- Dodol, Baeti, dan Rumah Berperabot Warna Pink - 02/06/2023
- Hujan Hijau - 21/05/2023
- Sintrong, Liar dan Meresahkan tapi Menyimpan Banyak Manfaat - 17/05/2023
Klikhijau.com – Kuskus. Perkenalan saya dengannya cukup mengagetkan. Suatu malam, ketika kelambu telah terpasang, lampu telah padam, dan tubuh telah terbaring di tempat tidur.
Sebuah suara cukup nyaring terdengar dari dinding papan. Awalnya saya abaikan saja. Mengira itu kelakuan Pingky (nama kucing di rumah)—yang sedang mengejar tikus buruannya.
Namun, semakin lama suaranya semakin nyaring dan mencurigakan. Rasa penasaran membuat saya terbangun, menyingkap kelambu lalu menyalakan lampu.
Begitu lampu menyala, di ujung dinding paling atas kamar saya, terdapat satwa yang tak biasa. Itu bukan Pingky.
Warnanya terlihat agak hitam. Saya tak tahu itu jenis satwa apa. Jarak saya dengannya sekitar 3 meter. Saya menatapnya, ia menatap balik—kami bersitatap. Aah romantis, bukan?
Saya beranjak perlahan ingin menangkapnya. Namun gagal, hanya bagian ekornya saja yang mampu tersentuh.
Ia berlari ke lego-lego (beranda), saya mengejarnya. Ia berhenti—mungkin karena silau oleh cahaya lampu di beranda rumah.
Ia berusaha sembunyi, namun tak mungkin. Saya leluasa melihatnya, bahkan sangat mungkin bisa menangkapnya, tapi dengan risiko yang tak sedikit, saya bisa saja jatuh dari ketinggian 3 meter jika melakukannya.
Saya masuk ke rumah mencari kayu, tapi begitu kembali ke lego-lego. Satwa itu telah tiada, lari ke atas para (bagian atas rumah panggung).
Dan perjumpaan saya dengannya pun berakhir. Saya hampir lupa peristiwa itu.
Hingga tanggal 4 Agustus 2021 lalu pada pukul 22.43 seseorang mengirimi saya foto via Whatsapp “Kalau ini, minatki?” tanyanya memberi keterangan pada fotonya.
“Apa itu?” tanya saya
“Memu.” Jawabnya.
Endemik Sulawesi
Foto itu kemudian saya teruskan kepada Safira Arda Meyla, seorang mahasiswa tingkat akhir Insitut Pertanian Bogor (IPB)—yang belum lama ini meneliti tarsius di Kabupaten Maros.
“Ini apa ya?” tanya saya pada keterangan foto yang meluncur kepadanya.
“Ini kuskus, setahu saya ini di lindungi,” jawabnya
Safira kemudian memberi saran bagaimana memperlakukan satwa yang masuk ke wilayah manusia, sebaiknya dibiarkan saja, mungkin akan kembali ke habitatnya di hutan. Namun, jika datang terus dan dikhawatirkan menimbulkn masalah sebaiknya di laporkan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA)
Tak hanya Safira, foto itu saya kirim pula ke Ismali, salah seorang petugas di Taman Nasional Bantimurung, Maros, juga kepada kepala BBKSDA Sulawesi Selatan, Thomas Nifinluri.
Ismail berbaik hati, ia mengirimi saya ebook yang berjudul Manual Edintifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci Sulawesi 2020 yang ditulis oleh Abdul Haris Mustari. Di dalam buku itu terdapat juga kuskus.
Saya berpikir kuskus hanya satu jenis, tapi dari buku digital yang dikirimkn itu, saya tahu ternyata ada tiga jenis kuskus yang menghuni jazirah Sulawesi dan merupaka satwa endemik yang dilindungi. Ini 3 jenis kuskus di tanah Sulawesi:
-
Kuskus beruang Sulawesi
Kuskus beruang Sulawesi biasa juga disebut kuskus Sulawesi. Ia memiliki ukuran tubuh hampir seperti kucing atau bahkan bisa lebih besar. Panjangnya badannya 56 cm, ekornya 54.
Sedangkan untuk beratnya dapat mencapai 8 kg. Warna tubuh antara jantan dan betina tidak ada perbedaan. Demikian pula ukuran bagian tubuhnya, termasuk ekor. Untuk ekor ukurannya hampir sama dengan ukuran badannya.
Pada ujung ekornya yang tidak ditumbuhi bulu, berfungsi sebagai pengikat untuk bergelantungan atau melilit batang dahan pohon saat mencari makan dan dapat digunakan sebagai alat untuk menggantung.
Ekornya itulah menahan seluruh beban tubuh dengan posisi kepala di bawah saat mencari makan di pohon. Ekornya sangat kuat.
Satwa jenis ini memiliki daun telinga pendek hampir tidak terlihat karena tersembunyi di bawah rambut-rambut kepala, bagian luar dan dalam telinga berambut.
Kuskus beruang sulawesi merupakan satwa yang pendiam, hampir tak bersuara kecuali kalau terganggu. Jika terganggu akan mengeluarkan suara decak yang disela dengan engahan keras.
Ia memiliki warna dasar tubuh bagian atas hitam pucat dengan rambut bagian punggung berwarna cokelat kehitaman, beberapa rambut bagian tubuh lain berwarna kuning kecokelatan atau lebih pucat.
Ia bertingkah laku lambat bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya menggunakan ekor prehensil-nya dan tangan serta kakinya. Kuskus ini aktif pada siang hari (diurnal).
-
Kuskus beruang talaud
Penamaan kuskus beruang talaud karena berdasarkan habitat alaminya di Kepulauan Sangihe dan Talaud.
Ia memiliki ukuran lebih kecil dibanding kuskus beruang Sulawesi. Panjang tubuhn dan kepala 56 cm, panjang ekornya 54 cm dan beratnya mencapai 8 kg.
Antara jantan dan betina warna tubuhnya tidak ada perbedaan. Ujung rambutnya berwarna lebih kekuningan dibandingkan kuskus beruang sulawesi.
Ia akan mulai aktif pada pagi hari dan beristirahat pada siang hari, kemudian menunjukkan peningkatan aktivitas pada sore hari.
-
Kuskus tembung
Kuskus ini di kenal juga dengan kuakus kerdil Sulawesi. Ukuran tubuhnya yang kecil, karena itu dalam bahas inggris disebut sulawesi dwarf cuscus.
Warna tubuhnya cokelat pucat agak keputihan, kalau dilihat sekilas seperti ada totol-totol cokelat pada tubuhnya.
Panjang tubuhnya dari kepala 29–38 cm dan panjang ekornya 27–37cm, beratnya 1 kg atau kurang.
Ia memiliki mata berwarna agak kecoklatan dan berukuran cukup besar untuk membantu melihat pada malam hari.