Membuat Obat Lebih Berkelanjutan dari Kartu Sim, Bisakah?

oleh -175 kali dilihat
Kartu sim
Kartu sim handphone-foto/teknologi.bisnis

Klikhijau.com –  Kartu sim (sim card) yang tidak terpakai umumnya akan dibuang. Karena jika disimpan dianggap tak ada lagi nilainya.

Di Indonesia kartu sim perdana banyak diperjual belikan di pinggir jalan dengan harga terjangkau. Karena mudah didapat dan terjangkau, maka banyak yang menggonta-ganti kartu sim pada ponselnya.

Hal itu pula yang menyebabkan banyak kartu sim yang terbuang ke lingkungan. Dari pada disimpan menjadi sampah di rumah.

Dilansir dari newswise saat ini para peneliti telah menggunakan emas (kuningan) dari kartu sim yang diekstraksi sebagai katalis untuk reaksi yang dapat diterapkan pada pembuatan obat-obatan.

KLIK INI:  Bagaimana Bisa Penelitian Kesehatan Berkontribusi Terhadap Krisis Iklim?

Penggunaan kembali kembali emas dari limbah elektronik, khususnya kartu sim akan  mencegahnya terbuang ke lingkungan dan  TPA.

Penggunaan kembali juga berdampak baik pada bahan baku, sebab emas reklamasi ini untuk pembuatan obat mengurangi kebutuhan untuk menambang bahan baru.

Selama ini katalis sering dibuat dari logam langka, yang diekstraksi menggunakan proses penambangan yang mahal, intensif energi, dan merusak.

Metode untuk mengekstraksi emas atau kuningan dikembangkan oleh para peneliti di University of Cagliari di Italia dan proses penggunaannya  dikembangkan oleh para peneliti di Imperial College London. Studi ini dipublikasikan di  ACS Sustainable Chemistry & Engineering .

Peneliti utama  Profesor James Wilton-Ely , dari Departemen Kimia di Imperial, mengatakan, sangat mengejutkan bahwa sebagian besar limbah elektronik kita dibuang ke TPA. Hal ini kebalikan dari apa yang seharusnya dilakukan untuk mengumpulkan sumber daya unsur kita yang berharga.

KLIK INI:  Menghadapi Panas Ekstrem, Burung Kota lebih Tangguh dari Burung Hutan

“Pendekatan kami bertujuan untuk mengurangi limbah yang sudah ada di komunitas kami dan menjadikannya sumber daya yang berharga untuk katalis baru, sehingga juga mengurangi ketergantungan kami pada praktik pertambangan yang merusak lingkungan,” katanya.

Dia menambahkan, saat ini pihaknya membayar untuk membuang limbah elektronik, tetapi proses seperti yang kami lakukan dapat membantu membingkai ulang ‘limbah’ ini sebagai sumber daya. Bahkan kartu SIM, yang secara rutin kami buang, memiliki nilai dan dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada penambangan dan pendekatan ini berpotensi meningkatkan keberlanjutan proses seperti pembuatan obat.

Berbiaya rendah

Sementara itu, Profesor Angela Serpe dan Paola Deplano, dari University of Cagliari, mengembangkan cara berbiaya rendah untuk mengekstraksi emas atau kuningan dan logam berharga lainnya dari limbah elektronik seperti papan sirkuit tercetak (PCB), kartu SIM, dan kartrid printer dalam kondisi ringan.

Proses yang dipatenkan ini melibatkan langkah-langkah selektif untuk pencucian berkelanjutan dan pemulihan logam dasar seperti nikel, kemudian tembaga, perak, dan akhirnya emas, menggunakan reagen hijau dan aman.

KLIK INI:  Penggunaan Plastik di Bidang Pertanian Berpotensi Buruk bagi Kesehatan Lingkungan dan Manusia

Limbah peralatan listrik dan elektronik biasanya dikirim ke TPA, karena memisahkan dan mengekstraksi komponen membutuhkan banyak energi dan bahan kimia keras, merusak kelangsungan ekonominya. Namun, WEEE mengandung banyak logam yang dapat digunakan dalam rangkaian produk baru.

Oleh karena itu, menemukan cara untuk memulihkan dan menggunakan logam ini dengan biaya rendah, energi rendah, dan tidak beracun sangat penting untuk membuat penggunaan barang elektronik kita lebih berkelanjutan.

Namun, emas atau kuningan yang dihasilkan dari proses ini adalah bagian dari senyawa molekuler sehingga tidak dapat digunakan kembali untuk elektronik tanpa menginvestasikan lebih banyak energi untuk mendapatkan logam emas.

Mencari penggunaan senyawa emas yang dipulihkan ini, tim Profesor Wilton-Ely dan rekannya, Profesor Chris Braddock, menyelidiki apakah itu dapat diterapkan sebagai katalis dalam pembuatan senyawa yang bermanfaat, termasuk perantara farmasi.

Katalis digunakan untuk meningkatkan laju reaksi kimia namun tetap tidak berubah dan digunakan dalam sebagian besar proses untuk menghasilkan bahan. Tim menguji senyawa emas dalam sejumlah reaksi yang biasa digunakan dalam pembuatan farmasi, misalnya untuk membuat obat antiradang dan pereda nyeri.

Mereka menemukan bahwa senyawa emas bekerja dengan baik, atau lebih baik, daripada katalis yang digunakan saat ini, dan juga dapat digunakan kembali, semakin meningkatkan keberlanjutannya.

KLIK INI:  Indonesia-Jepang Jajaki Kerjasama Penanganan Sampah Elektronik

Para peneliti berpendapat bahwa membuatnya layak secara ekonomi untuk memulihkan emas dari limbah elektronik dapat menciptakan penggunaan tambahan untuk komponen lain yang dipulihkan dalam proses tersebut. Misalnya, dalam prosesnya, tembaga dan nikel juga dipisahkan, seperti halnya plastik itu sendiri, dengan semua komponen ini berpotensi digunakan dalam produk baru.

Sean McCarthy, mahasiswa PhD yang memimpin penelitian di laboratorium di Imperial, mengatakan bahwa berdasarkan beratnya, sebuah komputer mengandung jauh lebih banyak logam mulia daripada bijih yang ditambang, menyediakan sumber terkonsentrasi dari logam ini di ‘tambang perkotaan’.

Sedangkan Profesor Serpe mengungkapkan penelitian seperti itu bertujuan untuk berkontribusi pada pemulihan logam yang hemat biaya dan berkelanjutan dengan membangun jembatan antara pasokan logam mulia dari skrap dan permintaan industri, melewati penggunaan bahan mentah murni.

KLIK INI:  Varian Ukuran Polybag dan Pemanfaatan Jenis Tanaman yang Tepat

Dari Newswise