- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Klikhijau.com – Pemanasan global bagi Greta Thunberg, remaja putri berusia 16 tahun adalah musuh bebuyutan yang harus dilawan. Ia rela bolos sekolah demi melawan pemanasan global yang kian mencemaskan.
Perlawanan Greta dimulai saat berusia 15 tahun, pada Agustus 2018 lalu. Ia bolos sekolah dan duduk di tangga gedung parlemen Swedia selama tiga minggu dengan papan bertuliskan “School Strike for Climate.”
Ia menuntut pemerintah berbuat lebih banyak untuk mengatasi perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan kehidupan.
September di tahun yang sama, ia melanjutkan aksinya. Kali ini ia melakukannya setiap hari Jumat. Aksinya menjadi sorotan global dan menginspirasi anak muda lainnya yang kecewa dengan lambatnya orang dewasa menghentikan perubahan iklim.
Meski perlawanan Greta tak kenal lelah, tapi pemanasan global bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan, apalagi hanya dilakukan seorang remaja. Tapi, melawan bagi Greta jauh lebih baik daripada duduk di depan TV menonton pemanasan global sambil mencaci maki pemerintah.
Dan kini, meski gadis remaja berusia 16 tahun asal Swedia itu belum berhasil menaklukkan musuh bebuyutannya, ia telah mendapat panggung kehormatan dengan dinominasikan sebagai penerima Penghargaan Nobel Perdamaian.
Greta telah menjalani takdirnya sebagai inspirator ketika remaja seusianya sibuk membeli lipstik atau bermain game. Greta telah berhasil menginspirasi ratusan ribu orang di seluruh dunia menggelar aksi protes terhadap lambannya penanganan krisis pemanasan global, Jumat 15 Maret 2019 lalu.
Pada tanggal 15 Maret lalu, ribuan siswa di 120 negara terlibat aksi Global School Strike ini. Greta sendiri memimpin aksi di depan gedung parlemen Swedia di Stockholm. Hari itu adalah hari mogok sekolah sedunia
Semua siswa yang mengambil bagian dalam aksi Global Climate Strike, terinspirasi dari unjuk rasa mingguan Greta, sang aktivis lingkungan, yang dilakukan dengan penuh semangat dan cinta.
“Kami telah mengusulkan Greta Thunberg karena jika kami tidak melakukan apa pun untuk menghentikan perubahan iklim, itu akan menyebabkan perang, konflik, dan pengungsi,” kata anggota parlemen Norwegia Freddy Andre Ovstegard, kepada AFP.
Bagi Freddy, gerakan massa yang diluncurkan Greta Thunberg dipandang sebagai kontribusi besar bagi perdamaian dunia. Freddy mengungkapkan, tiga anggota parlemen mengajukan Greta untuk Nobel Perdamaian sebelum batas yang ditentukan.
Pengumuman pencalonannya itu untuk menerima Nobel Perdamaian tahun ini yang akan diumumkan pada 11 Oktober 2019 mendatang.
“Jelas suatu kehormatan besar dan baik untuk dinominasikan dalam penghargaan sebesar itu,” kata Greta kepada harian Swedia, Aftonbladet.
“Rasanya tidak nyata dan sedikit aneh,” ujarnya.
Jika Greta terpilih sebagai peraih Nobel, ia menjadi peraih Nobel termuda sepanjang sejarah setelah Malala Yousafzai, aktivis asal Pakistan, yang mendapatkan Nobel saat usianya 17 tahun.
Orang dewasa sebaiknya jangan pandang enteng seorang remaja apalagi menganggapnya tidak berkontribusi kepada dunia dan lingkungan, sebab sangat besar kemungkinan banyak Greta lain di luar sana yang juga menakjubkan. (kh)