Krisis Iklim Benar-Benar Nyata, 24.000 Ton Es Meleleh Setiap Detiknya

oleh -312 kali dilihat
Krisis Iklim Benar-Benar Nyata, 24.000 Ton Es Meleleh Setiap Detiknya
Ilustrasi - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Beberapa ilmuwan yang berbasis di kampus-kampus di Leeds, University College London, dan Edinburg meneliti pencairan es. Hasilnya, menunjukkan bahwa 28 triliun ton es hilang dari permukaan bumi dalam kurun waktu tahun 1994-2017.

Peneliti memantau lokasi seperti di kutub, gletser, dan gunung dengan satelit untuk menghitung banyak lapisan es yang hilang akibat pemanasan global.

Para ilmuwan tahu bahwa kehilangan es dari Greenland telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir dan ada tingkat pencairan yang tinggi pada tahun 2019.

Pada tiga dekade terakhir, penurunan lapisan sangat masif. 24.000 ton es leleh ditambahkan ke lautan dunia setiap satu detik atau sama dengan bisa mengisi 10 kolam renang olimpiade.

Hal inilah yang menyebabkan naiknya permukaan laut hingga satu meter. Para peneliti mengatakan bahwa skala kerugian tahun 2019 sangat mengejutkan dan kemungkinan besar akan menjadi yang terbesar dalam berabad-abad atau bahkan ribuan tahun.

Mengapa ini menjadi suatu fenomena krisis iklim yang penting dan mesti dapat perhatian semua orang? Director Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds, Andy Shepherd, mengatakan bahwa tiap sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekira 1 juta penduduk bumi akan mengungsi dari tempat tinggal mereka di dataran rendah.

Para peneliti juga memperingatkan bahwa mencairnya es dalam jumlah tersebut secara signifikan mengurangi kemampuan bumi untuk memantulkan radiasi sinar matahari kembali ke luar angkasa.

Akibatnya, laut tanpa lapisan es dan tanah di bawahnya, yang akan menyerap lebih banyak panas ketika terpapar sinar matahari dan meningkatkan pemanasan di bumi.

Selain itu, air dingin yang mengalir berlebihan dari gletser yang mencair akan menyebabkan gangguan besar pada kesehatan ekosistem perairan sekitar. Contohnya, menyebabkan perubahan arus bawah laut serta membuat pengendapan air hangat di bawah es.

Selain itu, hilangnya gletser di pegunungan mengancam sumber air tawar yang menjadi ketergantungan masyarakat setempat.

Kenaikan suhu laut

Melansir The Guardian, kata Shepherd, “Di masa lalu, para peneliti telah mempelajari area tertentu seperti Greenland dan Arktik tempat es mencair. Tapi ini adalah pertama kalinya seseorang melihat semua es yang menghilang dari seluruh planet.”

Menurut Shepherd, tentu hal ini sangat mengejutkan. Pasalnya, apa yang diungkapkan oleh kelompok ilmuwan tersebut ternyata senada dengan skenario terburuk yang diprediksi oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

“Dalam konteks ini, kehilangan es sekira 28 triliun ton dapat menutupi seluruh permukaan Inggris dengan lapisan air beku setebal 100 meter,” kata salah satu anggota kelompok penelitian dari Universitas Leeds, Tom Slater.

Dalam kasus lapisan es yang mencair di Arktik, pemicu utamanya ialah kenaikan suhu laut. Selain itu, hilangnya es dari gletser di daratan ialah peningkatan suhu atmosfer. Ada pula yang dipicu oleh kombinasi atarkeduanya seperti di Greenland.

Namun, tidak semua yang hilang selama periode itu turut menyumbang kenaikan permukaan laut.  Pasalnya, menurut Isobel Lawrence, salah satu anggota yang meneliti lelehnya es dari Universitas Leeds, 54 persen yang mencair terletak di laut, mengapung di atas air dan pencairannya tak menyebabkan kenaikan permukaan laut.

46 persen lelehan air lainnya berasal dari gletser dan lapisan es di tanah, dan inilah yang mengakibatkan bertambah naiknya permukaan laut.

Penelitian yang diterbitkan 30 tahun pasca laporan penilaian perdana IPCC pada akhir Agustus 1990 itu mengungkapkan tanpa tedeng aling-aling bahwa pemanasan global merupakan hal yang nyata adanya. Dan nyaris seluruhnya dipicu oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan peningkatan suhu atmosfer dan naiknya suhu laut.