- Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita? - 21/04/2024
- Defisit Narasi Lingkungan dalam Politik Lokal di Indonesia - 28/12/2023
- Demmatande, Pejuang Pemberani dari Kampung Paladan Mamasa - 10/11/2023
Klikhijau.com – Perjuangan seorang Margini (37) untuk terus memperkenalkan hasil karyanya dari daur ulang sampah tiada henti. Semangatnya seperti api yang membara, tiada pernah padam. Walau di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, Margini terus berpacu. Beragam hasil karya dibuatnya, mulai dari keranjang yang dianyam dari sampah plastik berwarna hingga baju berbahan sampah.
Bahkan, pada pekan kedua di bulan Februari 2020 lalu, Margini harus lembur bekerja. Ia sedang membuat banyak kreasi karya berbahan sampah antara lain tas, tirai, tikar, keranjang dan banyak lagi. Pasalnya, pada 20 Februari 2020, Margini mengikuti sebuah Pameran di Kantor Camat Bandar Petalangan Riau. Peminat buah tangannya membludak.
Walhasil, pada pameran yang diikuti oleh ibu-ibu pengurus PKK Kecamatan Bandar Petalangan, barang jualan Margini laku keras. Margini merasa sangat bersyukur karena hasil kerajinannya diborong di pameran. “ Semoga bermanfaat yah ibu dan untuk ke depannya mudah-mudahan lebih banyak lagi peminatnya,” tutur Margini di akun Facebooknya.
Begitulah keseharian Margini yang tidak pernah lepas dari pekerjaannya mendaur ulang sampah. Pemesannya terus berdatangan dan ia pun senantiasa sigap berkreasi.
Di rumahnya, di Kompleks PT Serikat Putra, Riau, hasil kerajinan Margini dipajang. Hampir semua hasil karyanya dipajang, sebagian digunakannya untuk kebutuhannya sendiri. Sebagian lagi jadi koleksi untuk dilihat bagi para pemesan yang berkunjung. Margini ingin semua orang melihat betapa sampah dapat bernilai uang dengan cara kreasi daur ulang.
Margini yang prihatin kepungan sampah
Semua bermula dari kerisauan terhadap banyaknya sampah plastik bergelimang di sekitarnya. Margini yang memang memiliki warung jualan, seringkali kewalahan sendiri mengurusi beban sampah plastik. Ia mulai cemas, karena setiap saat, ia dan warga di sekitarnya terbiasa membakar sampahnya. Polusi udara mulai menggerogitinya.
Inisiatifnya untuk berbuat pun dimulai. Lima tahun yang lalu, persisnya. “Saya mulai berpikir bagaimana cara mendaur ulang sampah plastik agar tak dihantui polusi pembakaran sampah,” kata Margini pada Klikhijau, Sabtu 6 Maret 2020.
Margini memulai aksinya dari rumah. Diam-diam ia pun mengumpulkan sampahnya sendiri agar tak berakhir di pembakaran. Ia pun mencoba membuat benda-benda kreatif memanfaatkan limbah plastik seperti tas belanja, dompet, tempat pot bunga, tempat permen, rompi, tikar dan pakaian daur ulang.
Setiap kali ia sukses menciptakan karya tertentu, Margini selalu memperlihatkannya pada tetangga maupun di sosial media. Beragam tanggapan selalu ia terima, namun sebagian besar memuji bahkan memesan hasil kerajinannya. Margini terus bergerak untuk memperbaiki kualitas karyanya. Setali tiga uang, pembeli mulai berdatangan. Semakin banyak peminat karyanya dan ia semakin semangat.
Margini pun mulai mengumpulkan bahan baku sebanyak mungkin. Ia mulai mendatangi warung-warung di sekitar rumahnya dan menawarkan agar sampahnya diberikan kepadanya. Lumayan, ada sekitar 30 warung tetangga yang bersedia mengumpulkan sampahnya setiap pekan. Jadi, Margini tidak lagi kesulitan bahan baku, tetapi yang terpenting baginya adalah ia ingin menyelematkan lingkungannya dari beban sampah dan polusi.
Terus berjuang tanpa lelah
Karya andalan Margini selama ini adalah tas belanja berbahan sampah makanan dan minuman kemasan. Pada pemesan yang tertarik, ia menjualnya antra Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu. Sedangkan, taplak meja buatannya dijual seharga Rp 80 ribu. Setiap bulannya, Margini dapat mengumpulkan keuntungan murni sekitar Rp 600 ribu. Penghasilannya bisa lebih tinggi bila kebetulan ada pesanan dari sekolah-sekolah.
Margini sangat beruntung, informasi tentang hasil kreatifnya mulai tersiar ke mana-mana. Jadi, anak-anak sekolah banyak yang datang langsung ke rumahnya. Apalagi untuk saat ini belum banyak yang melakukan kreasi daur ulang sepertinya. Margini berharap dapat menginspirasi banyak orang agar melakukan hal sama demi menyelamatkan lingkungan dari kepungan sampah.
Perempuan kelahiran Wonosobo Jawa Tengah ini tidak pernah merasa capek. Ia justru senang dan bahagia. Ibu dua anak ini ingin menghabiskan waktunya dengan berbuat pada lingkungan. “Saya tidak ingin ada waktu luang yang terbuang percuma Mas,” celoteh Margini serius.