- Perjumpaan Sukacita dengan Kupu-Kupu Papilio Ascalapus - 19/03/2025
- Menangisi Kekeringan - 08/02/2025
- Surian, Pendatang Baru yang Jadi Primadona - 30/01/2025
Klikhijau.com – Cagar biosfer Indonesia kini bertambah. Dari 16 menjadi 19. Itu setelah UNESCO menetepakna 3 cagar biosfer Indonesia tahun 2020 ini.
UNESCO adalah kepanjangan dari United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization. Organissasi ini merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945.
Ada satu program UNESCO yang bernama Man and Biosphere. Program ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1971.
Cagar biosfer merupakan bagian dari Man and Biosphere, yang secara internasional mengakui kawasan konservasi yang dapat mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam (UNESCO, 2003).
Dalam UU No 5 tahun 1990 cagar biosfer sebagai suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan
Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, dan kebudayaan.
Cagar biosfer didorong untuk mendukung proses implementasi konvensi keanekaragaman hayati.
Terbagi 3 wilayah
Retno Larasati dalam Soedjito (2012) membagi wilayah cagar biosfer terdiri dari, zona inti sebagai kawasan lindung dengan luas yang memadai, mempunyai perlindungan hukum jangka panjang, untuk melestarikan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya.
Selanjutnya ada zona penyangga yang berfungsi untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan manusia. Di mana hanya kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan konservasi yang dapat dilakukan.
Dan yang terakhir adalah zona transisi yang berfungsi untuk mempromosikan model-model pembangunan yang berkelanjutan.
Kini Indonesia memiliki 19 cagar biosfer dengan luas 29.901.729,259 hektare yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves (WNBR).
Dari total luas kawasan cagar biosfer tersebut. Luas kawasan konservasi yang menjadi core area (area inti) cagar biosfer adalah 5.261.133,42 ha atau sebesar lebih dari 20% dari total luas kawasan cagar biosfer yang ada.
Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri ke 19 cagar biosfer Indonesia berikut ini:
-
Cagar Biosfer Cibodas
Cagar biosfer ini memiliki beberapa potensi jasa lingkungan. Di antaranya adalah kemampuannya dalam menyerap karbon.
Penyerapan karbon menjadi penting berhubungan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Cagar biosfar ini terletak di Provinsi Jawa Barat,
-
Cagar Biosfer Tanjung Puting
Tanjung Putting terletak di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1996 tanggal 25 Oktober 1996, Tanjung Puting ditunjuk sebagai Taman Nasional dengan luas seluruhnya 415.040 ha.
Pada tahun 1977 UNESCO menetapkannya sebagai cagar biosfer.
-
Cagar Biosfer Lore Lindu
Penetapan statuss Biosfer (1977) Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) ditetapkan sebagai cagar biosfer pada tahun 1977.
TNLL terletak di provinsi Sulawesi Tengah. Berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Palu. Berada antara 119°90’ – 120°16’BT dan 1°8’ – 1°3’LS.
-
Cagar Biosfer Siberut
Provinsi Sumatera Barat merupakan lokasi dari cagar biosfer ini. Tepatnya di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Taman nasional ini memiliki luas 190.500 hektare. Hal itu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 407/Kpts-II/1993.
Pada tahun 1981 Pulau Siberut ditetapkan sebagai cagar biosfer melalui projek Man and Biosphere UNESCO.
-
Cagar Biosfer Leuser
Ada dua status berskala global yang disandang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yaitu sebagai cagar biosfer (1981) dan sebagai warisan dunia (2004).
TNGL terletak di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) dan Provinsi Sumatera Utara. Memiliki 1.094.692 hektare.
-
Taman Laut Wakatobi
Taman Laut Wakatobi baru ditetapkan pada tahun 2012 sebagai cagar biosfer. Memiliki luas 1.390.000 hektar.
Kawasan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong serta 5 atol, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara.
-
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu
Cagar biosfer yang terletak di Provinsi Riau ini merupakan lahan gambut raksasa. Luasnya 705,271 hektare.
Cagar biosfer ini merupakan rumah daripada 2 suaka margasatwa, yakni Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil dan Suaka Margasatwa Bukit Batu.
-
Cagar Biosfer Komodo
Pada tahun 1991 Taman Nasional Komodo resmi menjadi situs warisan dunia. Namun, sejak tahun 1977 wilayah kepulauan komodo telah ditunjuk sebagai wilayah cagar biosfer.
TN Komodo terletak di Nusa Tenggara Timur. Kawasan intinya seluas 173.300 ha yang dihuni oleh salah satu makhluk purba, yakni komodo.
-
Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno
Tahun 1982 Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno ditetapkan sebagai taman nasional. Sedangkan sebagai cagar biosfer baru ditetapkan tahun 2015 lalu.
TN ini dihuni 137 spesies burung, 22 spesies mamalia dan 4 spesies reptil yang dilindungi.
-
Cagar Biosfer Blambangan
Ada hal yang unik dari cagas biosfer ini. Karena merupakan cagar biosfer yang terdiri dari tiga taman nasional, yakni Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Meru Betiri.
Ketiganya berada di daerah tapal kuda Jember, Lumajang, Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo Jawa Timur.
Cagar biosfer ini diresmikan pada tahun 2016. Memiliki luas mencapai 778.647 hektare.
-
Berbak Sembilang
Ada dua taman nasional yang digabung pada cagar biosfer ini, yakni Taman Nasional Berbak dan Taman Nasional Sembilang.
Berada di pesisir timur pulau Sumatera. Sebagian besar dari cagar biosfer ini merupakan tanah gambut dan hutan rawa-rawa dan muara sungai Musi.
-
Takabonerate
Takabonerate terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Ini merupakan taman laut dengan atol terbesar ketiga di dunia.
Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km.
-
Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu
Topografi dari cagar biosfer yang berada di Kalimantan Barat ini terdiri dari perbukitan hutan tropis yang banyak dihuni oleh flora dan fauna.
Wilayah ini terdiri dari dua taman nasional, yakni Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum.
-
Rinjani
Cagar biosfer ini terletak di Nusa Tenggara Barat. Terdiri dari berbagai macam vegetasi hutan, seperti hutan savana, gunung, dan hutan hujan dataran rendah.
Sebagian besar wilayah ini masih berupa hutan sehingga memiliki banyak keanekaragaman hayati.
-
Togean Tojo Una-Una
Kabupaten Tojo Una Una, Provinsi Sulawesi Tengah adalah letak cagar biosfer ini. Memiliki luas 2.187.632 hektar .
Cagar biosfer ini merupakan keterwakilan ekosistem dan melindungi ekosistem pantai, padang lamun, dan terumbu karang terpenting di wilayah World Coral Triangle, terutama di Teluk Tomini.
-
Saleh Moyo Tambora
Pada hari Rabu, 19 Juni 2019 Saleh Moyo Tambora ditetapkan sebagai cagar biosfer bersama Togean Tojo Una-Una.
SAMOTA adalah singkatan dari cagar biosfer ini. Terletak di antara Cagar Biosfer Rinjani-Lombok dan Pulau Komodo.
Memiliki luas 724.631,52 hektar, terdiri dari lima ekosistem utama: pulau-pulau kecil, kawasan pantai bakau, pesisir, dataran rendah dan hutan gunung, serta sabana.
-
Cagar Biosfer Bunaken Tangkoko Minahasa
UNESCO menetapkan Bunaken Tangkoko Minahasa sebagai cagar biosfer pada tahun ini (2020). Bunaken Tangkoko Minahasa terletak di Sulawesi Utara. Memiliki luas 746.412,54 ha.
-
Cagar Biosfer Karimunjawa Jepara Muria
UNESCO mentapkan Karimunjawa Jepara Muria juga tahun 2020 ini. Dengan luas mencapai 1.236.083,97 ha. Terletak di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Tahun 2020 ini Karimunjawa Jepara Muria ditetapkan sebagai cagar biosfer Indonesia oleh UNESCO.
-
Cagar Biosfer Merapi Merbabu Menoreh
Cagar biosfer ini memiliki luas 254.876,75 ha. Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Perbukitan Menoreh dipilih karena syarat cagar biosfernya dianggap terpenuhi.
Syarat itu antara lain memiliki keunikan bio diversity, bio geografi, kultur, serta ekosistem. Flora dan fauna yang unik untuk menjadi cagar biosfer juga harus memiliki potensi pengembangan berkelanjutan serta sumber daya logistik dan riset memadai.
Pada tahun 2020 ini UNESCO menetapkannya sebagai cagar biosfer