- Peneliti Remaja se-Kabupaten Bulukumba Paparkan Potensi dan Ancaman di DAS Balantieng - 17/06/2025
- Kaum Muda Lintas Iman Kota Bandung Perkuat Kapasitas Jurnalisme, Suarakan Keadilan Iklim - 17/06/2025
- Mentoring Penulisan Berita dan Artikel, Forsi LHK Sulsel Gelar Sesi Berbagi Literasi Secara Daring - 16/06/2025
Klikhijau.com – Pengenalan mengenai satwa liar khususnya yang khas dan endemik Indonesia sangat minim di ruang publik. Ini sangat ironi, sebab faktanya Indonesia merupakan negara mega biodiversity terbesar kedua di dunia.
Indonesia bahkan diketahui memiliki ribuan spesies kunci yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Sayangnya, ancaman kepunahan satwa liar menghantui keanekaragaman hayati tersebut. Selain karena kerusakan hutan dan dampak perubahan iklim, perburuan liar serta konflik antara satwa liar dengan manusia terus merajalela.
Pada sisi yang lain literasi mengenai satwa liar sangatlah minim. Bahkan, di ruang pendidikan formal misalnya, edukasi konservasi juga sangat terbatas. Informasi-informasi yang didapatkan siswa masih sebatas teori dan pengenalan secara umum.
Pegiat konservasi yang juga seorang Polisi Hutan (Polhut) dari Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Akhmad David Kurnia Putra mengamini hal tersebut.
Pada sebuah diskusi internal dalam pertemuan alumni Bekal Pemimpin 2021 yang digelar United in Diversity (UID) di Bali, David menuturkan kekhawatirannya perihal minimnya literasi mengenai satwa liar endemik di ruang publik maupun di pendidikan formal.
“Sebagai contoh, sampul buku-buku mengenai fauna yang banyak diterbitkan justru menonjolkan satwa tertentu yang sudah familiar seperti jerapah dan lainnya. Sedikit sekali yang menggambarkan satwa liar endemik yang mungkin sudah diamban punah,” kata David di Bali (10/11).
Padahal kata David, sudah seharusnya anak-anak kita bahkan masyarakat secara umum mengakses sumber informasi mengenai satwa liar agar terbangun kesadaran akan kekayaan hayati. Selain itu, dengan literasi yang baik, kesadaran konservasi untuk menjaga satwa liar dapat ditumbuhkan.
“Penting misalnya untuk anak-anak kita mengetahui mengapa penting menjaga eksistensi burung-burung di hutan. Sebab, setiap spesies yang ada memiliki fungsi ekologi. Misalnya ada burung yang memakan serangga tertentu, sehingga bila populasinya terancam maka manusia akan terancam pula dari serangan serangga merugikan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, pelestari burung Junai Emas ini berharap adanya penyebarluasan informasi satwa liar lebih intensif lagi di ruang publik agar kesadaran generasi muda bisa tercipta.
“Pengetahuan dan akses informasi mengenai satwa liar khususnya yang endemik akan menginspirasi kita semua untuk mengenalnya dan menjaganya. Semua orang sudah selayaknya menyadari peran setiap spesies dan dampak buruk yang ditimbulkan bila mengalami kepunahan di alam,” pungkasnya.