Krisis Air Semakin Serius, Ini yang Mesti Dilakukan

oleh -105 kali dilihat
Ilustrasi air
Ilustrasi air

Klikhijau.com – Air menjadi kebutuhan maha penting bagi makhluk hidup. Ketiadaannya adalah petaka yang mengerikan, khususnya air bersih.

Saking pentingnya, maka pada tanggal 22 Maret 1993 Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB menetapkankannya sebagai Hari Air Sedunia. pada 22 Maret 1993.

Hari Air Sedunia atau World Water Day terbentuk melalui sidang umum PBB ke-47 di Rio de Janeiro, Brazil, pada tanggal 22 Desember 1992.

Salah satu syarat kehidupan ini berlanjut, adalah menjaga sumber air. Apalagi saat ini, ancaman kekeringan yang berdampak pada kekurangan air telah terjadi di banyak negara.

KLIK INI:  Ciptakan Rompi Anti Peluru dari Gebang, Armour Mike Harumkan SMAN 3 Denpasar

Misalnya, sebuah laporan menerangkan karena kemarau, maka kanal Venesia mengering. Hal itu menyebabkan transportasi air di kanal tersebut berhenti total.

Banyak dugaan kenapa kanal di Venesia kering, berbagai faktor diduga sebagai penyebabnya, di antaranya curah hujan yang kurang, bulan purnama, sistem tekanan tinggi, dan arus laut.

Namun, di lansir dari CNN, kelompok lingkungan Legambiente mengatakan, penyebabnya adalah sungai-sungai dan danau-danau di Italia mengalami kekurangan air yang parah.

Tidak hanya itu, laporan lain menyebutkan jika sungai Yangtze dan danau air tawar terbesar di Cina juga mengalami kekeringan.

Ancaman kekeringan tersebut berarti ancaman kekurangan air juga mengintai. Dilansir dari Earth bahwa para ilmuwan memperkirakan bahwa populasi perkotaan global yang menghadapi kelangkaan air kemungkinan akan berlipat ganda dari 930 juta pada tahun 2016 menjadi antara 1,7 dan 2,4 miliar pada pertengahan abad ini.

KLIK INI:  Kenapa Saat Kemarau Dingin Saat Malam, Panas Saat Siang? Ini Jawabannya!

Selain itu, meningkatnya frekuensi kekeringan yang ekstrim dan berkepanjangan akan meningkatkan tekanan pada ekosistem di seluruh dunia, yang sangat membahayakan berbagai spesies tumbuhan dan hewan.
Saat ini, menurut para ahli, saat ini dua miliar orang atau sekitar 26 persen dari populasi global tidak memiliki air minum yang aman.

Ditambah lagi ada 3,6 miliar atau 46 persen tidak memiliki akses ke sanitasi yang dikelola dengan aman. Situasi yang mengerikan ini diperkirakan akan memburuk dalam beberapa dekade mendatang, terutama di daerah perkotaan. Akibatnya akan menimbulkan risiko parah bagi mata pencaharian orang di seluruh dunia.

“Ada kebutuhan mendesak untuk membangun mekanisme internasional yang kuat untuk mencegah krisis air global agar tidak terkendali. Air adalah masa depan kita bersama dan penting untuk bertindak bersama untuk membaginya secara adil dan mengelolanya secara berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.

KLIK INI:  Pohon Natal akan Alami Kesuraman karena Kekeringan
Hal yang mesti dilakukan

Para penulis laporan berpendapat bahwa kerjasama internasional adalah kunci utama untuk menyediakan akses air bagi masyarakat di seluruh dunia.

Sementara hampir setiap intervensi terkait air melibatkan beberapa jenis kerjasama – mulai dari sistem irigasi bersama di antara para petani dan manajemen komunal pasokan air dan infrastruktur sanitasi di kota hingga kolaborasi antara masyarakat perkotaan dan pedesaan untuk menjaga ketahanan pangan dan menjunjung tinggi pendapatan petani.

Ketika berkaitan dengan pengelolaan sungai dan akuifer yang melintasi batas negara, jaringan kolaboratif yang lebih besar sangat dibutuhkan untuk mencegah krisis air global.

Selain itu, berbagi data dan peluang pembiayaan bersama sangat penting untuk mengatasi masalah air saat ini dan memastikannya tidak akan meningkat di dekade berikutnya. Misalnya, skema pembiayaan yang menyatukan pengguna hilir –seperti kota, bisnis, dan utilitas.

KLIK INI:  Mizuiku Gelar Aksi Menanam dan Pelatihan Pelestarian Air Bersih

Mereka didorong untuk berinvestasi bersama dalam perlindungan lingkungan hulu dan pengelolaan lahan pertanian akan memainkan peran utama dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas air.

Dana air semacam itu telah terbukti berhasil di Meksiko dan Afrika Sub-Sahara, dan kemungkinan juga akan menguntungkan bagian dunia lainnya.

Akhirnya, partisipasi pemegang saham yang inklusif sangat penting dalam perencanaan dan penerapan sistem air yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia dari masyarakat yang kurang beruntung, sekaligus meningkatkan penerimaan dan kepemilikan publik.

“Ada banyak yang harus dilakukan dan waktu tidak ada di pihak kita. Laporan ini menunjukkan ambisi kita dan sekarang kita harus bersatu dan mempercepat tindakan. Ini adalah momen kita untuk membuat perbedaan,” tutup Gilbert F. Houngbo, Ketua UN-Water seperti dikutip dari Earth.

Hal lain yang mesti dilakukan untuk mengurangi krisis air adalah melestarikan lingkungan dan tidak boros menggunakan air.

KLIK INI:  Kemarau Tak Menghalangi Petani Kanreapia Berbagi Sayur ke Panti Asuhan