Mahasiswa UNM Berhasil Ciptakan Bilik Disinfektan, Amankah?

oleh -346 kali dilihat
Bilik disinfektan yang berhasil diciptakan mahasiswa FT UNM/foto-Gosulsel
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Namanya Automatic Sterilization Chamber. Nama itu disematkan kepada bilik disinfektan yang berhasil dibuat oleh mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM).

Pembuatan itu sebagai bentuk inovasi dalam menangani penyebaran Corona atau Covid-19 yang kian merajalela.

Keberadaan alat tersebut untuk mensterilkan orang-orang di dalam bilik disinfektan. Sebelum dilakukan penyemprotan ke orang, ada Cell Solar Ultrasonik yang mendetek terlebih dahulu orang yang masuk.

Keberhasilan itu tidak lepas Nurhayundahrin. Dialah yang berada di balik pembuatan bilik disinfektan tersebut.

KLIK INI:  Perihal Perubahan Iklim dan Ajakan Menteri LHK kepada Kaum Wanita

Idenya berawal dari keresahan akan melonjaknya kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) serta bilik disinfektan yang semakin langka di tengah pandemi Corona. Hal itulah yang menginspirasinya membuatnya sendiri.

“Kita menggunakan Cell Solar Ultrasonik untuk mendeteksi orang-orang yang masuk. Kemudian nozzle akan melakukan penyemprotan cairan desinfektan di dalamnya,” katanya, Sabtu, 4 April 2020 kemarin.

Bilik disinfektan ini untuk sementara baru diproduksi sebanyak dua alat sebagai bentuk percobaan. Salah satunya ditempatkan di Pelataran Menara Pinisi UNM.

Apa yang dilakukan mahasiswa FT tersebut dirspons baik oleh Rektor UNM, Husain Syam. Dia mengaku siap untuk memproduksi bilik disinfektan secara massal.

“Seandainya ini kita minta kepada pemerintah Kota Makassar dan Sulsel, jika memang dinilai ampuh dalam penanggulangan Covid-19, maka UNM siap memproduksi massal untuk disumbangkan,” pungkasnya.

Selain itu, pihak UNM akan memberikan biaya untuk membuat alat tersebut. Selain anggaran untuk pembuatan bilik disinfektan, APD juga akan disediakan.

“Jadi kita akan memberikan pembiayaan untuk memproduksi sebanyak mungkin untuk digunakan begitupun dengan alat pelindung muka (masker),” jelasnya.

KLIK INI:  PIKOM IMM FISIP Unismuh Makassar Berbagi Masker dan Hand Sanitizer Gratis

Husain Syam mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mau terlalu pusing persoalan biaya produksinya, jika hal itu memang sangat dibutuhkan. Sebab, alat ini dibuat demi mencegah penyebaran Corona.

“Saya tak mau tahu berapa jumlahnya. Jika memang dibutuhkan kita produksi sebanyak mungkin,” tegasnya.

Tidak direkomendasikan

Prof Wiku Adisasmito, Ketua Tim Pakar Gugus Penanganan Covid-19 mengatakan bahwa penggunaan disinfectant chambers (bilik disinfektan) untuk menyemprotkan disinfektan langsung ke tubuh manusia tidak direkomendasikan.

Menurutnya hal tersebut karena menyemprotkan disinfektan langsung ke tubuh bisa menimbulkan iritasi pada kulit, mulut, dan mata.

“Penggunaan disinfektan dengan ruang, chamber, atau penyemprotan secara langsung ke tubuh manusia tidak direkomendasikan karena berbahaya bagi kulit, mulut, dan mata, dapat menimbulkan iritasi,” kata Wiku seperti diwartakan Tirto

Metode pencegahan penularan virus corona yang aman menurutnya adalah sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir, menghindari menyentuh area wajah dengan tangan kotor, langsung mandi ketika sampai di rumah. Pakaian yang digunakan lalu dicuci dengan sabun cuci dan menyemprotkan cairan disinfektan hipoklorit saat menyetrika.

Penggunaan cairan disinfektan digunakan spesifik pada benda-beda. Seperti lantai, kursi, meja, gagang pintu, tombol lift, pegangan di eskalaitor, ATM, etalase, dan wastafel. Jangan langsung lap setelah cairan disinfektan disemprotkan.

“Biarkan satu menit dulu, lalu lap dengan sarung tangan,” ujar Wiku.

KLIK INI:  Pengukuhan Green Ambassador, Wujud Komitmen Majukan Pendidikan Lingkungan Hidup

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini merilis imbauan agar tidak menyemprotkan disinfektan langsung ke seluruh tubuh. Sebab, penyemprotan alkohol atau klorin langsung ke seluruh tubuh manusia justru bisa memberikan efek samping seperti iritasi kelenjar mukosa hingga memicu kanker.

Karena itu, Prof Dr Fredy Kurniawan, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya  mengatakan, jika imbauan WHO itu bisa menjadi peringatan kepada masyarakat bahwa bahan kimia perlu ditangani dengan benar. Artinya, tidak sembarang orang boleh meramu disinfektan atau antiseptik mandiri. Hanya mereka yang memiliki pengetahuan tentang kimia yang bisa melakukannya.

“Bila dilakukan oleh orang yang tidak punya kompetensi dan kapabilitas yang cukup dalam meramu dan menggunakan secara benar, maka akan sangat berbahaya bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Baik dalam waktu dekat dan jangka panjang,” ungkap Fredy seperti yang diwartakan Radarsurabaya

Untuk penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh manusia mesti ditinjau kembali karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit, mulut, dan mata, yang tentu bisa berbahaya bagi manusia.

KLIK INI:  Pengenalan Lapisan Ozon Sejak Dini Melalui Wahana Ozon