Klikhijau.com – Labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta) juga menghadapi permasalahan klasik, yakni perburuan. Hasil dari perburuan itu kemudian dipelihara atau diperjualbelikan, bahkan diselundupkan hingga keluar negeri.
Statusnya sebagai satwa endemik Papua dan dilindungi tidak serta merta menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Bahkan meski International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist masuk dalam kategori EN (endangered) atau terancam punah.
Labi-labi moncong babi atau yang juga dikenal dengan nama Kura-kura moncong babi menghuni wilayah selatan Papua. Satwa ini memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan.
Tahun 2019 World Wide Fund for Nature (WWF) melaporkan anak labi-labi moncong babi (tukik) di pasar internasional dapat dijual dengan harga masing-masing $ 39- $ 56.
Sementara ditingkat nasional untuk labi-labi moncong babi dewasa di perdagangan mulai dari harga 1,5-3 juta rupiah. Tidak mengherankan jika di habitat aslinya, satwa ini banyak diburu.
Meski begitu, di akhir tahun 2024 ini. Ada kabar baik datang dari satwa ini. dilansir dari laman ksdae.menlhk ribuan telur labi-labi moncong babi kembali ditemukan di Asmat, Papua Selatan,
Telur-telur tersebut telah banyak menyisahkan cangkang berserakan. Itu menandakan sebagian tukik telah menetas.
Memerlukan dedikasi tersendiri
Untuk memastikan keselamatan tukik-tukik tersebut, pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua terus menangani telur-telur tersebut secara intensif. Apalagi tukik-tukiknya menetas tidak dalam waktu bersamaan.
Fikri Al Mubarok, Pengendali Ekosistem Hutan BBKSDA Papua, merinci jumlah keseluruhan telur pada mulanya 19.000 butir, diamankan di dua lokasi.
Pada Jumat, (13/12/2024) Satuan Reserse Kriminal Polres Asmat mengamankan 9.000 butir telur serta 1.809 tukik di kediaman pelaku.
Kemudian pada Sabtu, (14/12/2024) mereka kembali mengamankan 10.000 butir telur serta 1.385 tukik di kediaman pelaku yang berbeda. Aksi pengamanan tersebut dilaksanakan berdasarkan laporan masyarakat dan penyelidikan mendalam oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Asmat terhadap kedua pelaku.
Fikri menjelaskan bahwa tukik-tukik ditampung di kantor Polres Asmat, sedangkan telur-telur tetap di TKP dan diberi garis polisi karena sudah dalam posisi siap menetas.
“Kami dari Seksi Konservasi Wilayah I BBKSDA Papua bersama dokter hewan dari Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Kabupaten Asmat memantau secara rutin. Hampir setiap hari ada tukik yang menetas di dua TKP. Saat ini kami buatkan kolam di satu TKP karena tukik-tukik yang baru menetas harus segera dipindahkan ke air,” jelasnya.
Menurut Fikri, situasi ini memerlukan dedikasi tersendiri. Demi menjunjung asas filosofis produk hukum tentang konservasi sumber daya alam, maka barang bukti berupa tukik yang berjumlah ribuan perlu dirawat sedemikian rupa dan dilepasliarkan sesegera mungkin. Ini demi mencegah kematian tukik yang terlalu banyak akibat kelebihan populasi di lokasi penampungan.
Pada Selasa, (28/12/2024) BBKSDA Papua bersama pihak-pihak terkait telah melepasliarkan 6.000 tukik hasil pengamanan tersbut. Lokasi lepas liar di Rawa Baki, Distrik Suator, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan.
Namun, masih terdapat sekitar 1.000 tukik di penampungan kantor Polres Asmat, dan akan dilepasliarkan kemudian. Sementara telur yang belum menetas berjumlah sekitar 10.000 butir.
“Dari hasil pemeriksaan dokter hewan, semua tukik yang dilepaskan dalam kondisi sehat, dan dinyatakan siap kembali ke alam,” tambah Fikri.
Sementara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan lepas liar, antara lain, kepolisian setempat, TNI, Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Kabupaten Asmat, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Asmat.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BBKSDA Papua, Lusiana Dyah Ratnawati, menjelaskan bahwa saat ini pelaku diamankan di kantor Polres Asmat untuk proses lebih lanjut.
“Peristiwa ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita bersama. Kami berharap ini dapat menimbulkan efek jera sehingga tidak terjadi lagi tindak ilegal terhadap satwa liar Papua yang dilindungi undang-undang, khususnya labi-labi moncong babi,” ungkap Lusi.
Pada kesempatan ini, Kepala BBKSDA Papua, A.G. Martana, menyampaikan terima kasih kepada Polres Asmat yang telah bersinergi dalam penyelamatan satwa dilindungi, juga semua pihak yang terlibat dalam pengamanan ribuan tukik beserta telur labi-labi moncong babi.
“Peristiwa ini merupakan bagian dari pencapaian kita bersama. Kami memberikan apresiasi, khususnya kepada Polres Asmat, berbagai instansi terkait, juga tim Seksi Konservasi Wilayah I BBKSDA Papua. Mari kita terus tingkatkan sinergi dan kerja sama, sehingga satwa liar Papua dapat dijaga kelestariannya,” tutup Martana.(*)