Memanen Momen Menakjubkan di Kota Rempah

oleh -34 kali dilihat
Penulis berfoto dengan latar Danau Tolire
Subhan Riyadi

Klikhijau.com – Cuaca kurang bersahabat mengantarkan pesawat terbang yang kami tumpangi menuju Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate pada malam hari, Rabu, 16 April 2025. Esokannya, dipagi buta kami melanjutkan perjalanan laut menuju pelabuhan Sofifi.

Moda transportasi laut menjadi pilihan utama masyarakat Kota Ternate saat bepergian ke kabupaten/kota lainnya, mengingat secara geografis Maluku Utara adalah daerah kepulauan. Salah satu transportasi yang paling banyak digunakan adalah speedboat dari Ternate ke ibu kota Sofifi melalui Pelabuhan Armada Semut Mangga Dua Ternate.

Aktivitas pelabuhan yang dikelola oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Ternate ini terlihat ramai setiap harinya, terutama di hari kerja, karena sebagian pegawai Pemerintah Provinsi Maluku Utara berdomisili di Ternate.

Selain itu, alasan berlayar menggunakan speed boat Ternate-Sofifi karena efisiensi waktu yang hanya sekitar 30 menit sampai 1 jam tergantung cuaca setempat.

KLIK INI:  Pulau Bacan, Rumah bagi Keong Darat

Setelah tiba di Pelabuhan Semut Mangga Ternate, kami membeli tiket speedboat dengan tarif hanya Rp63 ribu. Tak lama ngantri kami kemudian menyeberang menuju Pelabuhan Sofifi. Pagi-pagi ombak laut tak terlalu tinggi sehingga speedboat yang kami tumpangi melaju cukup kencang menerjang riak-riak kecil ombak laut mengantarkan kami bersandar ke pelabuhan Sofifi dengan selamat.

Lelah belum usai, kami melanjutkan perjalanan darat selama satu sampai dua jam, tergantung kondisi lalu lintas menuju perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Lelilef Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Panorama dari dalam kabin mobil sangat memukau, hamparan hutan dan pegunungan yang membentang sejauh mata memandang.

Sesampai di lokasi tambang nikel, kami segera menuntaskan tugas negara Republik Indonesia. Setelah menuntaskan tugas negara, kami kembali melanjutkan perjalanan darat menuju Pelabuhan Sofifi, dilanjutkan perjalanan laut selama 30 menit sampai satu jam menuju pelabuhan Semut Mangga dua di Ternate, tergantung cuaca setempat pada Sabtu 19 April 2025 pagi hari.

KLIK INI:  Upaya Selamatkan Terumbu Karang Maluku Utara
***

Sepanjang perjalanan dari pelabuhan Pelabuhan Semut Mangga Ternate, menuju pelabuhan Sofifi dan sebaliknya, saya disuguhi dengan keindahan laut  Maluku Utara yang sangat indah. Khawatir gawai terjatuh di laut, hanya sesekali saya mengabadikan momen deburan ombak dengan deru speedboat dengan goncang ringan ombaknya yang menurut saya sangat berkesan, memukau apatah lagi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate kota rempah ini.

Selama di lokasi tambang nikel kami melakukan pengawasan lapangan mulai pagi hari sampai sore hari, di dampingi rekan dari Kabupaten/kota Weda dan dari Tidore. Medan yang becek, licin dan berlumpur tanah merah tak menyurutkan kami melakukan tugas negara ke lokasi tambang yang dimaksud.

Tiga hari dirasa cukup, kami bertolak kembali ke Ternate. Seperti biasa, perjalanan darat yang berkelok-kelok ditempuh dalam waktu 1 sampai 2 jam, tergantung kondisi lalu lintasnya.

Sesampainya di Pelabuhan Sofifi, segera kami membeli tiket speedboat menuju pelabuhan

KLIK INI:  Perihal Korupsi Gubernur Malut, TII Desak KPK Dalami Keterlibatan Korporasi Tambang
Semut Mangga Ternate

Suasana Ternate masih pagi, lantas duduk sejenak melepas penat, sejurus kemudian tibalah mobil jemputan, ternyata kawan seperjuangan salah satu dari senior kami yang sukses di Ternate.

Tak butuh waktu lama, kami diajaknya berkeliling Ternate, salah satunya ke Danau Tolire. Danau ini berupa kubangan batu-batu karst berada dibawah kaki Gunung Gamalama.

Apabila kalian ke Ternate, sempatkan mampir ke istana Kesultanan Ternate dan ke Danau Tolire, sebab lokasi ini adalah salah satu destinasi wisata alam yang populer di Ternate, Maluku Utarara.

Untuk menuju danau yang dikenal karena keindahan alamnya, keunikan air beningnya berwarna hijau, menambah daya pikat tersendiri mata para pengunjungnya. Untuk menuju danau ini caranya sangatlah mudah, asal kalian punya duit sangat pasti menjangkaunya. Dikatakan demikian, lantaran biaya hidup di Ternate jauh lebih mahal dari pada kota-kota besar di indonesia, seperti Surabaya,  Malang, Palembang, Bandung maupun Jakarta.

Sebab Maluku Utara terdiri pulau-pulau yang terpisah laut, olehnya itu moda transportasi laut dan udara menjadi pilihan utama menuju kota Sultan ini.

KLIK INI:  Merancang Transisi Teratur Dunia Nol Bersih 2050
Danau Tolire

Penasaran dengan Danau Tolire, caranya gampang kok, dari Bandara Sultan Babullah Ternate ke Danau Tolire jarak tempuh sekitar 17 kilometer.

Waktu tempuh sekitar 30-40 menit menggunakan taksi oline atau rental mobil/motor tergantung cuaca dan lalu lintas. Kalian juga bisa menggunakan bantuan google map.

Danau Tolire diyakini terbentuk akibat aktivitas vulkanik. Pulau Ternate sendiri merupakan bagian dari rangkaian Kepulauan Maluku yang memiliki banyak gunung berapi aktif. Proses terbentuknya danau ini kemungkinan besar terkait dengan letusan vulkanik yang membentuk cekungan atau kaldera, yang kemudian terisi air menjadi danau. Aktivitas geologi ini menciptakan lanskap unik di sekitar Danau Tolire.

Selain proses alam tersebut, konon danau ini juga memiliki cerita rakyat dan legenda yang menambah daya tarik tersendiri.

KLIK INI:  Laut Biru, Laut tanpa Plastik

Sementara Gamalama merupakan gunung merapi tertinggi di Maluku Utara Ternate. Kalian menyesal, apabila kalian ke Ternate tidak menyambangi danau berwarna hijau seperti batu bacan itu.

Dari papan informasi, bahwa danau tersebut berlokasi di Desa Takome, Kecamatan Pulau Ternate, dibutuhka waktu sekitar 60 menit dengan perjalanan darat dari pusat kota. Menariknya sepanjang perjalanan ke tempat ini kalian akan disuguhi keindahan alam yang berbeda dari yang lain.

Berdasarkan sejarah geologi terbentuknya danau ini akibat letusan freatik yang pernah terjadi di daerah ini. Danau Vulkanik (Maar). Pada suksesi Gunung Gamala Tahun 1775. Letak Maarnya pada sayap punggungan Gunung Gamalama (Bronto 1982). Dari kedua Danau ini memilki keunikan tersendiri. Danau Tilore ini menyerupai loyang raksasa, mulai dari pinggir atas hingga ke permukaan air danau dengan kedalaman 50 Meter dan luas 5 hektare, kedalaman maksimum danau 431 meter, diameter 600 meter, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau 4 meter (Wibowo dkk, 2014).

KLIK INI:  Menikmati Keindahan Alam Melalui Kata-kata yang Penuh Inspirasi
Terpampang nyata di depan mata

Danau Tolire terbagi menjadi dua bagian, masyarakat setempat menyebutnya Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Jarak antara keduanya hanya sekitar 200 meter.

Pecahnya danau tersebut karena kekhilafan seorang ayah kepada anak gadisnya. Sang ayah memerkosa anak gadisnya. Setelah tragedi memilukan tersebut terjadi longsor dan danaunya meluap.

Akibatnya, Desa Takome tenggelam, anehnya setelah surut danau seolah terbagi menjadi dua bagian, Danau Tolire besar diperkirakan sebagai wujud sebagai sang ayah. Sementara itu Danau Tolire kecil diperkirakan sebagai wujud anak gadis.

Hingga saat ini, banyak masyarakat meyakini mitos bahwa danau yang airnya berwarna hijau itu, dihuni oleh banyak buaya siluman berkepala putih.

KLIK INI:  Melihat Rombongan Sampah Melintasi Kanal Kota Makassar di Musim Hujan

Keunikan lain dari danau ini adalah kalau melempar batu atau kerikil ke danau, bagaimanapun kuatnya lemparan dengan menggunakan batu atau kerikil tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal saat melempar dari pinggir atas danau, air danau terlihat berada di bawah kaki si pelempar. Kami penasaran dengan cerita tersebut yang pertama kali berkunjung ke danau ini. Sayangnya kami tak menemukan kerikil atau batu sebijipun. Boleh jadi keberadaan kerikil dan batu tersebut sengaja dibersihkan dan diperjual belikan oleh pedagang sekitar danau.

Air Guraka/Jahe

Setelah menikmati panorama Danau Tolire dengan segala mitosnya. Waktu menunjukkan waktu istirahat sholat dan makan siang, mampir ke mesjid terdekat buat melaksanakan sholat dhuhur, kemudian dilanjutkan perjalanan makan siang, disebuah rumah makan di tepian laut Ternate. Sungguh jamuan siang istimewa Sabtu 19 April 2025, spesialnya ada sajian papeda, begitu cekatan tanganku meramu rebusan daun pepaya, bunga pepaya dicampur masakan jantung pisang dan lalapan lainnya.

Perjalanan melelahkan tersebut seketika lenyap begitu saja, begitu menyantap papeda. Inilah nikmat sesungguhnya, lantas nikmat Tuhan mana lagi yang kalian dustakan.

KLIK INI:  7 Faktor yang Harus Diperhatikan Saat Menanam Tanaman Indoor

Akhirnya, senja pun menjelang, membuat suasana kota Ternate mulai sejuk, undangan silaturahim dan santap malam datang dari orang-orang baik, kami berkumpul menghabiskan malam kota Ternate dari pinggir pantai. Sembari memesan minuman khas Ternate, yakni air guraka semacam wedang jahe.

Selang kemudian hujan deras membasahi Ternate yang sedari pagi sinar mentari menyengat terasa. Udara dingin malam hari, pas lah rasanya meneguk air guraka/jahe bertabur kacang kenari cukup menghangatkan tubuh, pisang goreng goroho dan sambal dabu-dabu menjadi teman sepadan pelepas penat jelang bertolak ke Makassar.

Air guraka atau wedang jahe berasal dari Maluku Utara, khususnya daerah Ternate. Minuman ini merupakan tradisi lokal yang sudah turun-temurun dikonsumsi oleh masyarakat.

Air guraka memiliki bahan dasar jahe (guraka dalam bahasa Ternate) yang direbus dan dicampur dengan gula merah, daun pandan, dan kayu manis. Beberapa variasi mungkin menambahkan susu kental atau kacang kenari.

KLIK INI:  Pesona Bidadari yang Menari di Hutan Maluku

Minuman ini dikenal sebagai penghangat tubuh dan penambah stamina, sering dikonsumsi saat cuaca dingin atau ketika merasa kurang enak badan. Selain itu, air guraka juga memiliki nilai historis karena dulunya merupakan minuman kesukaan sultan dan para pembesar di Ternate.

Setiap momen menjadi bagian dari kenangan berharga, kami belajar tentang ketaatan, ketahanan, persahabatan dan keindahan alam Halmahera Tengah dan Ternate yang menakjubkan, kami bertolak ke Makassar dengan kenangan dan pengalaman yang akan kami ingat selamanya.

KLIK INI:  Perspektif Alam dalam Novel Ayu Utami: Apakah Keindahan Perlu Dinamai?