Klikhijau.com – Di tengah meningkatnya ancaman perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan permasalahan sumber daya air, ecohydrologi muncul sebagai pendekatan ilmiah yang menawarkan solusi berbasis alam.
Dengan menggabungkan ilmu ekologi dan hidrologi, ecohydrologi fokus pada hubungan antara air dan organisme hidup, serta bagaimana interaksi ini dapat dikelola untuk keberlanjutan lingkungan.
Pendekatan ini semakin relevan bagi wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia, yang menghadapi tantangan signifikan dalam pengelolaan air dan ekosistem.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat telah mengubah lanskap ekosistem di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Urbanisasi memicu tantangan yang serius, terutama terkait dengan pengelolaan air dan pelestarian lingkungan. Salah satu pendekatan yang muncul sebagai solusi potensial adalah ecohydrologi
Sebagaimana dipahami bersama bahwa Ecohydrologi adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara air dan ekosistem biologis, dengan tujuan menjaga fungsi ekosistem dan meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan (Zalewski et al., 2019).
Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada aspek fisik seperti aliran dan kualitas air, tetapi juga mempertimbangkan peran air dalam mendukung keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia.
Inti dari ecohydrologi adalah penggunaan solusi berbasis alam untuk memperbaiki ekosistem yang rusak dan mencegah dampak lingkungan yang lebih parah di masa depan.
Salah satu konsep utama dalam ecohydrologi adalah “dual regulation”, yang menggabungkan pengelolaan siklus air dengan manipulasi biologis untuk mengurangi risiko banjir, meningkatkan kualitas air, serta mendukung keanekaragaman hayati (Zalewski et al., 2021).
Konsep ini memungkinkan terjadinya intervensi ekologis seperti penanaman vegetasi di sepanjang aliran sungai untuk meningkatkan infiltrasi air dan mengurangi limpasan air yang menyebabkan banjir.
Ecohydrologi di Perkotaan: Solusi untuk Banjir dan Polusi Air
Urbanisasi yang cepat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, Makassar telah mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, termasuk banjir dan polusi air.
Penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan, betonisasi, dan berkurangnya ruang terbuka hijau telah mengganggu siklus hidrologi alami di perkotaan, menyebabkan aliran air hujan yang cepat ke saluran drainase tanpa sempat terserap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya, kota-kota ini semakin rentan terhadap banjir dan penurunan kualitas air.
Ecohydrologi menawarkan solusi berbasis alam untuk masalah ini melalui pembangunan infrastruktur hijau, seperti taman kota, kolam retensi, dan bioswale. Bioswale, misalnya, adalah saluran bervegetasi yang dirancang untuk menangkap limpasan air hujan, menyaring polutan, dan memungkinkan air mengalir kembali ke tanah (Novotny et al., 2021).
Selain membantu mengurangi risiko banjir, infrastruktur hijau ini juga berkontribusi pada peningkatan kualitas air dan menyediakan habitat baru bagi flora dan fauna perkotaan.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Zhang et al. (2022) dalam jurnal Urban Hydrology, ruang hijau di perkotaan tidak hanya meningkatkan infiltrasi air, tetapi juga membantu mengurangi suhu permukaan tanah melalui proses evapotranspirasi. Ini penting untuk mengatasi efek pulau panas perkotaan (urban heat island), di mana suhu di kota-kota besar lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Ecohydrologi di Pedesaan: Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Alam
Di wilayah pedesaan, tantangan yang dihadapi lebih berkaitan dengan kekeringan, degradasi lahan, dan penurunan kualitas air akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.
Ecohydrologi pedesaan menekankan pada pengelolaan air dan tanah untuk mendukung ketahanan pangan, menjaga keanekaragaman hayati, dan melindungi sumber daya air.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penerapan sistem agroforestri, di mana tanaman pangan dipadukan dengan penanaman pohon. Agroforestri membantu meningkatkan infiltrasi air dan menjaga kesuburan tanah, yang pada gilirannya mengurangi risiko kekeringan dan erosi tanah (Sinaga et al., 2021).
Selain itu, pohon-pohon yang ditanam dalam sistem ini dapat menyerap air hujan dan melepaskannya kembali secara perlahan, membantu menjaga cadangan air di musim kemarau.
Pendekatan lain yang penting adalah pembangunan embung dan sumur resapan. Embung adalah waduk kecil yang berfungsi untuk menampung air hujan, yang dapat dimanfaatkan selama musim kemarau untuk irigasi.
Sementara itu, sumur resapan digunakan untuk mengisi ulang air tanah dan mencegah penurunan permukaan air tanah (Ismail et al., 2019). Keduanya adalah contoh solusi ecohydrologi yang sederhana tetapi efektif untuk mengatasi masalah air di pedesaan.
Di Indonesia, ada beberapa contoh penerapan ecohydrologi yang berhasil, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kota Bandung, misalnya, telah menerapkan prinsip-prinsip ecohydrologi melalui program Urban Green Space, di mana lahan-lahan kosong diubah menjadi taman kota yang dilengkapi dengan sistem pengelolaan air ramah lingkungan. Taman ini tidak hanya menjadi area resapan air, tetapi juga menyediakan tempat rekreasi bagi warga (Susilo et al., 2022).
Di sisi lain, Desa Kalibiru di Yogyakarta menjadi contoh penerapan ecohydrologi di pedesaan. Masyarakat desa membangun embung kecil untuk menampung air hujan, yang digunakan untuk irigasi selama musim kemarau.
Selain itu, mereka juga menerapkan sistem agroforestri yang tidak hanya meningkatkan produksi pertanian, tetapi juga membantu menjaga ketersediaan air dan keanekaragaman hayati (Prasetyo et al., 2020).
Meskipun ecohydrologi menawarkan solusi yang berkelanjutan, penerapannya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan air berbasis alam, serta minimnya dukungan kebijakan yang mendukung ecohydrologi, menjadi hambatan utama.
Namun, dengan semakin seringnya bencana alam terkait air, seperti banjir dan kekeringan, kesadaran akan pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan terus meningkat.
Penelitian oleh Zalewski et al. (2021) menunjukkan bahwa integrasi ecohydrologi dalam kebijakan tata ruang dan pengelolaan sumber daya air sangat penting untuk mengatasi tantangan ini. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan dan partisipasi publik dalam proyek-proyek ecohydrologi juga diperlukan untuk memastikan keberhasilan jangka panjang.
Ecohydrologi merupakan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Dengan memanfaatkan interaksi antara air dan organisme hidup, ecohydrologi menawarkan solusi berbasis alam untuk mengelola sumber daya air secara lebih bijaksana, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Penerapan ecohydrologi yang lebih luas di Indonesia, baik melalui pembangunan infrastruktur hijau di kota-kota besar, maupun melalui pengelolaan air berbasis masyarakat di pedesaan, dapat menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan di masa depan.