Kisah Diah, Perempuan yang Teliti Bambu Selama 39 Tahun

oleh -572 kali dilihat
Kisah Diah, Perempuan yang Teliti Bambu Selama 39 Tahun
Dr Pande Ketut Diah Kencana/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Diah menghabiskan waktunya selama 39 tahun meneliti bambu. Waktu yang tentu saja tidak sedikit.

Bambu yang kerap kita anggap sepele, ternyata memiliki kerumitan untuk mengungkapkan “jati dirinya”. Diah sampai menghabiskan waktu puluhan tahun untuk menelitinya.

Diah, nama lengkapnya Dr Pande Ketut Diah Kencana merupakan peneliti dari Universitas Udayana. Setelah meneliti puluhan tahun, ia menemukan hasil gemilang terkait keberadaan tanaman jenis bambu bagi kehidupan manusia.

Ia telah menemukan 14 produk turunan dari jenis bambu tabah yang berguna bagi kehidupan manusia. Tidak heran jika kemudian ia dikenal sebagai Prof Bambu.

KLIK INI:  Memiliki Banyak Potensi, Bambu Belum Dapat Dukungan dan Perhatian Optimal

Katanya, ia telah menemukan 14 produk turunan bambu tabah yang berguna bagi kehidupan manusia. Di antaranya rebung vakum, rebung botol, rebung kulit, rebung polich, rebung kupas, arang bambu, briket bambu, dua produk teh daun bambu, probiotik, pupuk, asap cair bambu tabah untuk pestisida, sabun cuci, dan sabun mandi.

Tanaman penyerap air

Diah yang merupakan Ketua Pusat Penelitian Bambu Universitas Udayana, juga mengaku memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota mencapai 1.150 orang.

“Sejak 39 tahun lalu saya fokus melakukan penelitian di bambu. Bahkan, satu-satunya pusat penelitian bambu di Indonesia hanya ada di Universitas Udayana. Di Bali, tumbuh-kembang tanaman bambu berada di Gianyar dan Tabanan,” tutur Diah di Gianyar, Jumat, 27 Desember 2019.

Menurutnya, tak semua tanaman bambu bisa menghasilkan produk turunan. Hanya jenis bambu tabah saja yang bisa menghasilkan produk turunan yang bisa digunakan untuk kehidupan manusia. Di sisi lain, Diah menyebut tanaman bambu juga merupakan tanaman yang paling banyak menyerap air.

KLIK INI:  Kisah Tini, Perempuan Tuna Netra Penjaga Owa Jawa di Hutan Lekong

“Kalau kita tanam bambu setahun atau dua tahun misalnya, maka akan ada penguatan mata air. Fungsi tanaman bambu kan memang untuk menyerap air dengan serabut akarnya yang luar biasa itu. Lahan kritis kalau ditanami bambu itu bisa menyelematkannya,” kata dia.

Ia menjelaskan, tak semua tanaman bambu bisa menghasilkan produk turunan. Hanya jenis bambu tabah saja yang bisa menghasilkan produk turunan yang bisa digunakan untuk kehidupan manusia. Di sisi lain, Diah menyebut tanaman bambu juga merupakan tanaman yang paling banyak menyerap air.

“Kalau kita tanam bambu setahun atau dua tahun misalnya, maka akan ada penguatan mata air. Fungsi tanaman bambu kan memang untuk menyerap air dengan serabut akarnya yang luar biasa itu. Lahan kritis kalau ditanami bambu itu bisa menyelematkannya,” kata dia seperti yang ditulis Dewi Divianta di Liputan6, Sabtu, 28 Desember 2019.

KLIK INI:  Terinspirasi dari Mentawai, Begini Rencana KBT Memanfaatkan Potensi Bambu di Maros