjadi hobi. Mengamati satwa di alam liar adalah hobi saya. Satwa apa saja, asalkan dia berada di tempat yang seharusnya dia berada. Seperti halnya perjalanan yang mempertemukan saya dengan seekor burung menawan.

Hari itu: Senin, 31 Januari 2022. Senin yang syahdu. Mendung sedari fajar menyambut.

Meski begitu tak menyurutkan langkah kita bertebaran di muka bumi. Mencari rezeki masing-masing.

Bertemu dengan si molek: cekakak merah, adalah rezeki bagi saya. Bertemu kala menyambangi kediamannya di tepi belatara karst. Belantara karst yang berada di salah satu sudut Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Bertengger manis di dahan jati. Saat menyadari kedatangan saya dia berpindah tempat. Saya pun akhirnya mengetahui keberadaannya.

Kami pun memulai permainan petak umpetnya. Saya belum siap bermain. Saya kemudian bersembunyi, menyiapkan amunisi. Si doi terus waspada. Sedikit terganggu dengan kehadiran seseorang di rumahnya. Seperti dia sudah memulai permainannya.

Senjata saya – kamera – sudah siap. Saya kemudian mengendap-endap perlahan. Mendekatinya. Mencari sudut pandang yang tepat. Saya melepas alas kaki. Tujuannya agar tak terdengar si Ruddy Kingfisher, nama bekennya.

KLIK INI:  Lebih Dua Dekade Tak Terlihat, Empat Ekor Jalak Putih Kembali ke TWA Angke

Sesekali saya mengintipnya. Nampak ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Memasang baik-baik indra pendengarannya.

Saya kemudian memutuskan mengintipnya di balik pilar jembatan gantung yang berada di salah satu sisi sungai. Cukup sulit mencari sudut tepat. Saya sudah berjarak lima meteran.

Pandangan saya cukup leluasa. Hanya saja ada ranting yang menghalangi. Saya akhirnya berpindah tempat. Bergeser ke kiri. Saat itu pula si doi mengetahui pergerakan saya. Akhirnya di terbang menjauh. Terbang sepelemparan batu. Terbang ke tebing karst. Ia bertengger di dahan pohon yang tumbuh di atas batu.

Meski jauh, tak lebih lapang. Tak ada yang menghalangi pandangan. Saya pun dengan sigap mengabadikan gambarnya. Sayang cahaya tepat berada di belakangnya. Membuat back light tak terhindarkan.

Dalam dunia fotografi cahaya sangat berpengaruh. Justru cahayalah cukup signifikan berperan menghasilkan gambar yang baik. Tentunya juga objek tak kalah pentingnya.

Cukup lama ia bertengger di sana. Tak lama kemudian dia berpindah tempat. Lebih jauh lagi. Membuat saya tak bisa mengejarnya.

Saya cukup senang bisa menikmati elok tubuhnya. Warnanya yang merah membuat saya terpukau. Warna yang tak lazim, terutama di dunia burung cekakak.

KLIK INI:  Membaca Sederet Puisi Berdiksi Burung dari Si Burung Merak

Paruhnya cukup besar. Warnanya pun senada dengan bulu badannya, merah karat. Dadanya sedikit lebih cerah. Berwarna oranye. Meski tak berhasil mengabadikan dari belakang, tunggirnya memiliki berwarna biru muda. Paduan yang tak biasa.

Konon, kelompok burung iini kerap disebut raja udang atau Kingfisher, karena banyak di antara anggotanya memiliki warna seperti udang.

Kondisi habitat

Sepertinya pemilik nama latin Halcyon coromanda ini senang di sekitar sungai. Beberapa pengamat juga kerap menjumpainya di hutan mangrove. Boleh jadi karena kegemarannya menyantap ikan-ikan kecil. Makanan pokoknya. Tentunya juga karena kesejukannya.

Lingkungan tempat pertemuan dengan si doi cukup rimbun. Pepohonan cukup rapat. Tak jauh dari sungai, hanya berjarak sekitar lima meter.

Ini adalah kali kedua bertemu dengannya. Pertemuan perdana justru di badan sungai. Bertengger di pohon yang berada tebing karst tepat di sisi sungai.

Saat berjumpa ia tak langsung terbang jauh. Hanya menghindar. Jika merasa terusik, baru akan terbang lebih jauh.

KLIK INI:  Namanya Cerek-pasir besar, Burung Mungil yang Larinya Kencang

Petugas taman nasional yang saya jumpai juga mengetahui keberadaan cekakak merah ini. Boleh jadi karena sering beraktivitas di sekitar hutan. Saat saya tunjukkan fotonya, ia berceloteh: “Saya perhatikan beberapa hari ini hilir mudik di sana, mungkin dia mau bersarang di pohon jati,” ujar Pado, Petugas Resor Pattunuang.

Cekakak merah hanya bisa dijumpai di beberapa wilayah di Wallacea. Pulau Sulawesi dan Kepulauan Sula adalah lokasi sebarannya.

Burung berparuh besar ini termasuk burung yang sulit dijumpai. Karenanya membuat penggemar burung kingfisher selalu dibuatnya penasaran.

Wah.. saya beruntung berarti bisa berjumpa dengannya. Alangkah senang hati ini. Ada kepuasan tersendiri bisa berjumpa dan mengabadikannya. Semoga saat kembali bertandang bisa bersua kembali.

Kegemaran memotret burung memang telah menjadi hobi bagi sebagian orang. Tak perlu menangkap atau menembaknya. Cukup mengamati tingkahnya, sudah cukup. Mengamati dengan teropong juga tak jadi soal. Beberapa dari pehobi harus mengabadikannya. Tak heran jika mereka hendak blusukan ke hutan, membawa termos alias lensa super besar. Tujuannya Cuma satu: mengabadikan gambar burung.

Bagi penggemar sejati, ke mana pun objek buruan kan disambangi. Kalau perlu cuti kerja pun di lakoni demi bertemu dengan idaman. Namanya juga hobi.

Maka beruntunglah orang-orang yang hobi mengamati satwa berada di kawasan Wallacea. Kawasan yang menyuguhkan beragam satwa liar endemik. Endemik berarti hanya hidup di wilayah tertentu di muka bumi.

Semoga manusia selalu bersahabat dengan alam. Juga bersahabat dengan penghuninya. Karena sesungguhnya segala ciptaan-Nya memiliki peran tersendiri. Hanya bagi mereka yang mau belajar lebih dalam yang akan memahaminya.

KLIK INI:  Kareo Padi, Burung Air yang Mulai Langka