Ketika Abrasi Merampas “Rumah Terakhir” Warga Takalar

oleh -677 kali dilihat
Ketika Abrasi Merampas “Rumah Terakhir” Warga Takalar
TPU yang terdampak abrasi di Desa Sampulungan, Takalar/foto-sulselsatu
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Ombak yang tiba menerpa pantai bagi sebagian orang adalah nyanyian merdu. Namun, bagi Warga Desa Sampulungan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah kerusahan dan petaka.

Ombak yang datang menerpa pantai di desa itu mengakibatkan abrasi. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.

Tersiar kabar di berbagai media, kerusakan akibat abrasi di Desa Sampulungan, Takalar tak hanya mengikis pantai, tapi juga merusak tempat pemakaman umum (TPU). TPU yang rusak tersebut memang berada di kawasan pesisir

Kerusakan TPU tersebut tentu menyebabkan keresakan yang berlipat bagi warga. Apalagi tersiar kabar pula jika kain kafan mulai kelihatan dan tulang belulang manusia “berserakan” di sana.

KLIK INI:  Baru! Destinasi Wisata Hutan Mangrove Idaman di Jeneponto yang Memukau

Sekretaris Desa Sampulungan, Kaswandi mengatakan, terdapat dua rumah warga yang ambruk, satu rusak dan TPU terkikis. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan, bahkan ada warga yang sampai melihat ada kain kafan serta tulang belulang di sana.

“Sekarang masyarakat bergotong royong membuat tanggul untuk penahan sementara, walau dengan bahan seadanya yang jelas ada usaha dulu,” kata Kaswandi 15 Januari 2020 lalu.

Kaswandi juga mengungkapkan jika Sepekan terakhir ini, abrasi sudah mencapai lima meter dari bibir pantai. Jika terus menerus tergerus, dampak abrasi itu dipastikan akan masuk sepenuhnya ke kawasan pemukiman warga.

Rustan Muang yang menjabat sebagai Plt Kepala Desa (Kades) Sampulungan, Takalar mengungkapkan, ada beberapa titik di Dusun Sampulungan Caddi merupakan wilayah pekuburan. Ia membenarkan jika ada kain kafan kelihatan di pekuburan tersebut.

“Tapi yang kemarin 2018 itu banyak tulang-belulang berserahkan. Sekarang tidak ji, cuma kain kafan yang kelihatan. Tapi memang ada pekuburan di situ,” kata Rustan, Rabu, 15 Januari 2020 lalu.

Abarasi atau erosi pantai yang melanda tersebut telah berlangsung selama kurun waktu dua tahun terakhir. Tepatnya sejak 2018 lalu dan kian memprihatinkan. Sebab, warga mulai mengalami kerugian materiil.

KLIK INI:  Bantahan Keras KLHK Perihal Tudingan Obral Izin di Era Jokowi
Kenapa abrasi terjadi

Menurut situs Universitas Teuku Umar (utu.ac.id), alam yang menyebabkan abrasi ini tidak dapat dihindari karena laut memiliki siklusnya tersendiri. Karena pada suatu periode tertentu angin akan bertiup sangat kencang sehingga menghasilkan gelombang dan arus laut yang besar pula yang dapat menyebabkan pengikisan pantai.

Selain itu ada beberapa perilaku manusia yang ikut menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai. Salah satunya adanya ketidakseimbangan ekosistem laut dimana terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia terhadap kekayaan sumber daya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota lainnya. Sehingga apabila terjadi arus atau gelombang besar maka akan langsung mengarah ke pantai yang dapat menimbulkan abrasi.

Hal lain yang jadi pemicu abrasi pantai adalah pemanasan global seperti aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta pembakaran hutan. Asap asap yang menghasilkan zat karbon dioksida tersebut akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh bumi.

Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang dapat menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di bumi, maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang rendah.

Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan oleh manusia secara besar-besaran juga menjadi faktor penyebab abrasi pantai. Hal itu berpengaruh secara langsung terhadap kecepatan dan arah air laut saat menghantam daerah pantai. Karena jika tidak membawa pasir maka kekuatan untuk menghantam pantai semakin besar.

Dampak abrasi yang dapat terlihat secara langsung adalah terjadinya penyusutan area pantai. Hantaman ombak dan arus laut yang terus menerus mengakibatkan bebatuan dan tanah terpisah secara perlahan dari daratan.

Salah satu cara pencegahannya menurut Wikipedia adalah dengan penanaman hutan mangrove. Hutan mangrove sangat bermanfaat agar tidak terjadi pengikisan pantai. Pengikisan pantai dapat berakibat daratan sekitarnya tergenang air.

KLIK INI:  KLHK Umumkan 10 Penerima Penghargaan Kalpataru 2020, Ini Nama dan Biodatanya!