Melacak Jejak Macan Tutul Jawa di Keheningan Belantara Bentang Alam Raung-Ijen

oleh -16 kali dilihat
Macan Tutul Jawa yang terpantau camera trap di TNGC-foto/Ist

Klikhijau.com –  Pada keheningan belantara Bentang Alam Raung-Ijen, Jawa Timur. Saat matahari pagi menembus celah kanopi hutan yang lebat. Tim survei dari Yayasan SINTAS Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur menapaki jalur-jalur terjal yang jarang menyentuh manusia melalui Java-wide Leopard Survey (JWLS).

JWLS adalah upaya kolaboratif pertama untuk survei dan konservasi macan tutul jawa skala pulau, antara pemerintah sebagai pemangku kepentingan kawasan dan otoritas kebijakan, Yayasan SINTAS Indonesia sebagai pemimpin proyek, swasta dalam hal ini PT iForte- PT Profesional Telekomunikasi Indonesia sebagai donor dan organisasi lokal sebagai pelaku utama di tingkat tapak.

Dalam misi penting ini, mereka mencari lebih dari sekadar jejak kaki di tanah basah—mereka mencari tanda-tanda kehidupan dari penghuni puncak rantai makanan, yakni Panthera pardus melas atau macan tutul jawa, kucing besar terakhir di Pulau Jawa.

KLIK INI:  Bagaimana Aktivitas Manusia Berdampak pada Saluran Air?

Antara Oktober hingga pertengahan November 2024, sebanyak 80 kamera pengintai dipasang di 40 stasiun yang tersebar di Blok Utara kawasan ini. Hasilnya menggugah—sebanyak 126 tanda keberadaan satwa liar terdeteksi, termasuk lima sampel feses yang diduga milik macan tutul jawa.

Sampel tersebut kini tengah dianalisis secara genetik di laboratorium Fakultas Kehutanan UGM, membuka peluang besar untuk memahami dinamika populasi spesies ini lebih dalam.

Namun, harapan itu beriringan dengan kekhawatiran. Di balik rimbunnya hutan, tim juga menemukan gangguan terhadap habitat satwa yang belum benar-benar hilang, yang tentu saja mengintai keberadaan macan tutul dan satwa lain seperti lutung jawa _(Trachypithecus auratus)_ serta kijang _(Muntiacus muntjak)_.

“Ancaman ini bukan sekadar kerusakan alam; ini soal masa depan ekosistem yang saling terhubung,” ujar Ummi Farikhah, Koordinator Lapangan.

KLIK INI:  Gakkum KLHK Tangkap Pelaku Perusakan Kawasan Hutan di Sulbar
Melindungi warisan alam

Survei ini bukan hanya tentang angka atau peta lokasi. Ini tentang kisah perjuangan melindungi warisan alam yang tak ternilai. Kamera-kamera yang kini terpasang akan terus merekam selama 90 hari ke depan, menjadi mata-mata senyap yang merekam aktivitas satwa liar di tengah ancaman yang mengintai.

Penarikan kamera yang dijadwalkan hingga akhir Februari 2025, diharapkan dapat memberikan gambaran utuh tentang pola pergerakan dan preferensi habitat macan tutul jawa.

KLIK INI:  Indonesia-Norwegia Bahas Implementasi Pendanaan Tahap ke-4 Atas Kerjasama Kedua Kegara

Bentang Alam Raung-Ijen bukan sekadar hamparan hijau di peta Jawa Timur. Ia adalah rumah bagi kehidupan yang harus tetap terjaga.

Ketika jejak-jejak kaki macan tertangkap itu perlahan memudar, akankah kita hanya menjadi saksi bisu, atau penjaga yang bertindak? Aksi bersama ini langkah maju, untuk menjaga kelestarian sang predator puncak.

KLIK INI:  Slamet Resmi Jadi Penghuni Baru Taman Nasional Gunung Ciremai