Mencegah Kepunahan Mangrove di Pesisir Kota Makassar

oleh -150 kali dilihat
Mencegah Kepunahan Mangrove di Pesisir Kota Makassar
Palawa, Kinan dan Evan berkunjung ke Lantebung berdiskusi dengan Pak Saraba - Foto/Ist

Klikhijau.com – Diawali dari diskusi tentang seringnya bencana banjir di kota Makassar, Palawa Aulia Muhammad, Kinan Putri Citrahayi dan Evan Putra Balindra, (ketiganya siswa Metro School Makassar), melakukan pengamatan dan penelitian mengenai penyebab banjir tersebut.

Salah satu penyebab utama yang mereka temukan adalah kurangnya atau terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Makassar.

Meski Peraturan Daerah No.3 tahun 2014 Tentang Penataan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau mengharuskan RTH sebesar 30% dari total area, target sampai tahun 2021 masih terbilang rendah yaitu 8%.

Di samping karena terbatasnya RTH baik di pusat kota maupun daerah pinggiran, Palawa dkk juga menemukan fakta yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan.

Hutan mangrove di pesisir Makassar mengalami pengrusakan yang sangat parah akibat penebangan secara eksesif selama puluhan tahun untuk keperluan industri, rumah tangga, infrastruktur publik dan pemukiman.

Fakta lainnya yang sangat mengkhawatirkan adalah ancaman bencana ekologis akibat perubahan iklim. Permukaan air laut terus mengalami peningkatan. Diperkirakan kenaikannya akan mencapai 86,16 cm pada tahun 2025.

KLIK INI:  Isu Perubahan Iklim (Jangan) Dipolitisasi?

Di samping itu,  kecepatan angin juga mengalami peningkatan yang dapat mencapai 50 hingga 60 km/jam. Dampak lain yang sangat nyata dari perubahan iklim adalah hujan yang intens, kekeringan berkepanjangan, suhu udara yang semakin panas dan seringnya banjir bandang.

Salah satu benteng terbaik manusia menghadapi banjir, abrasi laut, kenaikan suhu dan bahkan tsunami adalah hutan mangrove yang tersisa. Sayangnya, mangrove di Makassar mengalami pengrusakan yang sangat sistematis.

Meski kemampuan mangrove menyimpan karbon dioksida jauh lebih besar (5 kali lipat) dari hutan tropis, manusia tidak juga menyadari pentingnya hutan mangrove tersebut.

Kondisi mangrove di Makassar sangat menyedihkan. Dari 400 ha di tahun 2020, hanya tersisa 56,6 ha di tahun 2021. Kerusakan mangrove mencapai angka 86% hanya dalam waktu setahun.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang kondisi mangrove di pesisir Makassar, Palawa, Kinan dan Evan berkunjung ke Lantebung, tempat hutan mangrove terakhir yang tersisa. Mereka menemui Pak Saraba, seorang nelayan yang mengabdikan hidupnya untuk melakukan konservasi hutan mangrove selama puluhan tahun di pesisir Lantebung.

KLIK INI:  Meriah, Pengurus Filatelis Indonesia Sulsel Tanam Mangrove di Lantebung

Mereka mewawancarai Pak Saraba dan meminta izin untuk membuat video mengenai kondisi mangrove hari ini di kota Makassar serta apa saja yang telah dilakukan oleh Pak Saraba dalam melestarikan dan melakukan penenaman kembali hutan mangrove di Lantebung. Dari

ceritera Pak Saraba, Palawa dkk menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Pak Saraba adalah sesuatu yang sangat mulia. Keberhasilan dari usahanya melakukan penanaman mangrove selama puluhan tahun yang berdampak langsung terhadap keamanan masyarakat dari banjir rob, abrasi, hantaman angin laut serta peningkatan hasil tangkapan nelayan, menunjukkan bahwa Pak Saraba adalah seorang pahlawan.

Bagi Palawa dkk, apa yang dilakukan oleh Pak Saraba merupakan bukti nyata kecintaannya terhadap alam dan kepeduliannya terhadap manusia. Maka sangatlah wajar apabila di tahun 2020, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup memberikan penghargaan Kalpataru ke Pak Saraba.

Kontribusi yang Pak Saraba curahkan selama puluhan tahun akhirnya berhasil memberi inspirasi bagi generasi muda agar mengambil bagian aktif dalam upaya mitigasi terhadap perubahan iklim.

Lantebung hari ini berhasil mengalami transformasi dari pesisir yang rentan bencana menjadi wilayah pesisir yang tangguh (resilient) terhadap perubahan iklim. Lantebung yang luas hutan mangrove nya sekitar 50 ha berhasil menjadi magnet ekowisata yang sangat ramai dikunjungi di setiap hari libur atau akhir pekan.

Berkat tangan dingin Pak Saraba, Lantebung menjelma menjadi pusat wisata mangrove di Makassar, sekaligus sebagai tempat yang dapat memberi inspirasi bagi generasi muda untuk menjadi pahlawan lingkungan.

KLIK INI:  Ilmuan Indonesia Duduki Posisi Penting di IPCC: Harapkan Aksi Iklim Lebih Cepat