- Kilau Kupu-Kupu Berlian Koh-i-Noor dari Sulawesi - 03/04/2025
- Makna di Balik Nama Kupu-Kupu Sayap-Renda Ungu - 23/03/2025
- Tahapan Menuju Sempurna bagi Seekor Kupu-Kupu - 21/03/2025
Klikhjau.com – Apalah arti sebuah nama? Hal ini tidak berlaku dalam dunia taksonomi. Semua organisme wajib punya nama. Jika tak punya nama, mereka akan memberinya. Tentunya dengan tata cara yang sesuai standar baku pakar ilmuan.
Bagaimana dengan kupu-kupu? Hal ini serupa. Umumnya pengamat kupu-kupu tanah air lebih suka mengidentifikasi spesies, dengan nama latinnya. Mengingat nama latin ini adalah nama universal. Berlaku secara internasional dalam ilmu taksonomi.
Meski beberapa wilayah juga memiliki nama lokal. Nama lokal ini sering digunakan oleh warga yang sering melihat atau bahkan memanfaatkan kupu-kupu. Mereka kemudian memberi namanya. Nama yang kemudian secara terus menerus mereka gunakan dalam beberapa generasi. Jadilah nama lokal yang paten. Nama lokal ini biasanya berdasarkan ciri individu yang dimiliki. Kemudian mereka menggunakan bahasa daerah setempat untuk menggambarkannya.
Saya kira juga hampir serupa dengan nama common setiap spesies. Keyakinan ini saya dapatkan dari kawan dari negeri tetangga, Singapura. Kala hunting bersama. Mereka jarang mengenali spesies dengan nama latin. Mereka lebih familiar dengan nama yang telah disematkan dalam bahasa Inggris. Saya kemudian bertanya, mengapa tidak menggunakan nama latinnya? Bukankah berlaku secara global. Menurutnya, nama latin lebih sulit mereka hafalkan. Apalagi mereka bukan dari kalangan akademisi.
Karena pengetahuan baru itu, saya kemudian mengujinya dengan salah satu spesies kupu-kupu. Saya ingin menguji nama dalam bahasa Inggris dari spesies Cethosia myrina. Nama umumnya, The Violet Lacewing. Jika kita artikan dalam bahasa Indonesia, berarti sayap renda ungu. Bahkan google translate otomatis mengenalnya sebagai kupu-kupu sayap renda ungu jika kita memasukkan suku kata “Violet Lacewing”. Barangkali karena saking populernya istilah itu.
Namun saya ingin menguliknya lebih dalam. Saya coba mengartikan julukannya, kata demi kata dan menghubungkan dengan morfologi si kupu-kupu. Kata “Violet” berarti ungu, merujuk pada warna sayap atas Cethosia myrina. Warna yang akan tampak saat ia membuka lebar-lebar sayapnya. Warna ini pun hanya akan muncul ketika mendapat sudut pencahayaan yang tepat. Kupu-kupu memang memiliki gradasi warna. Warnanya akan berbeda, bergantung pada sudut pencahayaan. Saya belum terlalu lihai menggambarkan perihal ini.
Barangkali dengan menggunakan perumpamaan pada kupu-kupu Papilio peranthus akan lebih mudah. Ya.. sayap atas peranthus terkadang berwarna hijau toska atau pun biru muda, bergantung pada sudut pencahayaan yang menyinari sayapnya.
Kata kedua, Lacewing atau Lace Wing, yang berarti sayap renda. Suku kata ini menggambarkan pola sayap kupu-kupu myrina, terutama bagian tepian sayap. Baik sayap depan atau pun sayap belakang. Bahkan pada bagian sayap depan dari tampakan atas, pola renda-rendanya lebih luas. Saya kira 70 persen sayapnya berenda. Hanya pada bagian yang berwarna ungu, putih, dan jingga tidak berenda. Tak hanya itu, tampakan sayap bawahnya serupa. Berenda. Bahkan variasi renda-rendanya pun lebih menarik. Terutama pada sisi sayap belakang. Di mana pada sisi atasnya justru tertutup dengan sisik berwarna jingga dan putih.
Perihal nama renda
Saya juga penasaran dengan kata renda itu sendiri. Menurut KBBI, renda berarti kerawang yang dibuat dari benang yang dirajut, biasa dipasang di tepi baju, sarung bantal dan sebagainya. Kerawang sendiri berarti lubang-lubang kecil dan halus (tentang tenunan, sulaman, sujian). Yang jelas berdasarkan beberapa artikel dan pemahaman perihal renda, renda ini memiliki pola yang unik sebagai penghias pakaian. Menjadi pemanis sehingga membuat baju yang berenda memiliki kesan yang menarik karena kehadirannya. Saya kira kaum hawa lebih paham akan hal ini. Karena mereka sering mengenakan baju yang berenda.
Karena itu nama Violet Lacewing begitu pas dengan Cethosia myrina. Menggambarkan keanggunan sang kupu-kupu.
Bagaimana arti harfiah dari nama latinnya? Genus Cethosia memiliki ciri khas dengan pola sayap yang menarik, berwarna cerah, serta memiliki mekanisme pertahanan kimiawi. Myrina sendiri berasal dari nama ratu Amazon dalam mitologi Yunani. Melambangkan keberanian dan kekuatan wanita yang mampu menjadi sosok pemimpin.
Saya kemudian mengecek nama Indonesia yang tersemat pada kupu-kupu ini melalui aplikasi Kupunesia. Mereka menamainya “Sayap-renda Ungu”. Saya kira nama ini hanya mereka terjemahkan dari nama umum yang telah melekat sebelumnya.
Selain itu, beberapa literatur juga menyebutkan bahwa nama lain dari C. myrina adalah kupu-kupu bidadari. Julukan yang menggambarkan betapa menariknya kupu-kupu ini. Paduan warna ungu, jingga, putih dan coklat menghias sayap atasnya membuat siapa pun yang melihatnya akan terpukau. Dari foto saja akan menyihir siapa pun penikmatnya, apalagi jika melihatnya secara langsung di alam.
Boleh jadi karena kemolekannya membuat ia jadi incaran. Menjadi buruan pada kolektor dari kasta rendah hingga kelas kakap. Karena itu membuatnya ia terancam. Tak heran jika kemudian pemerintah menetapkannya sebagai satwa dilindungi.
Kupu-kupu endemik Sulawesi ini menjadi satu-satunya spesies kupu-kupu yang dilindungi dari keluarga Nymphalidae. Keluarga kupu-kupu yang lebih identik dengan warna kecoklatan dan berukuran kecil hingga sedang. Berbeda dengan keluarga Papilionidae yang umumnya berukuran besar dan lebih banyak spesiesnya yang dilindungi pemerintah.
Bagaimana populasi di alam saat ini? Saya cukup memantau spesies ini. Kupu-kupu sayap-renda ungu ini lebih menyukai tumbuhan nektar sebagai sumber energinya. Saya biasanya lebih sering menjumpainya di bawah tegakan hutan. Terbang di antara pepohonan dan sesekali mengunjungi wilayah terbuka. Mencari tumbuhan berbunga terutama Lantana camara.
Saat berjumpa pun lebih sering soliter atau sendiri. Jarang bisa berjumpa dalam jumlah besar, 3 atau 4 ekor.
Selama ini lebih sering menjumpai jantan daripada betina. Konon betina lebih suka pada hutan yang lebih terjaga. Hutan primer menjadi habitat utamanya.
Mereka termasuk kupu-kupu dimorfis. Memiliki perbedaan siginifikan antara jantan dan betina. Gambaran bentuk fisik di atas adalah kupu-kupu jantan. Sementara betina dari spesies ini memiliki warna yang menonton. Lebih didominasi warna coklat dengan renda yang serupa. Tak terlihat warna ungu dan jingga di sayap betina.
Begitulah dunia satwa, jantan selalu menarik dari sisi warna ketimbang betina. Karena itu tampak jantan lebih bersolek dibandingkan si betina. Namun betina memiliki kewenangan untuk menerima pejantan yang paling menarik untuk memadu kasih dengannya.
Semoga kupu-kupu bidadari ini terus eksis di alam. Memberi beragam faedah bagi alam dan manusia. Menjadi penghibur jitu bagi setiap manusia yang menikmati keindahan sayap-renda ungunya.