Klikhijau.com – Menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan(Sulsel) 2024, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan menilai bahwa visi misi kedua pasangan calon (paslon) gubernur tidak memperlihatkan keberpihakan nyata pada upaya perlindungan lingkungan.
Pasangan Danny Pomanto–Azhar Arsyad (nomor urut 01) dan Andi Sudirman Sulaiman–Fatmawati Rusdi (nomor urut 02) justru lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi, mengesampingkan isu lingkungan yang krusial dan mengabaikan hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat adat.
Krisis Ekologi dan Fokus Ekonomi
Penilaian ini mengerucut dalam diskusi panel bertajuk “Menakar Keberpihakan Pasangan Calon Gubernur Terhadap Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan” yang diadakan Walhi Sulsel di Kopitiam Hertasning, Makassar. Senin 11 November 2024.
Junardi Jufri, Demisioner Dewan Daerah Walhi Sulsel, mengkritik visi misi kedua paslon yang menurutnya bersifat kolonial, cenderung hanya menampilkan janji-janji manis tanpa solusi konkrit untuk permasalahan lingkungan.
Menurut Junardi, kedua paslon tidak menyinggung upaya mitigasi terhadap bencana ekologi yang semakin sering terjadi di Sulsel.
Pengetahuan calon terkait isu lingkungan dianggap masih minim, bahkan tidak ada rencana untuk menangani bencana ekologis yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi ekstraktif yang tak berkelanjutan.
Mengabaikan Isu Krisis Air dan Ekosistem
Nina Basira dari Yayasan Pemerhati Masalah Perempuan Sulsel juga menyoroti absennya pembahasan mengenai krisis air bersih dalam visi misi kedua paslon.
Isu ini dianggap sangat krusial mengingat banyaknya sungai dan danau yang mengalami pendangkalan tiap tahun.
“Krisis air ini berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, namun sayangnya tidak menjadi prioritas,” ujar Nina.
Direktur Walhi Sulsel, Muhammad Amin, mengungkapkan bahwa kedua pasangan calon masih sangat sedikit menyinggung isu ekologi dalam paparan mereka.
Pasangan 01 sempat menyampaikan kekhawatiran terhadap dampak pertambangan, meski jejak rekam kebijakannya dalam menata lingkungan di Makassar juga belum bisa diunggulkan.
“Sementara itu, pasangan 02 dinilai memiliki rekam jejak yang lebih berhati-hati dalam menangani isu pertambangan namun belum mengedepankan solusi nyata,” tambahnya.
Potensi Konflik dan Pengaruh Pemilik Modal
Amin juga mengkhawatirkan adanya calon yang didukung oleh pengusaha tambang, yang berpotensi mengarahkan kebijakan daerah ke arah ekstraktif dan mengorbankan kelestarian lingkungan.
“Jika calon pemimpin didukung oleh pemilik modal, keberlanjutan lingkungan bisa terancam. Kami di Walhi mendorong pemerintah agar tidak dikuasai kepentingan modal,” tegasnya.
Amin berharap pemimpin terpilih nantinya memiliki visi yang lebih berorientasi pada pelestarian lingkungan, serta mampu mengurangi konflik yang sering muncul akibat ekspansi pertambangan dan perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam lima tahun terakhir.
Menurutnya, sudah saatnya Sulsel memiliki pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan lingkungan dan masyarakat daripada kepentingan investasi.
Mencermati Masa Depan Lingkungan Sulsel
Walhi Sulsel berharap publik dapat dengan cermat menilai visi misi kedua pasangan calon, termasuk rekam jejak mereka dalam menangani isu lingkungan.
“Kami berharap pemimpin Sulsel di masa depan dapat memprioritaskan keberlanjutan ekologi dalam setiap kebijakan ekonominya,” kata Amin.
Selain itu, ia menekankan pentingnya kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, khususnya perempuan, melalui ekonomi berbasis lingkungan yang berkelanjutan.
Diskusi ini menyoroti pentingnya keberpihakan kedua calon terhadap perlindungan lingkungan, terutama menghadapi krisis iklim dan bencana ekologi yang semakin meresahkan.
Melalui bedah visi misi ini, publik diharapkan lebih jernih melihat komitmen kedua pasangan calon dalam menjamin keselamatan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Selatan.